Jika cinta pertama bagi setiap anak perempuan adalah ayah, tetapi tidak bagi Lara. Menurut Lara ayah adalah bencana pertama baginya. Jika bukan karena ayah tidak mungkin Lara terjebak, tidak mungkin Lara terluka.
Hidup mewah bergelimang harta memang tidak menjamin kebahagian.
Lara ingin menyerah
Lara benci kehidupan
Lara lebih suka dirinya mati
Di tuduh pembunuh, di usir dari kediamannya, bahkan tunangannya juga menyukai sang adik dan membenci Lara.
Lantas, apa yang terjadi? Apakah Lara mampu menyelesaikan masalahnya? Sedangkan Lara bukanlah gadis tangguh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon blue.sea_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22
Rey, menarik napas panjang. Ia menutup pintu kamar Alena setelah Rey memastikan Alena makan dan minum obat. Rey juga menidurkan Alena agar gadis itu dapat istirahat dengan tenang.
Sedari bangun dari pingsannya Alena terus menangis karena takut terjadi sesuatu pada Lara. Rey bahkan sampai kewalahan menghentikan tangis Alena.c
"Bagaimana Rey?" Rania tampak begitu khawatir, apalagi tadi Alena sempat menangis setelah bangun dari pingsannya.
Rey mengangguk, "Alena tidur setelah makan dan minum obat. Om aku titip Alena."
Ravindra yang mendengar ucapan Rey tampak tidak terima. "Dia itu putriku aku pasti akan menjaganya."
"Tapi yang membuat Alena seperti ini juga putri om." Rey tersenyum miring, ia tahu Ravindra pasti merasa bersalah pada Alena sama seperti Rey. "Aku pamit Om."
Rey segera keluar dari mansion dengan langkah cepat. Rey mengendarai motor sport miliknya dengan kecepatan tinggi membelah jalan ibu kota. Perasaan marah semakin merayapi diri Rey, ia tahu kemana dia harus pergi untuk menemui seseorang
~-----~
Saat Arthur sedang fokus pada ponsel, bel apartemen berbunyi berulang kali. Bukan hanya bel bahkan pintu juga ikut di gedor keras.
Arthur bangkit untuk membuka pintu.
Ceklek
Arthur seketika membeku.
"Tuan Arthur?"
Arthur tetap tenang, tidak menunjukkan keterkejutan pada sosok yang baru datang. Padahal Arthur tahu Rey meminta penjelasan padanya.
"Mengapa tuan bisa ada di sini?" Rey menatap tajam Arthur. Tapi tetap saja Rey menyimpan amarah dalam hatinya. Di rumah Alena hingga demam dan pingsan karena mengkhawatirkan Lara. Tapi dengan teganya Lara malah bersenang senang bersama dengan selingkuhannya.
Rey terlihat begitu sopan pada Arthur karena ia tidak bisa mencari masalah dengan Arthur. Rey tahu, bagaimana kekuasaan yang Arthur miliki bahkan dapat membuat keluarganya hancur hanya dengan satu perintah.
"Dimana tunanganku?" Rey kembali bertanya tapi Arthur tetap tidak peduli.
"Ckk kau sangat mengganggu."
Suara itu berhasil membuat Rey menatap tajam Arthur. Tapi Rey memilih untuk mengabaikannya saja karena Rey tahu Lara pasti ada di dapur.
"Lara lo kenapa gak pulang? Alena sampai sakit karena khawatir sama lo, tapi yang dikhawatirkan malah gak tahu diri."
Lara menghentikan kegiatan memotong sayur. Ia melirik Rey beberapa detik sebelum akhirnya kembali pada kesibukannya.
Rey yang tak dapat respon meninggikan suaranya satu oktaf. "Lara lo gak-"
"Jaga suaramu Rey sebelum aku menarik pita suaramu."
Rey menatap Arthur yang saat ini seakan ingin membunuhnya. Dihadapannya tadi Rey mengaku bahwa Lara adalah tunangannya tapi sikapnya tidak menunjukkan dirinya sebagai tunangan Lara.
"Ini urusanku dengan tunanganku, kau tidak berhak untuk ikut campur." Rey menunjuk Arthur tepat pada wajahnya.
Arthur menatap Rey penuh permusuhan. "Kau hanya tunangan bukan suaminya. Jadi tidak usah seakan paling berkuasa mengatur kehidupan Lara."
Lara semakin mempercepat gerakan pisau di tangannya karena kesal. Tapi seperti Rey dan Arthur sama sekali tidak peduli dan itu membuat Lara semakin kesal.
Srettt
Ctapp
Prangg
Arthur meneguk ludah, ia dapat melihat dengan jelas pisau yang di gunakan Lara untuk memotong sayuran melintas tepat di depan wajahnya sebelum akhirnya menghancurkan sebuah lukisan di dinding.
"Lara." Bentak Rey.
Bugh
Rey tersungkur setelah menerima bogeman mentah dari Arthur. Arthur terlihat sangat marah, ia tidak terima jika ada yang menyakiti Lara tidak ada yang berhak melakukan hal itu pada miliknya.
"Cukup jangan terus membentaknya." Arthur menarik paksa Rey untuk keluar, tetapi Lara menahan Arthur.
"Om cukup." Lara tak sanggup jika menyaksikan langsung Rey di tonjok seperti itu. Hati Lara tidak terima, apalagi ketika melihat sudut bibir Rey pecah dan mengeluarkan darah.
Lara tahu dia bodoh, berulang kali menyaksikan Rey memperlakukan Alena secara istimewa. Bahkan Rey pernah mengatakan jika dia mencintai Alena dan hubungannya dengan Lara hanya sebatas keinginan keluarganya. Rey membencinya dan Lara tahu itu.
"Rey, lebih baik kamu pulang jangan lupa obatin luka kamu."
Rey mengangguk patuh. "Lo jangan lupa balik ke mansion besok, kasihan Alena. Gue gak mau kondisi dia makin memburuk. Ingat itu Lara."
salam kenal
terus semangat
jangan lupa mampir ya