Agistya dan Martin awalnya pasangan yang bahagia.
Namun, semuanya berubah saat Agistya hamil di luar rencana mereka.
Martin yang ambisius justru membencinya dan merasa hidup mereka berantakan.
Tak lama setelah anak mereka lahir, Martin menceraikannya, meninggalkan Agistya dalam kesendirian dan kesedihan sebagai ibu tunggal.
Dalam perjuangannya membesarkan sang buah hati, Agistya bertemu dengan seorang pria yang baik hati, yang membawa kembali kebahagiaan dan warna dalam hidupnya.
Apakah Agistya akan memaafkan masa lalunya dan membuka hati untuk cinta yang baru?
Bagaimana pria baik ini mengubah hidup Agistya dan buah hatinya?
Apakah Martin akan menyesali keputusannya dan mencoba kembali pada Agistya?
Akankah Agistya memilih kebahagiaannya yang baru atau memaafkan Martin demi keluarganya?
Semuanya terjawab di setiap bab novel yang aku update, stay tuned terus ya!✨
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Fareed Feeza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Menikah
Pagi hari di kantor.
Tya meringis saat melihat Dimas sudah ada di ruangannya, padahal dia sudah berusaha datang sepagi mungkin.
Seperti biasa, Tya menjalankan tugas khusus ... Membuat kopi di pagi hari karena uang saku sudah dia terima.
Seperti mendapat angin segar saat keluar dari pantry, asisten pribadi Dimas, Gisel sedang berjalan hendak masuk ke ruangan utama.
"Mba Giseeeeeel." Panggil Tya dengan penuh semangat.
"Yaaa Tya ... Udah datang aja pagi-pagi begini."
"Hehe iya mba, oh iya mba ... Aku boleh titip ini, kopi buat Pak Dimas. Aku kebelet banget."
"Hah? Tumben minta buatin kopi, biasanya nolak terus kalau aku tawarin ... Yaudah sini kopinya."
Tya menyerahkan secangkir kopi hangat pada Gisel, dan langsung bergegas masuk ke dalam toilet.
Dimas menghela nafasnya, saat usahanya pagi ini sia-sia, Gisel lah yang membawa kopi untuknya, bukan Tya.
"Kopi, buat siapa?" Tanya Dimas pura-pura tidak tau.
"Tadi Tya katanya kebelet, terus dia titip saya pak." Ucap Gisel dengan polosnya, lalu meletakkan cangkir kopi di hadapan Dimas.
.
.
08*** : ( Bisa ketemu nanti malem?)
Tya berdebar saat mendapat pesan kembali dari Dimas, chat yang Dimas suruh untuk membalasnya saja belum sempat Tya balas.
Maaf pak Dimas, bukannya saya sombong atau tidak menghargai ... tapi saya tau betul bagaimana perasaannya jika pasangan Kita mendekati wanita lain, di luar urusan pekerjaan... Dan saya tidak mau jadi wanita seperti itu.
Tya memilih mengabaikan pesan dari Dimas, di tetap pada prinsipnya ... Menjaga jarak dengan pria yang sudah mempunyai pasangan.
Keberuntungan datang pad Tya hari ini, dia tidak mendapatkan pekerjaan yang mengharuskan untuk keluar masuk ruangan Dimas, semuanya sudah Sirli lakukan.
Jam makan siang.
"Sir ... Aku ikut makan siang di luar boleh? Tapi aku bawa bekal sendiri, nanti aku beli minum deh."
"Boleh dong, ayo mba!"
Untuk pertama kalinya Tya makan siang dia luar dengan Sirli, dan itu cukup membuat Dimas kesal, saat jam istirahat Dimas melihat meja kerja Tya kosong tak berpenghuni.
***
Di kediaman Martin.
"Tin, Listy baik banget ... Masa ibu di beliin gelang edisi terbaru, pasti temen-temen ibu ngiri nanti pas pertemuan RT." Kata Yunita sepulang dari shopping dengan Listy.
"Ibu bisa aja, itu gak seberapa kok bu."Sahut Listy merendah.
Martin merangkul Listy dan mencium pipi kekasihnya itu di hadapan orang tuanya, "Makasih ya, udah bikin keluarga aku seneng terus."
"Iya sama-sama, makanya ... Kamu cepetan dong jadiin aku keluarga beneran." Ucap Listy sedikit menyindir.
Listy dan Martin sudah sangat bebas berperilaku layaknya suami istri di rumah, Listy sudah sering menginap dan tidur berdua dengan Dimas di kamar. Sedangkan Kedua orang tuanya dan juga Komala seolah bungkam, karena setiap harinya Listy selalu memberikan apa yang mereka mau.
Hari ini, Listy harus kembali ke apartemennya. Karena kabarnya ada pihak keluarga yang akan menengok keadaannya di kota ini, jadi dia tidak bisa menginap di rumah Martin.
Sore harinya.
Yunita mendekat pada Martin yang sedang sibuk dengan laptopnya di taman belakang rumah.
"Martin, sebaiknya kamu cepat nikahi Listy ... Ibu takut kalau dia keburu di ambil orang, kapan lagi punya pasangan cantik plus royal kayak dia, kalau di bandingin sama mantan istri kamu itu ... bagaiman bumi dan langit."
Martin menutup laptopnya perlahan, "Ibu sayang .... Sabar ya, Martin ada alasan tersendiri."
"Apa itu? Ibu boleh tau kan?"
"Martin gak mau sampai Listy nanti tiba-tiba hamil kayak Tya, setidaknya kalau kita pacaran kemungkinan untuk hamil itu sangat kecil, karena Listy harus menjaga nama baiknya di hadapan semua orang sebagai wanita yang belum menikah."
Yunita menghembuskan nafasnya pasrah, tidak perduli apapun alasan Martin, yang terpenting Listy harus tetap berada dalam lingkup keluarganya, itu semua demi kesejahteraan keluarga. "Ya terserah kamu deh, yang penting jatah shopping ibu gak kepotong-potong.
"Ibu tenang aja, Ibu dan lainnya tetap akan terjamin."
"Lalu ... Mau sampai kapan kamu seperti ini?"
Martin mengedikkan bahunya, "Entah ... Mungkin jika semua cicilan selesai, baru aku fokus menata masa depan."
"Jangan biarkan Listy jatuh ke tangan laki-laki lain." Ucap yunita mengingatkan.
"Ibu tenang saja."
***
Hampir Petang, Dimas mengikuti Tya pulang dari depan kantor, saat Tya menaiki taxi. Pria itu masih penasaran dengan sikap Tya padanya akhir-akhir ini.
Setelah Taxi sampai di depan rumah, Dimas membunyikan klakson mobilnya dua kali dan itu itu membuat Tya reflek menoleh kebelakang.
"Pak Dimas?" Gumamnya.
Taxi Tya sudah melaju, lalu di susul dengan mobil Dimas yang berada di depan rumahnya kali ini.
"Tya ... Masuk dulu sebentar." Ucap Dimas dari dalam mobil.
"M-masuk? Ngapain pak?"
"Saya mohon ... " Kata Dimas menurunkan nada bicaranya.
Saya mohon? Hah? Gak salah? Duh aku gak mau di cap sebagai pelakor, bagaimana ini ....
Tya akhirnya menuruti permintaan Dimas, dengan sopan Tya bersikap seolah biasa saja, padahal hatinya berdebar kencang ... Entah apa yang di rasakan sebenarnya.
"A-ada apa pak?"
Dimas melihat arloji di tangannya, "Ini sudah jam pulang kantor, jangan panggil saya bapak."
"Ada apa Dim?"
"Saya ada salah sama kamu?" Tanya nya dengan lembut, matanya sayu memohon jawaban pada Tya.
"Salah? Ng ... Bapak gak salah apa-apa, M-maksud saya Dimas gak salah apa-apa."
"Saya gak pernah memohon seperti ini pada wanita."
"Lalu kenapa bersikap memohon seperti ini sama saya? Tujuannya apa?"
"Tujuannya kamu, kamu tujuan saya."
Dada Tya makin berdebar kencang, detak nadinya tak beraturan ... Sudah lama Tya tidak pernah merasakan hal seperti ini, bahkan Tya lupa rasanya di cintai seorang laki-laki, karena perlakuan jahat mantan suaminya itu.
"Maksud nya apa ya?" Tanya Tya masih keheranan.
"Tya ... Boleh saya mengenal kamu lebih jauh? Setelah itu saya ingin mengajak kamu menikah."
"Hah?! Sebaiknya kamu berfikir lagi Dimas ... Saya adalah janda anak satu, kamu tau kan status janda itu seperti apa di mata orang-orang? Sedangkan kamu, Karir kamu sukses, belum pernah menikah dan sepertinya kamu adalah type lelaki ideal untuk wanita single di luar sana."
"Type ideal saya cuma ada di kamu."
"Maaf ya Dim ... Bukannya kamu sudah ada pasangan? Tidak baik mengkhianati seorang wanita."
"Pasangan? Siapa yang bilang?"
"Gak ada yang bilang, tapi aku liat sendiri saat ada wanita yang menggandeng kamu di kantor pada waktu itu."
Dimas tersenyum, dia sedikit menahan tawanya. "Ternyata kamu perhatiin? Itu bukan siapa-siapa."
"Bukan siapa-siapa? Tapi kok seperti siapa-siapa."
"Kamu tidak melihat kelanjutan adegan itu, saya melepas tangannya saat sudah keluar dari ruangan kantor, saya tidak mungkin menghempaskan tangannya di depan banyak orang, di pasti malu. Kalau tidak percaya ... Kamu boleh tanyakan Gisel, asisten saya."
"Lalu sebenarnya dia itu siapa?"
thank you Thor 😘😍🤗
semangat lanjut terus yaaa 💪💪😘🤩🤗🤗
ini nih slh satu org Kufur..
Tdk bersyukur...