Tanah yang di jadikannya sandaran. Key Lin hidup di dunia yang bukan miliknya. Keras, dan penuh penindasan. Keadilan bagaimana mungkin ada? Bagi bocah yang mengais makanan dari tempat sampah. Apa yang bisa dia sebut sebagai keadilan di dunia ini?
Dia bukan dari sana. Sebagai seorang anak kecil bermata sipit penjual koran di barat, apakah di akan selamat dari kekejaman dunia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jauhadi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
(Promosi) [Raisha Malam Berbintang]
Raisha Malam Berbintang [Bab 1 s.d 3]
Bab 1
Dia baru bangun pagi ini, suara gemericik air pada wastafel kamar mandinya membuat keningnya berkerut. Siapa orang yang berani sekali masuk ke kamar mandi pribadinya? Dia menengok, karena pintunya terbuka. Seorang laki-laki seumur dengan sang empu berdiri tegak memandang pada cermin kamar mandi gadis itu. Laki-laki itu menatap cermin lalu Berujar pada sang gadis.
"Berhenti mengintip Raisha! Aku Revans!" Ujaran Laki-laki kaku, dan datar itu tanpa menatap pada gadis pemilik kamar mandi bernama Raisha.
Raisha melempar handuknya kearah wajah Revans. "Harusnya Lo bilang kalo mau dateng cecunguk kayak Lo memang gak ada sopan santun masuk ke kamar mandi cewek pagi buta gini!" Sontak Revans tertawa terbahak-bahak.
Raisha tertegun, merasa aneh dengan bocah di depannya itu. Revans menghentikan tawanya, dan menatap Raisha merasa lucu.
"Kebo!" Ujar Revans.
"Siapa yang kebo?" Kata Raisha kesal.
"Liat jam berapa ini!" Kata Revans santai menanggapi tunangannya itu.
"AAAAAAAAH Gincu! Lu kenapa gak bangunin gw?" Tanya Raisha kesal.
"Kamar kita beda, kamar mandinya doang yang sama." Kata Revans acuh. "Dan lagi liat kasur kamu, basah oke! Sudah aku guyur kamu pakai gayung, tapi masih kayak kebo!" Kata Revans setelah itu lanjut menggosok gigi.
"Tahulah! Mandi dulu gw!" Kata Raisha kesal. "Jangan ngintip!" Kata Raisha setelah menutup pintu kamar mandi yang bersebelahan dengan wastafel.
"Hmmm Ahu Abu Hah!" Kata Revans pakai bahasa sikat gigi.
Raisha merasa lucu dengan ekspresi Revans yang dia tunjukkan saat berkata agar dia berhenti mengintip Revans yang sedang cuci muka. Laki-laki seumur dengannya itu tampak lucu, dan tidak cool buat Raisha. Beda halnya dengan gadis lain yang memandang Revans itu tampan, cool, dan keren. Di mata Raisha, Revans sama saja seperti anak kecil.
Drama kamar mandi pun usai.

Revans Abraham Lincoln William Saman

Annabella Raisha Agraria Allen Barron.
[•••••••••••••••••••••••••••]
Revans masuk kembali ke kamarnya, dan membetulkan dasinya. Dia merasa frustasi dengan dasi! Dia sama sekali tidak tahu bagaimana cara memasangnya? Yang dia tahu hanya, harusnya di pasang di leher seragam.
"Vans Lo sudah siap belum? Telat nihhhh!" Kata Raisha jengah.
"Udah. " Kata Revans buru-buru dengan dasinya yang di pakai seperti milik Raisha, di buat kupu-kupu.
"Bisa masang Dasi yang benar tidak?" Tanya Raisha dengan ketus.
"Gak." Kata Revans cengengesan.
"Issss..." Raisha mencopot Dasi Revans, dan membetulkan Dasi itu menjadi selayaknya Dasi cowok.
"Hemm, Gue memang keren!" Kata Raisha memuji kehebatan dirinya sendiri.
"Aaa!" Revans berdengung merasa senang, karena tahu akhirnya cara memasang Dasi cowok.
"Ayo!" Raisha sudah kesal dengan Revans. Lantas gadis itu menyambar tangan Revans, dan mulai turun, berpamitan dengan papa dan mamanya, mengambil dua roti isi untuk dia, dan Revans sarapan.
"Bubu Hulu!" Kata Revans setelah masuk kedalam mobil, dan mulutnya dijejali roti isi sama Raisha.
"Ayo kak berangkat!" Kata Raisha kesal, lalu menyerahkan masing-masing satu botol susu kepada kakaknya Barron Pith. Kakaknya menggenggam marga kakeknya, sementara Raisha menggenggam marga ibunya Annabella.
"Lama banget dandannya!" Kata Pith bergurau sambil menyalakan mobil mereka.
"Iya Sorry Bro!" Kata Revans setelah memakan habis roti isinya, kemudian dia meminum susu dari Raisha.
"Hari kedua, kemarin telat, sekarang semoga berkah telatnya!" Kata Raisha kesal.
Pith, dan Revans hanya diam. Mereka tahu betul jika gadis di hadapan mereka tidak akan mengampuni mereka jika mereka menanggapi gadis itu dengan tanggapan yang gadis itu tidak menginginkan oleh gadis itu.
•••
Perkenalan Tokoh.
Annabella Raisha (Annabella Raisha Agraria Allen Barron.)
Annabella Raisha adalah seorang gadis Indonesia, ya hanya Indonesia. Dan juga gen tidak ada hubungannya dengan kewarganegaraan gadis ini. Berusia 17 tahun di tahun kedua SMA-nya, dan bertunangan dengan Revans sejak 2 bulan sebelum hari pertama angkatan kedua. Perjodohan atau apapun itu, jika dia tidak suka dia akan menolak, tapi gadis ini tidak menolak sama sekali.
Revans Will ( Revans Abraham Lincoln William Saman.)
Sifatnya polos di hadapan Raisha, orang tua, dan sahabat dekatnya seperti anak kecil. Tidak dengan yang jauh dari kata dekat dengan Revans. Sifat aslinya memang seperti anak kecil. Berusia 19 tahun, Revans tidak naik kelas 2 kali karena kecelakaan yang menimpanya saat SMP. Tidak banyak yang tahu soal hal itu, kecuali orang yang dekat dengan Revans, juga pihak sekolah itu sendiri. Berbeda dengan Raisha, Revans yang meminta perjodohan ini, dia berjanji akan melindungi Raisha, Pith, dan dirinya sendiri.
Barron Pith (Ahmad Barron Piter Zen Pith.)
Putra kedua dari papa, dan mamanya. Anak pertama kakak perempuan Raisha, dan Pith sudah meninggal, karena kanker. Pith menyalahkan diri sendiri, karena dirinya adalah dokter spesialis kanker kini. Saat dulu Annabella Annan sakit dirinya bukan dokter, kini saat dia sudah dokter, kakak perempuannya sudah tak lagi ada. Revans adalah orang yang mengeluarkan Pith dari traumanya, hingga Pith keluar dari trauma.
................
•••
Mereka sampai di sebuah tempat The Smith School International. Raisha langsung berlari ke lapangan upacara, dan disanalah guru BK sudah berjaga. Hari ini hari Senin, kemarin memang hari Minggu, tetapi anak-anak di SMA ini di minta masuk dengan alasan cek disiplin, dan pada hari pertama Raisha juga Revans sudah jadi terkenal sebab keterlambatan mereka.
Namun sujud syukur, hari ini mereka tidak terlambat. Mereka berlari sampai ke lapangan tepat waktu. Hanya saja, sialnya mereka bertemu guru jaga, dan kepala sekolah. Di sekolah ini The Smith School International hanya sedikit yang tahu jika, Annabella Raisha Agraria Allen Barron adalah pemilik, dan pendiri termuda sekolah ini. Mungkin sebab penulis membocorkan informasi ini, sekarang jadi banyak yang mengetahui hal ini hehe... Dan di sini, The Smith School International memiliki guru BK 7 guru BK, dua diantaranya berkegiatan, dan di ketahui para masyarakat sekolah, sementara 4 lainnya menjadi guru, 1 adalah murid.
"Kalian tidak terlambat, itu bagus!" Kata Kepala sekolah, Raisha, dan Revans hampir bernafas sampai akhirnya. "Tapi, nanti kalian jadi pengibar bendera, gantikan petugas, oh iya, hukuman tambahan, patroli malam bersama satpam, dan saya!" Lanjut kepala sekolah.
"[Menyebalkan!]" Kata Raisha dalam hati.
Raisha tentu saja tidak suka, kepala sekolah seenaknya saja menyuruh dirinya, dan Revans patroli malam. Itu bukan tugas mereka, memangnya anggota petugas siswa sama petugas jaga buat apa?
"Saya menolak patroli jaga malam!" Kata Raisha, dan Revans bersamaan.
"Kalian mau saya laporkan pada ketua yayasan, dan dikeluarkan, karena terlambat, membantah instruksi?" Tanya guru jaga.
"Silahkan saja! Suruh ketua yayasan kalian itu menghadap!" Kata Pith tiba-tiba muncul.
"Anda pemilik yayasan, dan pendiri sekolah?" Tanya kepala sekolah hormat. "Saya hanya mendidik mereka, tidak ada maksud lain!" Ujarnya lagi tulus.
"Bukan! Saya orang kepercayaannya." Ujar Pith tegas. "Minta ketua yayasan kalian menghadap anak-anak yang akan kalian keluarkan ini setelah pelajaran usai." sambung Pith.
"Baik!" Ujar kepala sekolah tanpa membantah.
"Tuan Muda Barron! Apa hak anak-anak ingusan ini bertemu ketua yayasan?" Ujar Guru Jaga dengan tekanan pada kata 'Tuan Muda.'
"[Menyebalkan! Bisa-bisanya wanita itu memanggil kakak Tuan Muda! Apa dia sengaja? Kakek sudah meninggal dunia! Menjengkelkan!]" Raisha merasa kesal lagi, dan mulai mengutuk guru jaga itu.
"[Dipatahkan enak juga? Raisha kelihatan kesal sama bocah kemarin sore itu?]" Memang Revans yang paling psikopat. Meski dia lembut, dan bersikap polos di depan orang terdekatnya. Namun Raisha sangat mengenal Revans, dia akan membuat orang yang mengusik kesayangannya hilang.
Bab 2
Annabella Raisha, dan Revans Will. Mereka masih berdiri dengan satu kaki sambil hormat kepada bendera di hari yang mulai terik ini. Dua orang yang kuat sekali. Jika penulis jadi mereka, sudah pasti penulis memilih untuk pingsan saja.
Banyak pasang mata melihat dua murid yang di hukum itu. Kepala sekolah sendiri merasa heran, kenapa dua anak itu tidak menyerah saja? Mereka lebih memilih di jemur di bawah sinar matahari dari pada berdamai dengan guru jaga. Berdamai yang di katakan adalah tugas patroli nanti malam. Kulit bersih mereka nan bening, seperti tidak pernah merasakan kesulitan dunia, tapi itu salah, mereka mengalami segala hal, jauh lebih pahit dari pada anak seumuran mereka, terlebih untuk Revans.
Revans Abraham Lincoln William Saman, adalah seorang berketurunan campuran, tetapi sama seperti Annabella Raisha Agraria Allen Barron, Revans Abraham Lincoln William Saman hanya warga negara Indonesia, tidak ada hubungannya dengan gen.
"Haha..Rev, jangan pingsan loh ya! Kalo Lo pingsan gue menang, kesemek sama kawis di rumah buat gue entar!" Raisha berseloroh. Buah Kawis adalah buah eksotis yang lebih sering tumbuh di daerah panas, buah ini juga sangat enak menurut Raisha, kulit buah yang keras tidak menghalangi dia buat memakannya, cukup siapkan batu dan sendok maka masalah selesai. Buahnya rasanya asam manis, dan tambah enak jika di campur gula atau madu.
Buah Kawis juga enak di bikin sirup, hanya saja mungkin sangat susah membuat sirup yang lebih enak dari pada sirup Dewa Burung Kawista. Tentu sirup itu sangat enak. Dan buah kesemek adalah buah favorit Raisha, Revans, dan keluarga mereka. Buah yang hampir seperti apel juga ada julukan "Apel Jawa kesemek!" adalah buah yang enak manis, tinggal kupas saat buah sudah benar-benar matang dan berwarna oranye, buah ini enak renyah, dan manis.
"Janganlah! Aku juga mau!" Kata Revans santai. Beberapa gadis, dan laki-laki muda melihat diam-diam Revans, Raisha dari jendela kelas. Curi lirik di antara ketatnya guru yang sedang mengajar.
"Revans Will, Annabella Raisha kalian masuklah ke kelas, hukuman kalian sudah usai, nanti malam tidak perlu Patroli jaga!" Ujar kepala sekolah pada mereka. Raisha berharap Revans pingsan atau menurunkan kaki saat hukuman, berharap bisa meledek, menangkap, atau bahkan mengambil buah yang dia katakan tadi.
"Baik." Ujar Revans, dan Raisha bersama.
Kepala sekolah lalu masuk kembali ke dalam kantornya. Revans, dan Raisha juga masuk ke dalam kelas. Setelah mendapatkan izin dari wali kelas yang sedang memandu hari pertama belajar mereka lalu mengikuti pelajaran seperti tidak terjadi apapun. Ruang kelas tanpa AC, tanpa Kipas, dan tanpa lampu. Ini adalah ruang kelas yang di katakan sebagai kelas yang terbilang favorit. Revans tidak paham dengan apa yang keluarganya, dan keluarga Raisha lakukan? Kenapa justru tiga kelas favorit tidak memiliki fasilitas mewah? Tirai jendela, proyektor, dan pemancar proyektor adalah benda paling mewah. Proyektor itu juga adalah proyektor murah. Malah tirai jendela 5 kali lebih mahal dari pada proyektor itu sendiri.
Raisha tidak sepintar Revans dalam hal pelajaran, tetapi gadis itu juga tidak bisa di bilang bodoh sama sekali. Hanya selisih 2 Poin tiap kali pembagian raport dengan Revans sejak dulu, gadis itu yakin dia tidak seharusnya kalah.
Kelas seperti biasa di mulai dengan lancar, dan baik. Tetapi yang harus di ketahui, 90% murid The Smith School International bukan manusia normal. Revans Abraham Lincoln William Saman adalah manusia yang paling tidak normal di sana. Kebanyakan murid lain adalah seorang Indigo, dan peri setengah manusia. Sebagian kecil adalah kucing siluman, rubah siluman, kupu-kupu siluman, duyung, manusia kurcaci, dan siluman lainnya.
Hanya ada dua duyung, itu adalah Ren bersaudara Reno, dan Renal. Dua orang kembar yang dua-duanya adalah laki-laki. Revans? Dia Aben. Aben? Makhluk yang tidak berubah bentuk, dia tetap terlihat seperti manusia. Kemampuannya beragam, salah satunya adalah tebar pesona. Karena kebanyakan Aben itu tampan, dan cantik. Aben adalah makhluk yang bisa mengubah suhu, entah panas, dingin, lembab, kering? Mereka bisa saja merubah suhu di sekitar mereka, dan Revans merubah suru ruang kelas jadi lebih sejuk. Tapi Aben hampir serupa Vampir, mereka perlu darah untuk bertahan hidup, bedanya Aben hanya bisa meminum darah ikan, dan darah manusia.
Bagaimana dengan Raisha? Dia Aben, Aben yang cenderung seperti manusia, kemampuannya setara dengan Revans, hanya saja Raisha tidak perlu darah untuk bertahan hidup, 80% dirinya adalah manusia, tetapi dia punya kemampuan seperti Aben. Bisa di katakan Raisha lebih kuat dari Revans.
" Kok gak panas ya? Tadi sebelum Raisha, dan Revans datang panas." Ujar Reno Luck sang duyung berekor biru, yang tersamar jika di laut, dia adalah duyung es. Tidak sampai membuat air membeku, tetapi cukup membuat air jadi dingin.
"Iya." Balas Renal Luck kakak kembar Reno Luck. Renal adalah duyung kristal. Reno, dan Renal hampir bisa di katakan dapat berubah sesuka hati menjadi duyung. Hanya air laut yang membuat mereka tidak bisa mengendalikan kemampuan berubah. Mereka harus memegang giok hijau, atau pilihan lain adalah mengeringkan diri mereka hingga kering.
Revans hanya diam, tibalah saatnya istirahat. Revans merasa senang akhirnya istirahat, dia lalu tertidur pulas. Ruangan tetap sejuk, tetapi justru menjadi semakin dingin, karena ada satu orang yang memiliki kekuatan es.
Dia adalah Venesia peri kecil yang buta arah. Ah seharusnya ini menjadi kisah yang tidak begitu membuat kalian tertarik bukan? Pada awalnya pasti ada yang mengira ini adalah kisah romantis. Tapi tidak, Raisha bukan orang yang romantis. Untuk saat ini.
Venesia membuat ruangan ini menjadi dingin, peri kecil itu merasa sedih, dan ketakutan sehingga tidak bisa mengendalikan kekuatan musim dingin miliknya.The Smith School International memang tempat khusus yang memiliki banyak mahkluk mistis. Sekolah ini berbatasan langsung dengan dunia para makhluk itu. Letak sekolah cukup jauh, dan terpencil. Bahkan para gurunya yang sebagian besar adalah manusia tidak mengetahui kebenaran soal sekolah ini.
Raisha merasakan keberadaan sosok asing Venesia. Gadis itu lantas mendekati peri kecil yang tengah termenung di jendela sendirian.
"Hallo!" Kata Raisha dengan senyum palsu yang cantik itu.
"Aaakh Kau... Apa kau bisa melihatku?" Tanya Venesia setengah takut, dan senang.
"Yab, namaku Raisha, kau pasti Venesia. Senang berjumpa dengan peri musim. " Ujar Raisha terus terang, beberapa teman sekelasnya langsung merasa heran dengan gadis di hadapan mereka. Mereka berusaha menyembunyikan identitas mereka sementara gadis ini tidak. Apa dia lupa dengan aturan sekolah ini?
Raisha bukan lupa akan aturan, dia memang sengaja tidak memperdulikan aturan. Sementara itu, sekolah kedatangan tamu.
Murid baru.
Bab 3
Raisha mencopot dasi kupu-kupunya tiba-tiba, dan mengambil handphonenya.
"Kalian lihat apa? " Tanya Raisha pada teman sekelasnya. "Aku sedang Vidio Call dengan peri kecil ini!" Kata Raisha berakting tersipu malu, dan menunjukkan Vidio anak kecil.
"Iyaa, kami pikir. " Reno terbata.
"???" Raisha pura-pura bingung.
"Kami pikir kamu bisa melihat peri, haha..Haha..Haha.." Ujar Renal tertawa canggung.
Raisha tersenyum manis. Sebenarnya dia mengantongi peri kecil bernama Vanesa itu.
Peri bernama lengkap Venesia Venesia Azurel Ravenska, adalah salah satu dari 50 peri di hutan perbatasan. Venesia Azurel Ravenska adalah peri yang mudah tersesat. Raisha masih berpura-pura menjadi murid normal. Setelah itu dia pergi ke belakang sekolah. Melepaskan peri kecil yang tersesat itu.
"Terimakasih, sekarang aku tahu jalan pulang." Kata si peri kecil Venesia. "Aku akan membalas kebaikanmu, dan tidak akan pernah melupakan dirimu." Kata Venesia.
"Benarkah bagaimana caranya?" Raisha penasaran.
Venesia Azurel Ravenska peri kecil itu mengelilingi tubuh Raisha. Tak lama peri lain dengan ukuran lebih kecil ikut terbang mengitari dirinya.
"Mulai sekarang kamu bisa memberikan perintah pada kami para peri. Bukan hanya peri hutan, tapi banyak peri." Ujar Venesia Azurel Ravenska.
"Bagaimana itu bisa terjadi?" Raisha memberikan mata melediki.
"Aku ratu peri sebelum ini. Sekarang kau ratunya. Jika itu adalah Aben setengah manusia maka lebih baik lagi." Venesia Azurel Ravenska terus saja berkata tanpa jeda kalimat. Raisha menghilangkan kecurigaan.
"Ya ya ya, jadi katakan. Intinya kau sudah tahu kalau aku adalah Aben bukan?" Ujar Raisha.
"Ya!" Ujar Venesia. "Jika itu Aben wanita lain, aku akan di makan." Ujar Venesia.
"Jadi bagaimana cara kerja Ratu peri Aben baru ini?" Raisha masih menyisakan sedikit kewaspadaan.
"Memberikan berkat, apa yang kau katakan di hutan peri akan jadi kenyataan." Kata Venesia.
"Baiklah, semoga para peri kecil terlindungi." Kata Raisha. "Dan aku punya 3 pelayanan pria yang tampan, jenius, tapi aku tetap yang paling jenius. 3 Pelayan pria itu rela memberikan apapun untukku termasuk nyawa, dan tubuh mereka." Raisha merasa puas.
"Kau akan pergi?" Tanya Venesia Azurel Ravenska.
"Memangnya aku mau apa?" Raisha berkata lagi.
"Baiklah. Hati-hati di jalan Ratu!" Venesia Azurel Ravenska melambaikan tangannya.
Raisha tidak lupa dengan janjinya bersama Revans Abraham Lincoln William Saman.
Gadis itu pergi ke tempat yang Revans tunjuk. Ternyata memang benar. Ada tempat rahasia. Menara, yang hanya bisa di lihat oleh peri cahaya, dan para Aben. Ada juga rumah kaca bawah tanah. Kokoh seperti kristal.
"Raisha. Aku sudah menunggumu lama." Ujar Revans.
Revans membawa masuk Raisha.
"Kau pasti butuh darah bukan?" Tanya Raisha.
"Dan anak. Setelah lulus menikahlah denganku." Ujar Revans terus terang.
"Baiklah. Lakukan dengan cepat. " Kata Raisha.
Revans menghisap darah Raisha istimewa sekali rasanya. Darah dari seorang Aben setengah manusia yang sudah di berkati oleh para raja, dan ratu.
Revans tidak bisa berhenti. Dia merasa tubuhnya seperti menyatu begitu saja dengan Raisha. Dan Revans Will untuk pertama kalinya, saat penghisapan darah. Dia menyentuh sesuatu yang tidak seharusnya dia sentuh.
"Jika masih ingin hidup, jangan sentuh bagian itu." Ujar Raisha pada dua miliknya yang kini di genggam oleh Revans dengan keras. Yang membuat gadis itu mencuat merasakan seperti ada aliran tenaga, dan listrik yang belum pernah dia rasakan.
Revans menggendong Raisha ke bagian dalam rumah kaca, bersih, dan wangi. Ada banyak mawar, dan kelopak mawar yang memabukkan. Sebuah kasur awan berada disana. Kasur awan yang sejuk, dan menendang peredaran Raisha, tapi tidak dengan Revans. Laki-laki itu justru bertambah liar dengan serangan gigitan Aben yang tiga kali lebih menusuk dari pada Vampir. Tapi Raisha menikmatinya.
"Revans, apa sudah cukup?" Tanya Raisha.
"Sedikit lagi." Mata Revans memerah itu tandanya dia benar-benar kelaparan. Bedanya Revans justru hanya merasa kenyang dengan darah Aben, dan manusia. Darah Ikan seolah hanya minuman saja. Raisha menahan rasa sakit yang bercampur dengan rasa nikmat saat Revans menggigit dirinya. Juga dengan kedua miliknya yang di pegang, dan di lumat itu luar biasa sakit, tetapi dia menyukainya.
"Revans...." Raisha menghentikan keterkejutannya. Revans tidak membalas. Dia menghentakkan kakinya sekali lagi.
Raisha teringat kata-kata ibunya bahwa Aben bereproduksi dengan dua cara, satu gigitan pada leher, dan kedua seperti manusia. Butuh waktu 10 jam untuk Aben bereproduksi sampai 2 tahun Aben hamil, lalu melahirkan seperti manusia. Bayi Aben akan tampak seperti bayi manusia biasa, tetapi kecerdasan Bayi Aben darah campuran jauh melebihi rata-rata.
Raisha mulai pasrah dengan apa yang akan Aben satu ini (Revans Abraham Lincoln William Saman.) Lakukan pada dirinya. Revans menghentikan langkahnya setelah merasa puas.
"Aku ingin meneruskan ini. Di dunia manusia usia kita sekarang sudah 20 tahun. Cukup untuk menikah bukan?" Tanya Revans.
"Disini kita tidak menjadi tua!" Ujar Raisha.
"Besok kita menikah. Bayangan yang kita kirimkan berperilaku seperti kita pada umumnya. Kita akan menikah besok!" Ujar Revans memutuskan.
Raisha dia merasa senang, entah kenapa, setelah Revans menghisap darahnya. Dia merasa senang. Terlebih seperti dirinya di berikan hak istimewa.
Di dunia Aben, di gerbang pintu kedua. Mereka kedatangan murid baru. Aben yang bisa menghentikan waktu saat sudah saling terikat, hanya Aben raja, dan ratu.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
"Murid barunya perempuan? " Ujar Renal Luck.
"Ya, mereka berdua duyung. " Reno Luck menimpali.
Dua murid baru, mereka saudara sepupu. Sejenis dengan Reno, dan Renal. Mereka senang. Karena juga sebab itu adalah calon istri mereka.
Shilla Ashari
Duyung dengan kekuatan pemurnian air. Kau bisa meminta rasa air tertentu pada gadis duyung ini.
Valencia Asha Shara
Duyung ini berkekuatan pemurnian tanaman. Bisa memelihara biota, dan fauna laut.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Revans Abraham Lincoln William Saman dia sudah kembali lagi ke sekolah. Sepulangnya ada seorang yang ingin bertemu. Orang itu adalah orang yang di undang oleh kakak Raisha. Akhirnya guru jaga yang di anggap tidak sopan pada mereka di pecat.
ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ
Satu tahun berlalu. Raisha, dan Revans sudah lulus. Mereka memilih di dunia gerbang lain. Perut Raisha sudah sebesar itu. Revans, dan Raisha tetap tenang. Kematian. Seolah itu bukan jadi masalah. Tetapi Revans merasa takut kehilangan Raisha.
"Aku tidak kuat. " Ujar Revans.
"Kau sudah lama tidak menghisap darahku." Ujar Raisha.
"Bolehkah?" Tanya Revans.
"Silahkan saja." Kata Raisha lagi.
Revans malah keluar ruangan. " Aku ingin menjadi tua. Aku akan keluar untuk satu hari. "
Tiga hari itu artinya tiga tahun. Raisha paham benar perbedaan waktu di luar sana, dan di sini. Jika di sana satu tahun. Maka disini satu hari. Revans bersiap untuk kelahiran anaknya.
.....
Jangan lupa mampir ya.