Novel ini lanjutan dari novel "TOUCH YOUR HEART" jadi jika ingin nyambung, bisa mampir dulu ke novel Author yang itu.
Nizar adalah seorang pilot muda yang tampan, kehidupan Nizar seakan kiamat kala melihat kedua orang tuanya meninggal secara bersamaan. Hidup Nizar seakan hampa bahkan sifat Nizar pun berubah menjadi dingin, cuek, dan juga galak.
Nizar dan adiknya Haidar harus melanjutkan hidup meskipun terasa sangat sulit tanpa kehadiran kedua orang tuanya. Hingga pada akhirnya, seorang wanita cantik tiba-tiba hadir di kehidupan Nizar dan memporak-porandakan perasaan Nizar.
Siapakah wanita cantik itu? apakah wanita itu mampu mengembalikan semangat hidup Nizar atau malah sebaliknya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon poppy susan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Episode 22 Rindu
Malam ini Binar menginap di rumah sakit untuk menemani Mamanya. Binar duduk di samping Mamanya dan menggenggam tangan Mamanya. Sedangkan Suster dan Suga duduk di sofa yang berada di dalam ruangan VVIP itu.
"Ma, Binar mohon sembuhlah. Binar tidak mau sampai Mama tersiksa seperti ini, lupakan Papa dan kita mulai lagi semuanya dari awal," ucap Binar dengan deraian air mata.
"Kasihan sekali Nona Binar," ucap Suster Nida.
"Nida, kamu harus fokus menjaga Nyonya Yulia pokoknya kalau ada apa-apa langsung hubungi saya atau Nona Binar. Dan satu lagi, jangan sampai ada orang sembarangan masuk ke sini kecuali dokternya," perintah Pak Suga.
"Baik, Pak Suga," sahut Suster Nida.
Malam semakin larut, Suga sudah tertidur di sofa single dengan posisi duduk. Begitu pun dengan Nida yang sudah tertidur juga di atas sofa di samping Suga. Binar yang tidur di ranjang samping Mamanya, belum bisa memejamkan mata sama sekali.
"Otakku rasanya mau meledak memikirkan hidupku yang sangat rumit ini. Selama ini hanya diri sendiri yang bisa menyemangati tidak ada satu orang pun yang bisa aku jadikan sandaran. Hanya Mas Nizar yang bisa membuatku nyaman, tapi sekarang dia juga pergi. Ah, kenapa aku merasa rindu ya sama Mas Nizar?" batin Binar.
Malam itu Binar benar-benar tidak bisa tidur sama sekali, hingga menjelang subuh baru dia bisa terlelap.
***
Keesokan harinya....
Yulia sudah bangun sebelum semuanya membuka mata, dia menoleh ke arah Binar. Jejak-jejak air mata masih terlihat di pipi Binar dan itu membuat Yulia terdiam dengan raut wajah sedihnya. Hatinya mulai terasa sakit, gambaran-gambaran Dewa selingkuh dan bertindak kasar kepada dirinya dan Binar membuat Yulia seketika mengepalkan kedua tangannya.
"Dewa, kamu harus membayar mahal atas semua perlakuan kamu kepadaku dan juga Binar," batin Mama Yulia dengan mengeraskan rahangnya.
Suga terlihat menggerakkan tubuhnya dan Yulia dengan cepat pura-pura tertidur kembali. Suga melihat semuanya masih tidur dan mulai membangunkan Nida.
"Sus, bangun!" Suga menepuk tangan Nida pelan.
Nida dengan cepat terbangun. "Astagfirullah, maaf Pak saya bangun kesiangan," ucap Suster Nida merasa tidak enak.
"Tidak apa-apa, Nyonya Yulia dan Nona Binar pun belum bangun kok," sahut Pak Suga.
Suga pun segera masuk ke dalam kamar mandi, sedangkan Nida memeriksa keadaan Yulia. "Alhamdulillah, demamnya sudah turun," batin Suster Nida.
Beberapa saat kemudian, Suga keluar dari kamar mandi dan sekarang giliran Nida yang masuk ke dalam kamar mandi. Suga terburu-buru ke luar dari ruangan rawat Yulia. Dia menuju ke mobil untuk mengambil baju dan peralatan milik Binar, kebetulan Binar selalu membawa baju ganti di dalam mobilnya.
Secepat kilat, Suga kembali ke ruangan rawat Yulia dan menyimpan semua peralatan milik Binar. Suga menghampiri Binar dan mulai menepuk pundak Binar. Yulia mengintip interaksi antara Binar dan Suga.
"Nona bangun, sudah siang," ucap Pak Suga lembut.
"Sebentar lagi, Pak. Aku masih ngantuk," sahut Binar dengan mata yang masih terpejam.
"Bukanya siang ini Nona mau mengurus perusahaan cabang," ucap Pak Suga.
Seketika Binar membuka matanya dan terbangun, dia terduduk di atas ranjang. "Jam berapa sekarang, Pak?" tanya Binar dengan suara serak khas bangun tidur.
"Jam 08.00, Nona. Sekarang Nona mandi dulu, saya sudah membawa baju ganti dan juga handuk. Sementara Nona mandi, saya mau beli sarapan dulu," ucap Pak Suga.
Binar menganggukkan kepalanya, Nida pun keluar dari kamar mandi dan giliran Binar yang masuk. Tanpa sadar, Yulia menyunggingkan senyumannya kala melihat Suga begitu sangat perhatian kepada Binar. Binar selesai mandi dan berganti baju, lalu mendekat ke arah Mamanya yang sudah terbangun itu.
"Alhamdulillah, akhirnya sudah tidak demam lagi. Apa kepala Mama terasa pusing?" tanya Binar dengan senyumannya.
Yulia menggelengkan kepalanya. "Mama, nanti makan ya. Hari ini Binar mau ambil alih perusahaan cabang, itu 'kan perusahaan milik Mama dan Binar tidak rela jika dipegang sama anak pelakor itu," ucap Binar dengan kesalnya.
Yulia hanya bisa memperhatikan wajah anaknya itu, terlihat sekali ada rasa lelah dalam wajah cantik itu. Pintu pun terbuka, Suga datang dengan membawa berbagai macam makanan kesukaan Binar. "Nona, ayo sarapan dulu!" ajak Pak Suga.
"Suster, ayo ikut sarapan. Saya beli banyak makanan kok," seru Pak Suga.
"Iya Pak, terima kasih," sahut Suster Nida.
"Mama tunggu dulu ya, makanan untuk Mama belum datang," ucap Binar.
Lagi-lagi Yulia hanya bisa menganggukkan kepalanya. Binar dan Nida pun menghampiri Suga yang saat ini sedang sibuk menyiapkan makanan. Ketiganya sarapan bersama, namun Binar terlihat sibuk dengan ponselnya entah siapa yang sedang dia hubungi.
"Nona, makan dulu," ucap Pak Suga.
"Iya, Pak sebentar aku mau menghubungi seseorang dulu," sahut Binar.
Setelah selesai menelepon, Binar bukanya melanjutkan makan tapi dia malah membuka laptopnya. Binar fokus menatap layar laptopnya dengan seksama membuat Suga merasa sangat kesal. Akhirnya Suga mengambil piring sarapan Binar, dan menyuapi Binar.
"Nona itu sudah kebiasaan seperti ini, jika sedang sarapan maka sarapan dulu jangan sambil kerja dan nanti ujung-ujungnya Nona tidak sarapan," kesal Pak Suga.
"Soalnya ini tiba-tiba ada berkas yang harus aku lihat, Pak," sahut Binar dengan mulut penuh makanan.
"Seharusnya kalau diluar kantor, Nona jangan mikirin pekerjaan nanti saja kalau sudah di kantor," nasihat Pak Suga.
Binar tidak mendengarkan ucapan Suga, dia hanya fokus kepada laptopnya. Sedangkan Yulia kembali menyunggingkan senyumannya karena merasa kagum kepada Suga yang begitu sangat perhatian kepada Binar. Tanpa sadar, air mata Yulia menetes karena dia merasa sedih dengan kehidupan Binar yang sudah jarang mendapat perhatian dari Papa kandungnya sendiri.
Setelah selesai sarapan, Binar pun pamit kepada Mamanya. "Sus, tolong jaga Mama baik-baik. Pokoknya jangan biarkan siapa pun masuk ke sini termasuk Papa, kalau ada yang memaksa untuk masuk, kamu lapor saja kepada sekuriti," ucap Binar.
"Baik, Nona," sahut Suster Nida.
Binar dan Suga pun akhirnya pergi. "Pak, sepertinya Bapak harus mencarikan pengawal untuk Mama karena aku takut mereka datang lagi ke rumah," ucap Binar.
"Iya, Nona. Saya tadi sudah menghubungi teman saya, kebetulan dia juga bekas pengawal seorang pengusaha dan Nona jangan khawatir mengenai skill dia karena dia juga jago dalam melindungi atasannya," sahut Pak Suga.
"Bagus, pokoknya urusan seperti itu aku serahkan kepada Bapak," ucap Binar.
"Siap, Nona."
Hari ini dia akan mengusir Virlo dari perusahaan milik Mamanya itu. Binar sudah tidak sudi harta milik Mamanya di pegang oleh anak-anak pelakor itu. Bahkan sekarang Binar sudah tidak memikirkan masih Papanya lagi, Binar sudah mati rasa kepada Papanya.
mau di mana taruh tuh muka dengan PD nya ngaku²sahabat...
sahabat dari hongkong, sedangkan jin Qorin aja males ngakuin elu bagian dari dia 🤣🤣🤣
dewa gimana reaksinya setelah tau binar hilang ya
liat saja kemarahan mak nya binar, aku dukung Yulia kalau mau acak² dewa beserta keluarganya dan anak² tiri nya