Sehat itu mahal harganya! Dan itu memang benar, keluarga Giovani Mahardika rela membayar seorang gadis untuk menikah dengan putra bungsu mereka demi menyembuhkan gangguan mentalnya.
Dialah Alleta Rindiani, setelah melewati beberapa pertimbangan dan penilaian akhirnya gadis inilah yang dipilih oleh keluarga Gio.
Di tengah usaha keras Alleta, secercah harapan akhirnya muncul, namun Gio nyatanya jatuh cinta pada Alleta.
Akankah Alleta membalas cinta Gio di akhir masa perjanjian? Terlebih sesuatu telah tumbuh di dalam sana.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon sinta amalia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bungee~ Bab 22
Jangan bilang Leta hebat, karena jelas Bejo lah yang bisa diajak kerja sama. Sweter hitam, yeah! Tak salah lagi itu Gio, berada di depannya meski agak jauh, tapi logo M di belakangnya dengan helm hitam polesan oranye stabilo meyakinkan Leta jika itu suami minus akhlaknya. Plat nomornya pun sama.
Tetap menjaga jarak, jangan sampai Gio curiga akan kehadirannya. Kali ini Leta tak mau membiarkan rasa penasaran itu tak terjawab. Gegabah? Mungkin, tapi ini Leta dengan segala tindak tanduknya. Agar bisa membuntuti dan mengetahui pekerjaan Gio ia ambil resiko besar, bertemu dengan si genthong, ataupun ber gummul dengan dunia malam.
Motor Gio benar berbelok ke arah deretan ruko-ruko besar di tengah kota nan ramai.
Leta meneliti bangunan-bangunan dan jalanan dimana kawasan ini memang jantungnya wisata malam.
Sedikit berada di posisi jauh, angin malam bahkan membuat hidungnya ikutan dingin. Yang Leta lakukan sekarang adalah tidak langsung masuk nyelonong ke dalam persis ayam, melainkan merogoh ponselnya dan mencoba menghubungi Rangga.
Ia bukan gadis sontoloyo yang datang ke tempat seperti ini tanpa memiliki pegangan, dan pegangannya adalah raja dari segala raja kera! Hanomannya keluarga budhe Gendis.
Tutt....
Tuut....
Lama ia menunggu diangkatnya panggilan oleh mas-mas polisi satu itu, andai kata ia tengah perang dan meminta bantuan, mungkin Leta sudah mati duluan sebelum tertolong.
Hallo...
Leta langsung menyeru heboh, "mas!! Aku lagi di club malam!" lapornya heboh, menceritakan angin apa yang membawanya ke tempat ini, kenapa ia bisa terdampar disini panjang lebar.
Rangga yang memang sudah berada di rumah dan saat ini sedang beristirahat ditemani secangkir kopi, nyatanya harus menghubungi rekan polisi di tempat Leta berada.
"Sebentar...mas minta tolong Nurjaman saja, dari satreskrim biar ada alibi razia nar kotika." Jelas Rangga memberikan usulan.
"Kamu jangan bertindak gegabah, Ta. Nanti teman mas datang buat kasih backingan." Rangga kembali mewanti-wanti Leta.
"Ah, kalo nunggu temen mas...aku bisa tidur dulu di emperan sini, bisa makan plus sukuran dulu...kelamaan mas, nanti keburu ada kejadian penting yang aku ngga liat...aku masuk sendiri lah, sing penting mas Rangga tau aku disini buat buntutin Gio."
Tutt!
Leta mematikan panggilannya sepihak.
"Ta, woyyy! Jangan gegabah! Argh, bocah sama-sama batu!" geram Rangga yang mengakui kekeras kepalaan Leta, jika dekat sudah pasti akan ia ikat Leta persis kambing. Lantas Rangga menghubungi rekannya untuk segera pergi menyusul Leta bersama timnya.
Leta kembali menarik gas dan memasuki parkiran sebuah bangunan permanen dengan lampu neon yang kerlap kerlip si bagian pintu masuk.
...***ON FIRE***...
...***Karaoke, night club and bar***...
Leta menarik hoodie sweternya hingga menutupi kepala, persis-persis maling rokok di minimarket. Padahal tanpa harus begitu pun, orang-orang bebas masuk tanpa harus diperiksa para satpam. Termasuk dirinya yang bukan orang dewasa namun karena tidak memakai seragam sekolah, maka satpam anteng saja membiarkannya masuk.
Magic! Leta cukup dibuat mengehkeh akan sikap berlebihannya, *wong ndeso* masuk club malam ya begini!
Bunyi jedag-jedug bukan lagi sayup nan samar. Justru saat ia menginjakan kaki memasuki bangunan dengan peredam suara di dalam ia bisa merasakan euforia dunia malam yang tak pernah ada matinya.
Netranya dibuat silau, namun temaram di beberapa sudut, asik buat mojok bareng setan.
Leta menggeleng dengan tatapan melongonya, menurunkan hoodie hingga ia dapat melihat jelas penampakan suasana dunia malam. Aroma berbagai macam parfum, ruangan berAC yang bikin masuk angin, fix abis ini kerokan! Serta alkohol dan rokok asing menyapa paru-paru, untuk detik-detik pertama ini cukup aman baginya.
Saking belum pernahnya ia memasuki tempat begini, Leta sampai lupa jika tujuan utamanya adalah mengikuti Gio bukan untuk mengagumi gerbang neraka versinya.
Entahlah, musik yang diracik seorang dj sungguh asik. Pantas, aki-aki saja sampai ngga mau pulang--maunya digoyang! Tidak sedikit pula anak muda berduit yang lagi nongkrong sambil buang buang duit orangtuanya di lantai dansa, ngga mikir besok mesti nyuci seragam.
Leta sedikit terbuai terbawa suasana, hingga ia manggut-manggut. Mungkin ia salah kostum, celana jeans selutut dan sweter hitam serta sandal...jepit. Biarlah, ia menggeleng, orang-orang lagi pada mabok mana gelap, sendalnya tak akan mencolok.
Benar, manusia pusing mana yang tak terhibur datang kesini. Musiknya mampu membebaskan jiwa yang terkekang dan lelah. Minuman yang disuguhkan dapat mengalihkan pikiran dari serbuan masalah hidup. Pun dengan orang-orang yang datang adalah orang-orang yang sebagian besarnya memiliki nasib sama.
"Lagi! Lagi! Lagi!" seru para penari di lantai dansa, meaki hanya amatiran namun mereka menikmati.
"Oke, guys....gue cuma mau ngucapin night club never dieee!" teriak si peracik musik yang dibalas seruan, "woooo! Lagi! Lagi! Lagi!"
Tanpa sadar Leta ikut berteriak peesis monyedd minta makan sama petugas zoo, "lagi! Lagi!"
"Put your hands up in the air !!!!" jerit si dj meminta.
Musik kembali bergema jedag jedug bikin adrenalin terpacu dan keseruan bertambah. Leta yang semakin larut akhirnya bisa menyadari kekeliruan.
"Astagfirullah! Kok yo aku ikutan jadi setan gedek begini." Ia lantas mencari sosok Gio berada. Dan meja bartender yang ia sorot kali ini, meski gelap ia mulai berjalan mendekat. Dari keremangan dapat ia lihat siluet cowok tengah meracik minuman pesanan dengan memutar-mutar gelas kocok di belakang meja dengan apronnya.
Rambutnya, perawakannya dan wajahnya---itu Gio!
"Mas G! Kaya biasa ya!" pinta beberapa pelanggan setia.
"Oke." Angguk Gio ramah, lantas ia menyajikan untuk kemudian ia kembali memilih-milih botol di belakangnya.
"Gi, ayo gabung buruan!" terlihat sosok lelaki dengan perawakan sedikit gemuk yang Leta lihat juga dari gawang pintu samping bartender, sepertinya ada ruangan lain disana, karena yang jelas si pria tadi masuk kembali ke dalam dengan pencahayaan yang terang.
...*Staff only*...
Penasaran, Leta semakin mendekatkan diri dengan meja bartender, ia menghela nafas dan menaikan kembali hoodie, mengambil duduk di kursi kosong, meski kini jantungnya tengah berdegup begitu cepat pasalnya Gio berada tepat di depannya.
Gio menyadari kehadiran seorang lain disana, seseorang berhoodie meski wajahnya tak dapat ia lihat.
"Mau minum apa, kak?" tawarnya.
Gugup! Leta hanya bisa memalingkan wajahnya dengan sesekali melihat ke arah botol-botol di belakang Gio. Mana ia ngerti jenis dan namanya...apa kandungannya karena sudah pasti disini tak ada susu jahe.
Emh, ia berdehem. Ketakutannya adalah Gio yang mulai meneliti dirinya dengan seksama. Duh, jangan sampe tau!
Leta mencoba memilih botol dengan isian air yang paling bening saja, persepsinya semakin bening airnya semakin kurang kadar alkoholnya. Mungkin air mineral....
"Yang itu!" ia mencoba merubah intonasi bicara agar tak menimbulkan kecurigaan Gio, akhirnya netra Leta menemukan sebotol isian air bening dengan tutup botol persis mahkota yang entah apa tulisannya.
Gio yang sedang seksama meneliti perawakan, gelagat Leta kini menoleh ke arah rak botol, "oh...oke. Gue racik pake tambahan apple ya, biar ngga terlalu strong..." ujar Gio diangguki segera oleh Leta, bodo amat! Mau apple, banana, nangka, salak, kesemek..yang penting Gio tak berlama-lama melihatnya.
"Yo, pesenan gue belum ya?!" ditengah Leta yang menyaksikan kemahiran Gio meracik, kedatangan seseorang langsung mengalihkan perhatiannya, itu----
Lelaki beda yang keluar lagi dari balik pintu staff membuat Leta semakin penasaran.
Leta merosot dari kursi dan mencoba untuk mendekati pintu dengan sedikit berjoget-joget. Sementara Gio terlihat membawa nampannya dengan beberapa gelas ke arah sana.
Kesempatan!
Ia ikut mengekor dan menahan pintu yang belum tertutup sepenuhnya. Baru saja ia mencoba melongokan kepala di balik hoodienya ia dibuat terbelalak melihat dua orang laki-laki sedang bercum bu di lorong.
"Monyeddd!" benar-benar seperti disengat listrik bertegangan tinggi tepat di ubun-ubun, yang membuat sekujur tubuhnya dilanda kegelian sejadi-jadinya.
Ia dengan sangat jelas melihat dua orang sesama jenis melakukan sesuatu yang tak semestinya, sampai-sampai ia hampir memuntahkan makan malamnya karena mendadak mual.
Leta segera keluar kembali dengan badan yang telah tremor, "saravvv. Mereka lagi main pedang-pedangan!" Fix, matanya telah ternodai.
Dan ia mendadak haus kepanasan berada disini, oksigen pun ikut-ikutan menipis. Dadanya masih berdegup kencang saat ia mencoba menetralkan suasana hati dan duduk kembali, ck...ck...pantes aja!
Tanpa ia sadari Gio sudah menyodorkan segelas racikan pesanannya di depan Leta. Semakin gadis itu terkejut dan tanpa sengaja, refleks langsung menenggak isian gelas karena semua rasa campur aduk yang dirasakannya hampir membuat ia pingsan di tempat.
Gio masih memperhatikan keanehan di depannya, lebih tepatnya orang aneh yang dari outfitnya aja cuma persis anak muda mau beli voucher pulsa ke counter.
Sadar akan sikap Gio, Leta semakin nekat meminum minumannya. Namun saat tarikan nafas pertama setelah meneguk hampir setengah gelas dan sekali sedotan, tenggorokannya langsung terasa panas dengan hidung perih karena alkohol yang begitu menyengat.
Uhukkk!
Leta terbatuk dan menumpahkan sebagian minuman dalam mulut.
Gio sudah curiga sejak awal, ia ikut refleks menghampiri Leta lalu menarik hoodienya, "Alleta!!"
.
.
.
.
.
nunggu letta sadar pasti seru ngamuk2 nya ma gio...
ndak ada juga yang bakal masukin ke penjara
biar si letta gk pergi2 dri kmu
jangan to yo,kasian si leta masih gadis