Theodore Sulivan menganggap semua wanita di dunia ini adalah sumber masalah. Masalalu yang memaksanya karena dirinya di khianati oleh sang istri di depan matanya membuat dirinya berubah menjadi sosok pria dingin dan seakan tidak tersentuh.
Namun tiba-tiba dunianya kembali berwarna kala dirinya di pertemukan dengan guru sang putra bernama Hana Pertiwi.
Hana Pertiwi justru takut kepada Theo karena menganggap Theo adalah pria yang menyeramkan sekaligus menyebalkan.
"Call me daddy, baby atau kau akan terus berada dalam cengkraman ku sekaligus penghangat ranjangku" ucap Theo dengan nada dingin namun penuh intimidasi!!!!
Apakah Hana bisa bersama Theo, ataukan Hana malah semakin takut pada pria itu....??????????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Oktana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kembali Lagi Dengan Syarat
Pagi pun tiba, Hana terbangun dari tidur lelapnya langsung berjalan ke kamar mandi untuk cuci muka.
"Gini nih kalau jadi pengangguran jenuh banget" ucap Hana.
Sesudah Membuat sarapan ia membawanya ke depan rumah, satu gelas hot coklat dan roti yang ia hangatkan di microwave.
"Santai saja, Han? "sapa tetangganya.
"Iya nih Bu Nina, maklum pengangguran" balas Hana sembari tertawa.
"Ya sudah daripada kerja, buat aja catering! Bu Tika kan jago bikin kue nah kamu belajar masak jangan kerja di orang lain capek-capek" ucap tetangganya yang bernama Nina itu.
"Pinjam modalnya dong supaya saya bisa membuka catering" balas Hana.
"Boro-boro minjemin kamu Han, buat makan aja susah" ucap Nina lalu pergi dari hadapan Hana.
Melihat bunga-bunga yang sudah lama tidak disiram membuat Hana berinisiatif menyiram bunga itu. Mungkin Kartika terlalu sibuk membuat pesanan kue dan menjaga warung sehingga dirinya lupa untuk mengurusi bunga-bunga yang tumbuh di pot depan rumahnya. Hana pun dengan asyik menyirami tanaman.
Sementara di rumah Theo sedang heboh karena pagi ini Oma Sintya dan Opa Marx ingin cepat-cepat menemui Hana walau masih pagi.
"Ini masih pagi, Mi, kam 10.00 aja kesananya, Hana tidak akan kemana-mana kok" ucap Theo sembari memakai jasnya.
"Lebih cepat lebih baik Theo" balas Oma Sintya.
"Tapi ini masih pagi masih jam 07.00 takutnya Hana belum bangun" ucap Theo.
"Mana ada anak gadis jam segini belum bangun? Ngaco aja kamu Theo. Katanya cinta tapi menunda-nunda dasar nggak gentle" cibir sang mami
"Mana Rummy? Sayang cek di kamarnya" perintah Opa Marx.
Oma Sintya langsung naik ke atas menuju kamar Rummy.
"Rummy, sudah siap belum? " Oma Sintya memanggil sang cucu dari luar kamarnya.
"Udah, Oma! " jawab Rummy.
"Oma tunggu di bawah, ya? " ucap Oma Sintya.
Klik!!
Pintu kamar Rummy terbuka, memperlihatkan anak itu keluar kamar dengan memakai jas milik Theo.
"Cucu Oma ganteng banget" puji sang Oma.
"Iya dong Oma, mau ketemu Mami Hana kan harus rapi! " balas Rummy.
Anak itu tidak terlihat seperti anak SMP tubuhnya yang tinggi besar membuat ia terlihat seperti anak SMA tingkat akhir.
"Ayo Oma kita turun! " ajak Rummy.
"Ayo! " balas Oma.
Keduanya pun turun, di bawah sudah di tunggu oleh Theo dan Opa Marx.
"Ayo kita berangkat! " ajak Opa Marx.
Keempatnya pun berangkat menuju rumah Hana.
"Hana masih membenciku, Mi! " ucap Theo dari balik kemudi.
"Ya makannya jangan jadi player, son!" timpal Opa Marx.
"Ya pasti lah Hana marah, Mami pun kalau Papi mu begitu pasti marah dan kecewa. Mami tahu selama ini kamu selalu bergonta-ganti wanita, buang kebiasaan buruk itu Theo, Mami takut kau kena penyakit" Oma Sintya memperingati.
"Mi, ada Rummy jangan bicara seperti itu" cegah Theo.
"Aku sudah tahu Dad, Daddy memang playboy! Bahkan tak jarang aku selalu melihat noda lipstik pada baju daddy, bau parfum wanita, bahkan sering aku mendapati tanda kissmark di leher Daddy, cuma aku segan bicara saja" ungkap Rummy yang membuat semuanya terkejut apalagi Theo.
"Maafin Daddy! " ucap Theo merasa malu.
"Tak apa-apa Dad, yang penting Daddy jangan. lakukan itu lagi" balas Rummy memperingati.
Kini mereka pun sudah sampai di depan rumah Hana. Hana tidak menyadari jika pagi ini akan kedatangan tamu yang tak terduga karena Theo tak bilang apapun.
Titttt!!!!
Suara klakson mobil membuat Hana melihat.
"Pak Theo, ngapain lagi tuh orang kemari pagi-pagi? " batin Hana bertanya-tanya.
Dari dalam mobil, Opa Marx dan Oma Sintya sudah memandang Hana.
"Itu? " tunjuk Opa Marx.
"Iya Pi! " jawab Theo.
"Ukh cantiknya pantas kamu sampai tergila-gila! Body nya juga berisi andai saja Papi masih muda, bakal Papi jadikan... " ucap Opa Marx tak melanjutkan lagi ucapannya karena mendapat tatapan maut dari sang istri.
"Jadikan apa hah, jadikan apa? genit ya, sudah tua juga! " kesal Oma Sintya sembari menjewer kuping sang suami.
"Udah Mi/Pi kok malah ribut" Theo melerai perdebatan kedua orang tuanya.
"Papi mu mau selingkuh! " ucap Oma Sintya dengan sedih.
"Kan Hana cantik! " balas Opa Marx.
"Selingkuh gimana sih, Mi memangnya ada yang mau sama aki-aki? Ayo mendingan kita turun temui Hana" ucap Theo mengajak mereka yang ada di mobilnya untuk turun.
Keempat orang itu turun dari mobil, Hana masih diam melongo tak tahu apa yang terjadi.
Ia menyimpan selang air lalu kembali lagi menemui keempat orang. yang kini sedang berjalan ke arahnya.
"Siapa mereka? " batin Hana.
"Pagi Bu! " sapa Rummy.
"Pagi Rummy" balas Hana.
"Hana kamu sibuk? " tanya Theo.
"Gak Mas, memangnya kenapa dan Ibu Sama Bapak ini siapa? " tanya Hana sembari memandang kedua orang tua Theo.
"Kenalin Hana, mereka kedua orang tuaku" jawab Theo yang membuat Hana terkejut sekali.
"Orang tua? " tanya Hana.
"Iya kami kedua orang tua Theo, kami kemari ingin bertemu dengan kamu, Hana. Apakah kamu tidak keberatan? " tanya Oma Sintya memastikan.
"Hmmmm, tidak Bu! Mari masuk" balas Hana sembari mempersilahkan tamunya masuk.
Merek semua pun masuk kedalam rumah sederhana itu,
"Sepi sekali rumahnya? " tanya Oma Sintya.
Sementara Hana yang masih panik malah diam di dapur entah bingung harus bagaimana.
"Aku harus gimana? " Hana merasa panik sendiri sementara air yang ada di panci sudah mendidih.
"Airnya sudah mendidih! " Tiba-tiba Theo masuk kedalam dapur.
Hana dengan cepat mematikan api kompor, lalu membuat tiga gelas teh dan satu gelasnya susu dingin untuk Rummy. .
"Nanti aku jelasin, ayo sekarang kedepan dulu" ucap Theo.
Hana mengangguk begitu saja! lalu kembali ke ruang tamu membawa minuman.
"Silahkan Pak/Bu di minum, maaf saya tidak sempat membuat kue" ucap Hana.
"Terimakasih Hana, dan maaf kedatangan kami pasti membuat kamu terkejut, kan?" ucap Oma Sintya.
"Sejujurnya iya, Bu. Mas Theo tidak bicara apapun" balas Hana.
"Mau bicara pun percuma, no ponsel saya kamu blokir" timpal Theo dengan kesal.
"Hana begini, kami datang kemari ingin mengenal kamu lebih dekat. Theo sudah banyak cerita mengenai kamu pada kami. Hana apa kamu mau menjadi bagian dari keluarga kami?" tanya Opa Marx to the point.
"Apa? Bagian keluarga? " Hana merasa semakin bingung.
"Theo sangat mencintai kamu Hana, dan Rummy juga menyayangi kamu. Apakah kamu bisa menerima Theo untuk hubungan yang lebih serius? Lihatlah Hana, wajah Theo yang menyedihkan, ia butuh pendamping hidup. Tolong Hana, kasihanilah anak Mami yang kesepian ini? " Pinta Oma Sintya sedikit berdrama.
"Mami!" ucap Theo merasa kesal dengan sang Mami karena terlihat berlebihan.
Ucapan Oma Sintya membuat Rummy dan Opa Marx tak kuat untuk tidak tertawa namun berhasil di tahan.
"Bu, sebelum saya menjawab boleh kami berdua bicara dulu? " Hana meminta izin.
"Ya silahkan! " balas Oma Sintya.
"Mas, ayo ikut aku" ajak Hana.
Mereka pun pergi ke dapur.
"Mas kamu apa-apaan bawa kedua orang tua kamu kemari, hubungan kita susah selesai Mas" kesal Hana.
"Tapi aku tidak mau, Hana! Aku sudah tegaskan kalau aku mau serius dengan kamu" balas Theo.
"Tapi aku benci kamu, Mas Theo! Benci perilakumu, benci sikapmu yang pemaksa" ujar Hana sembari terisak.
"Aku akan berubah menjadi pria yang lebih baik, Hana! Aku janji tidak akan mengulangi lagi. Please, Hana berikan aku kesempatan" Theo memohon.
"Selalu itu yang di katakan semua lelaki! Aku tidak mau punya suami tukang selingkuh, hobi meniduri wanita malam. Tidak mungkin kamu akan sadar begitu saja, Mas! Jujur saja tindakan kamu kemarin di club itu sangat menjijikan.. hikhikhik" ucap Hana sembari terisak.
Grep!!!
Theo langsung memeluk Hana.
"Sayang, lihat mataku" pinta Theo.
Sana menggelengkan kepalanya.
"Lihat mataku" pinta Theo sekali lagi.
Hana pun menurut, ia memandang netra jelaga itu.
"Lihat aku sayang, tatap mataku. Aku lakukan itu semua sebagai pelampiasan sakit hatiku di masa lalu. Percayalah aku bersih tak ada penyakit apapun di tubuhku. Hana Pertiwi, aku memang badjingan selama ini namun apakah aku tidak boleh mencintai wanita setulus ini? Maafkan aku, aku ingin menikahimu. Bukan hanya aku yang ingin kamu ada di rumahku nantinya tapi Rummy juga" ucap Theo dengan penuh harap.
"Aku takut Mas, aku takut kamu berselingkuh, aku takut kamu pulang nantinya dengan keadaan mabuk dan bau tubuh wanita lain, aku takut Mas" balas Hana masih terisak.
"Jika aku lakukan itu nanti, kamu boleh meninggalkan aku, bahkan kamu boleh memukul ku" ujar Theo.
"Dan aku juga orang biasa Mas, tidak punya apapun untuk aku perlihatkan pada kamu dan keluargamu dan jika kedua orang tuamu tahu kalau aku tak punya Bapak, apakah mereka masih mau menerimaku?" tanya Hana.
"Aku tak peduli status sosial, sayang! Yang aku mau itu kamu menjadi istriku menjadi Ibu sambung Rummy. Soal Bapak kamu, kita bicarakan lagi dengan Bu Kartika nanti kalau dia sudah pulang" balas Theo.
Hana masih terisak di pelukan Theo.
"Hana, apa kamu mencintaiku? " tanya Theo.
"Ya! " jawab Hana dengan jujur.
"Mas gimana? " tanya Hana.
"Sangat, sayang! Mas bahkan terlalu mencintaimu" balas Theo.
Theo sudah merasa gemas, ia kemudian mendongakkan wajah Hana lalu mencium bibirnya.
Hana membalasnya, mereka saling melumat tanpa menghiraukan orang yang sedang menunggunya di ruang tamu.
Theo mengangkat tubuh Hana ke atas meja dapur, Mereka kembali berciuman, kaki Hana di lilitkan ke pinggang Theo dan tangannya ia kalung kan ke leher Theo.
Suara decapan tak terelakkan laki, membuat hasrat Theo kembali berkobar.
"Mas ada yang keras! " bisik Hana yang merasakan tonjolan di selah paha Theo.
"Milikku bangun sayang, kamu terlalu seksi dan manis" balas Theo.
"Besar! " ucap Hana.
"Iya" balas Theo.
Mereka pun lanjut berciuman hingga mereka mendengar suara Oma Sintya berdehem.
"Hmmmmmmm, panas sekali disini" ucapnya yang membuat kegiatan panas itu berhenti.
Hana dan Theo pun kembali lagi ke ruang tamu.
"Kok Daddy lama? " tanya Rummy.
"Daddy lama membujuk Hana" balas Theo.