Kisah ini terinspirasi dari kisah hidup seseorang, meski tidak sama persis namun mewakili bagaimana alur hidup beberapa wanita, bagaiman dia bermimpi memiliki rumah tangga yang indah, namun pada kenyataannya semua tak semulus harapannya.
pernikahan yang indah adalah impian semua wanita, menikah dengan orang yang bisa memahami dan selalu bisa menjadi pundak baginya adalah impian, namun tak pernah Alifa sangka selama menjalani pernikahan dengan Aby kata indah nyaris terburai dan hambar semakin harinya, apalagi tinggal bersama mertua yang tak pernah bersyukur akan hadirnya. Alifa semakin lelah dan nyaris menyerah akan di bawa kemana biduk rumah tanganya??? salahkan jika perasaan itu terkikis oleh rasa lelah???
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon shakila kanza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tetangga
"Bagaimana by?? Mana Shasa? Mana istrimu???" Tanya Bu Ina begitu Aby sampai rumah.
Aby semakin pusing rasanya, mengapa duduk saja belum, ibunya sudah menanyakan hal yang sedang tak ingin dia pikirkan dulu.
"Mana By??? Ibu kangen Shasa!" Ucap Bu Ina lagi.
"Bu, Aby capek, bisa sebentar dulu tanyanya??" Aby ngeloyor pergi ke kamarnya dan menutup kamarnya.
Tubuhnya dia banting pada ranjang hingga tak sengaja menggoyangkan meja, lalu foto bersama Alifa dan Shasa jatuh berceceran.
Pyarrrrr.
Aby terkejut lalu bangkit menatap nanar pigura yang sudah pecah itu, "Apa iya usia pernikahan kita hanya akan sampai di sini Dek??" Aby turun lalu membereskan pecahan kaca itu.
Hati Aby mendadak semakin tidak karuan saat membayangkan pernikahan dirinya hancur berserakan seperti pigura foto dirinya dan keluarga kecilnya.
Aby membuang kaca keluar ke tempat sampah, lalu tak sengaja bertemu dengan tetangganya yang sedang membersihkan sampah juga.
"Mbak Alifa belum selesai liburannya Mas Aby???" Tanya tetangganya itu membuat Aby menarik nafas kasar lalu hanya tersenyum tanpa menanggapi.
"Wah, betah ya, ya gimana gak betah tinggal sama orang tua sendiri memang beda sama kalau tinggal dengan mertua." Ucap Tetangganya lagi yang membuat Aby semakin tersenyum kecut.
"Yang sabar ya Mas Aby, semoga Mbak Alifa lekas pulang." Kata Tetangganya lagi.
Aby hanya bisa mengangguk lalu masuk sebelum ibunya berteriak dari dalam dan menyuruh dirinya segera masuk karena sudah bertemu dengan tetangganya.
Benar saja baru melangkah beberapa langkah suara Ibunya sudah berteriak dari dalam amat keras, namun tak nampak si pemilik suaranya.
"Abyyy??? Masuk!!!" Teriak Bu ina dari jendela dirinya tak ingin wajahnya sampai terlihat oleh tetangganya yang suka ngegosip.
"Wah, tu sudah di panggil sama ibu Mas, wah udah punya istri tapi masih kaya anak sekolah ya, dikit-dikit di atur dan di cari ibunya. " Mulut tetangganya memang suka pedes saat bicara, Aby hanya tersenyum lalu masuk meski kesal rasa hatinya.
Sampai di rumah Ibunya langsung menarik dirinya masuk dan mengunci pintunya, wajahnya terlihat tidak suka sekali pada tetangga sebelah yang suka sekali mengintip berita di rumahnya.
"Ckkk, kalau diluar itu jangan lama-lama!"
"Gimana?? tadi kamu di tanya apa?? "
"Pasti habis ini, besok di tempat sayur sebar hoak lagi tentang Alifa yang tidak pulang-pulang." Kata Bu Ina kesal.
"Bukan Hoak Bu, itu nyatanya, ya udah sih wong yo nyatanya mantumu pergi ke rumah orang tuanya." Kata Pak Iman setelah itu meminum kopi di tangannya.
"Ckkk, bapak apa gak kangen sih sama cucu kita??Bapak kok santai sekali sih??? " Tanya Bu Ina penasaran pada sikap tenang suaminya.
"Ya kangen to bu, mosok gak kangen." Jawab Pak Iman.
"Lha terus mengapa bapak santai begitu gak ada usahanya??" Bu Ina makin heran pada suaminya.
"Ya udah ayo kesana biar kangennya terobati." Kata Pak Iman.
"Ckkk, gak lah, Besar kepala nanti keluarga Alifa, kalau Ibu datang kesannya mohon-mohon, makin besar kepala nanti Alifa!" Bu Ina tak mau, jujur hatinya tak rela jika harus datang kesana apalagi meminta maaf dan memohon, gengsinya teramat besar untuk itu.
"Jangan sekarang pak, Alifa baru tidak baik, dan tak ingin di ganggu." Ucap Aby kemudian setalah mendengarkan obrolan orang tuanya.
"Kenapa??" Bapak penasaran, akhirnya Aby pun cerita sehingga Pak Iman langsung geleng-geleng kepala tidak percaya pada sikap Aby pada Alifa.
"Wah, fatal kamu By! Kamu bisa-bisanya berlaku begitu."
"Bapak punya istri model ibumu kalau ngomong udah kaya petasan sama mercon keras dan pedesnya aja tak pernah selama umur kami bertengkar dan main tangan."
"Kamu harus benar-benar meminta maaf! Jangan kamu ulangi lagi!!" Ucap Pak Iman kecewa terhadap Sikap Aby terhadap istrinya.
Aby hanya bisa semakin menunduk dan merasa begitu merasa bersalah terhadap Alifa, namun bingung bagaimana cara memperbaiki semua keadaan yang sudah kacau akibat emosinya sesaat yang tak terkendali.
***
Pagi hari di rumah Alifa, kebisingan terdengar sebuah musik lawas terputar amat keras dari rumah tetangga sebelah rumah Alifa.
Berulang kali aku mencoba
S'lalu untuk mengalah
Demi keutuhan kita berdua
Walau kadang sakit
Lihatlah tanda merah di pipi
Bekas gambar tanganmu
Sering kaulakukan bila kau marah
Menutupi salahmu
Samakah aku bagai burung di sana
Yang dijual orang?
Hingga sesukamu kaulakukan itu
Kausakiti aku
Kalaulah memang kita berpisah
Itu bukan suratan
Mungkin ini lebih baik agar kau puas
Membagi cinta
Pulangkan saja aku pada ibuku
Atau ayahku
Dulu segenggam emas
Kaupinang aku
Dulu bersumpah janji
Di depan saksi, hu-oh, hu-oh
Namun, semua hilanglah sudah
Ditelan dusta, hu-oh, hu-oh
Namun, semua tinggal cerita
Hati yang luka
Kalaulah memang kita berpisah
Itu bukan suratan
Mungkin ini lebih baik agar kau puas
Membagi cinta
Pulangkan saja aku pada ibuku
Atau ayahku
Dulu segenggam emas
Kaupinang aku
Dulu bersumpah janji
Di depan saksi, hu-oh, hu-oh
Namun, semua hilanglah sudah
Ditelan dusta, hu-oh, hu-oh
Namun, semua tinggal cerita
Hati yang luka
Namun, semua tinggal cerita
Hati yang luka
"Astaghfirullah!" Alifa tutup telinganya, tetangganya benar-benar menguji perasaannya, entah kebetulan atau apa namun lagu itu seperti gambaran perasaannya.
Meskipun merah di pipinya sudah tak nampak namun memorinya begitu menempel pada dirinya sehingga hatinya mendadak sedih saat mendengar lagu yang di putar oleh tetangga itu.
"Bu emang ada kondangan atau gimana sih di sebelah??? " Alifa merasa tak nyaman di rumah jika tetangganya terus menyetel musik keras-keras begitu.
"Owh itu anaknya pulang, suka karaokean katanya." Jawab Bu Ira sambil tersenyum menepuk bahu Alifa.
"Udah masuk aja ke rumah gak usah di dengar." Kata bu Ira lalu masuk kedalam membawa belanjaannya.
Sejujurnya Bu Ira juga sedang menata hati karena ibu-ibu sayur mulai menanyakan Alifa yang tidak tinggal bareng suaminya, berita begitu cepatnya menyebar di kampungnya namun Bu Ira tak ingin membuat hati Alifa semakin sedih jika dirinya juga ikut sedih.
"Bu, anakmu kok di sini???"
"Apa udah dipulangkan suaminya??? "
"Hamil besar gitu kok tak bersama suaminya!"
"Berat kalau hamil tapi suami malah jauh. "
"Apa jangan-jangan hamilnya sama orang lain?? "
Semua percakapan ibu-ibu sayur tadi berputar di kepalanya seolah rekaman kaset yang terus berputar tanpa di minta.
Bu Ira mengambil air putih agar bisa lebih tenang, dia tak ingin putrinya menderita lebih jika sampai suara tetangganya atau ibu-ibu di kampung sampai di telinga putrinya.
"Fa, besok olah raga di rumah saja, ndak usah jalan-jalan ya, capek nanti jadian kandungan, jalan-jalan di dalam rumah saja." Nasehat Bu Ira berharap Alifa berhenti jalan-jalan di pagi hari di jalan agar tak bertemu ibu-ibu.
***
Up kak, vote , like dan dukungannya ya... 🙏🙏🥰
biar nyahok ibuk mertua yg oneng itu