Dinda ayu pratista adalah seorang gadis cantik,yang harus menelan kekecewaan saat tahu jika dirinya sedang berbadan dua.
Hidupnya berubah setelah laki-laki yang menjadi temannya, tanpa sadar merenggut kesuciannya.
Saat mengetahui jika temannya itu akan menikah,dinda pun memutuskan untuk pergi menjauh dari kehidupannya sekarang.
Dia pun berharap dapat melupakan kejadian malam itu dan memulai hidup baru.
Kini dinda pun di karuniai seorang putra tampan yang memiliki wajah sama persis dengan teman laki-lakinya itu.
Sampai di suatu saat,takdir pun mempertemukan mereka kembali dengan keadaan yang sedikit berbeda.
Akankah dinda jujur pada temannya itu, jika sudah dia memiliki anak darinya?
Dan apakah dinda akan memberitahu putranya,jika temannya itu adalah ayah biologisnya?
Ikuti kisah selanjutnya sampai selesai!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAMM 16
Gevano dan inces memperhatikan dinda, yang hanya terdiam.
"Mah." panggil gevano, menepuk pipi dinda. "Mamah baik-baik saja, kan?" tanyanya memastikan.
Dinda yang tersentak pun, langsung menoleh pada gevano yang menatapnya lekat. "Maafkan mamah vano. Sepertinya mamah lupa lagi, dengan nama orang yang sudah menolong mamah." jawab dinda, berbohong.
Gevano terlihat kecewa, sebab dirinya ingin sekali berterima kasih pada orang, yang sudah menolong dinda.
"Vano, kamu tidak boleh bersedih. Om inces yakin, kamu pasti akan bertemu dengan orang itu, ya." Inces yang tahu, kekecewaan gevano segera menenangkannya.
"Sekarang yang terpenting, mamah Vano selamat sampai di rumah, dan bisa berkumpul lagi dengan kita." sambungnya lagi.
Gevano seketika tersenyum, dan memeluk dinda erat. "Maafin Vano, ya mah. Vano sudah malah sama mamah," ucapnya menyesal.
Dinda terharu dengan sikap Vano, dia pun membalas pelukan Vano. " Maafkan mamah juga ya, vano."
Inces tersenyum tipis, melihat dinda dan gevano saling berpelukan satu sama lainnya. dia berharap ibu dan anak itu segera mendapatkan kebahagiaan.
Mereka pun segera masuk ke dalam kosan dinda. tak lama kemudian, pun inces pamit pulang ke kosannya.
Di keheningan malam, dinda menatap wajah Damai gevano yang sudah tidur terlelap. rasa bersalah menghampiri benaknya, saat mengingat dimana dirinya harus membohongi gevano tentang Raffael.
"Haruskah aku mengatakan semuanya pada Raffael? Bagaimana pun juga Raffael harus tahu jika gevano adalah anaknya. Begitu pun sebaliknya." gumam dinda, menghela nafas kasar.
Dinda mengusap lembut puncak kepala gevano. "Mamah janji, setelah mempunyai keberanian yang besar. Mamah akan, mempertemukan kalian berdua." ucap dinda, pelan.
Gevano yang merasa terusik pun, membalikkan badannya membelakangi dinda. melihat hal itu, membuat dinda tersenyum tipis teringat pada kebiasaan Raffael, yang selalu marah saat Roy selalu mengusiknya.
Keesokan harinya...
Dinda hari ini pergi bekerja seperti biasa, meninggalkan gevano yang di jaga oleh inces.
"Om inces." panggil gevano, masih menatap kepergian dinda yang menjauhkan.
Inces pun menatap gevano. "Iya, ada apa vano?" tanyanya lembut.
Gevano kini beralih, menatap inces. "Kila-kila, om tampan kesini lagi enggak, ya?" tanya balik gevano, penuh harap.
Inces terdiam, sebenarnya dia juga tidak tahu apakah Raffael akan ke sana atau tidak.
"Emmm...! Om inces enggak tahu, Vano." jawab inces sekenanya.
Gevano terlihat sedih, saat mendengar jawaban dari inces. sebenarnya hatinya sangat berharap, jika Raffael benar-benar datang ke kosannya.
"Kamu jangan sedih dong, Vano. Kita tunggu saja, semoga om tampan datang ke sini, ya?" Inces yang tahu kesedihan gevano, segera menghiburnya.
Gevano pun tersenyum, berharap apa yang di katakan inces benar-benar terkabul. entah mengapa hari ini, gevano merasa rindu sekali pada Raffael.
*
*
*
Di rumah makan, dinda terlihat sedang membereskan kursi dan meja. sebab sebentar lagi rumah makan itu akan segera buka.
Dinda terlihat bersemangat, dengan melupakan sejenak permasalahan hidupnya. tanpa dia sadari, jika sejak tadi ada seseorang yang memperhatikannya.
"Dinda." panggil pemilik rumah makan, tersenyum kearah dinda.
Dinda pun menoleh dan tersenyum, segera menghampiri. "Ibu panggil, saya?"
"Iya, din." jawabnya lembut. "Oh... iya. Saya mau memberitahu, kalau selama seminggu saya akan pergi keluar kota. Dan untuk urusan rumah makan, saya serahkan kepada putra saya." ujar pemilik rumah makan, tersenyum.
Pemilik rumah makan pun, melihat ke arah lain dan tersenyum. "Aditya." panggilnya lembut. "Kesini, nak. Ibu akan perkenalkan kamu, dengan semua pegawai di sini." ucapnya antusias.
Seorang laki-laki bernama aditya, yang berparas tampan dan memiliki tubuh tinggi, menghampiri mereka yang sama-sama melihat kearahnya.
Aditya pun menatap ibunya, dan sekilas melirik ke arah Dinda yang langsung menundukkan kepala.
"Ada apa, bu?" tanya aditya, dengan suara baritonnya.
Pemilik rumah makan pun tersenyum. "Ibu hanya ingin, memperkenalkan kamu dengannya. Dia, salah satu pegawai ibu. Dan kenalkan nama dia, dinda." ujar pemilik rumah makan itu tersenyum.
Aditya pun menatap dinda yang hanya terdiam, kemudian mengulurkan tangan kepada dinda. "Aditya." ucapnya singkat.
Dinda pun mengangkat kepalanya, dan menerima uluran tangan aditya. "Dinda." balasnya pelan, segera menjauhkan tangannya.
Hal itu membuat aditya tersenyum tipis penuh arti ,saat melihat sikap dinda yang berbeda dengan wanita yang pernah dia temui.
"Nah dinda, mulai sekarang aditya akan menggantikan saya, sementara waktu. Saya harap kamu tidak perlu sungkan, jika membutuhkan sesuatu, ya." sahut pemilik rumah makan, mengalihkan perhatian dinda dan aditya.
Dinda pun mengangguk pelan, setelah merasa cukup dengan acara perkenalannya. dia pun permisi pamit, dari hadapan mereka berdua.
"Aditya ingat jangan pernah bersikap macam-macam. Ibu harap kamu bisa mengelola usaha kita ini." ucap Ibu aditya tegas.
Aditya hanya bersikap acuh, saat ibunya sedang menasehatinya.
Tatapan aditya tidak lepas dari dinda, sudah mencuri perhatiannya saat pandangan pertama.
Dia pun memilih untuk pergi dari sana, menuju ke ruangannya.
*
*
*
Di kosan dinda, gevano terlihat sedang menunggu kedatangan seseorang. dia terlihat sedih, karena orang yang biasanya selalu datang ke kosannya hari ini tidak datang.
"Kamu sedang apa, vano?" tanya inces, duduk di samping Vano.
Gevano menatap inces, dengan wajah sedihnya. "Om inces. Kenapa om tampan tidak datang kesini?" tanya balik gevano.
Inces pun langsung mengerti, dengan sikap gevano saat ini. ternyata gevano sedang menunggu kedatangan Raffael, yang biasanya selalu mengunjungi gevano.
"Sepertinya om tampan, sedang banyak pekerjaan, Vano. Mereka sudah dewasa, jadi harus bekerja, dan tidak boleh keseringan main." Inces memberikan jawaban, berharap gevano dapat mengerti.
Gevano terdiam, mencoba mencerna apa yang di katakan oleh inces.
"Memangnya olang dewasa, tidak boleh belmain,dengan anak kecil, om?" tanya gevano polos.
Inces tersenyum tipis, mengusap puncak kepala gevano lembut. "Ada waktunya, orang dewasa bekerja dan bermain vano. Jadi percaya dengan om inces, kalau om tampan selesai dengan pekerjaannya, maka dia akan datang lagi kesini." jawab inces, menjelaskan dengan tegas.
"Kalau begitu, Vano tidak akan menunggu om tampan. sebab Vano yakin, jika om tampan akan datang lagi ke sini." sahut gevano, ceria.
"Nah, gitu dong. Ini baru Vano nya, om inces. Selalu ceria, dan tidak bersedih lagi." ujar inces senang.
Gevano hanya tersenyum lebar, mendapatkan perhatian dari inces. meskipun tidak dapat di pungkiri, jika hati gevano memang mengharapkan kedatangan raffael di sampingnya.
*
*
*
Hari mulai gelap, rumah makan tempat dinda bekerja pun sudah tutup.
Kini dinda sedang membereskan, ruangan rumah makan itu.
"Kamu belum pulang?" tanya aditya yang tiba-tiba,berdiri di belakang dinda.
Dinda yang tersentak pun, langsung membalikkan badannya, dan menatap heran ke arah aditya. "Apa sedang kamu lakukan di sini?" tanyanya ketakutan.
lanjut Thor 🥰