Vherolla yang akrab disapa Vhe, adalah seorang wanita setia yang selalu berusaha memberikan yang terbaik untuk kekasihnya, Romi. Meski Romi dalam keadaan sulit tanpa pekerjaan, Vherolla tidak pernah mengeluh dan terus mencukupi kebutuhannya. Namun, pengorbanan Vherolla tidak berbuah manis. Romi justru diam-diam menggoda wanita-wanita lain melalui berbagai aplikasi media sosial.
Dalam menghadapi pengkhianatan ini, Vherolla sering mendapatkan dukungan dari Runi, adik Romi yang selalu berusaha menenangkan hatinya ketika kakaknya bersikap semena-mena. Sementara itu, Yasmin, sahabat akrab Vherolla, selalu siap mendengarkan curahan hati dan menjaga rahasianya. Ketika Vherolla mulai menyadari bahwa cintanya tidak dihargai, ia harus berjuang untuk menemukan jalan keluar dari hubungan yang menyakitkan ini.
warning : Dilarang plagiat karena inti cerita ini mengandung kisah pribadi author
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Jhulie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kebohongan Terkuak
Sebulan berlalu sejak Vherolla terakhir kali memberikan uang kepada Romi. Rasa rindu dan kekhawatiran mulai menyelimuti dirinya, hingga pada suatu hari, ia memutuskan untuk mengunjungi rumah Romi. Saat tiba di depan rumah, suasananya terasa aneh. Tidak ada tanda-tanda aktivitas yang menggambarkan kalau Romi sedang menjalankan usaha sembako yang katanya ia buka. Vherolla berdiri di depan pintu sejenak, sebelum mengetuk dan menunggu Romi membukakan pintu.
Romi muncul dengan senyum lebar di wajahnya, namun Vherolla merasakan ada sesuatu yang tidak beres. "Kamu datang juga, Vhe. Kangen aku ya?" goda Romi sambil menarik tangan Vherolla untuk masuk.
Vherolla hanya tersenyum tipis. "Aku cuma ingin lihat usahamu, Rom. Kok nggak kelihatan sembako yang kamu jual di sini?"
Romi tampak sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, namun dengan cepat ia mengalihkan perhatian Vherolla. "Oh, sembako itu aku titipkan di rumah pamanku. Di sini nggak cukup tempat buat nyimpen semuanya."
Vherolla mengangguk, tetapi di dalam hatinya ia merasakan ada yang tidak beres. Matanya berkeliling ruangan, dan saat masuk ke kamar Romi, pandangannya langsung tertuju pada sebuah gitar baru yang terletak di pojok ruangan. Gitar itu terlihat mahal, dan Vherolla tahu betul bahwa Romi sangat menyukai musik, terutama bermain gitar sambil bernyanyi.
"Ini gitar baru ya, Rom?" tanya Vherolla dengan nada penuh kecurigaan.
Romi mengangguk santai, tanpa sedikit pun menunjukkan rasa bersalah. "Iya, baru beli kemarin."
Hati Vherolla bergetar. Dari mana Romi bisa mendapatkan uang untuk membeli gitar, sedangkan dia tidak punya pekerjaan tetap? Apa mungkin uang yang dipinjamnya untuk membuka usaha sembako justru dipakai untuk membeli gitar ini? Pikiran itu terus berputar di kepala Vherolla, membuatnya semakin tidak nyaman.
Setelah beberapa saat berbincang dengan Romi, Vherolla memutuskan untuk pulang. Saat keluar dari rumah, pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan dan kecurigaan. Ia tidak bisa tenang sebelum menemukan kebenaran tentang apa yang sebenarnya terjadi dengan uang yang dipinjamkan kepada Romi.
Sesampainya di kos, Vherolla langsung menghubungi Rozak lewat pesan. Ia merasa perlu untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Setelah sedikit basa-basi, Vherolla menceritakan kebohongan yang dirasakannya. Ia bercerita tentang uang yang dipinjam Romi dengan alasan untuk membuka usaha sembako, tapi tidak ada bukti nyata tentang usaha tersebut.
Rozak membalas dengan cepat. "Setahu aku, kak Romi nggak pernah jualan sembako, Kak Vhe. Aktivitasnya sehari-hari cuma tidur, bangun, makan, dan keluyuran sama teman-temannya. Sering juga pulang dini hari dalam keadaan mabuk."
Hati Vherolla semakin panas. Ternyata, Romi tidak melakukan apa pun untuk mengubah hidupnya. Dia hanya memanfaatkan uang yang diberikan Vherolla untuk bersenang-senang. Namun, Vherolla masih merasa belum puas dengan jawaban Rozak. Ia pun memutuskan untuk bertanya pada Runi, adik Romi yang lain, untuk memastikan kebenaran ini.
Tak lama setelah mengirim pesan, Runi membalas dengan kalimat yang serupa dengan Rozak. "Aku juga nggak pernah lihat kak Romi jualan apa-apa, Kak Vhe. Sehari-hari dia cuma santai di rumah atau pergi sama teman-temannya. Aku pernah lihat dia pulang subuh dengan bau alkohol."
Pernyataan dari Runi menambah beban di hati Vherolla. Rasanya sakit mengetahui bahwa selama ini Romi telah berbohong kepadanya. Bukan hanya tentang usaha sembako yang tidak ada, tetapi juga tentang keseriusan Romi dalam menjalin hubungan mereka. Perlahan tapi pasti, Vherolla mulai sadar bahwa Romi tidak menghargai cinta dan pengorbanan yang ia berikan.
Setelah mematikan ponselnya, Vherolla termenung lama. Pikirannya terus berputar, mencari alasan untuk mempertahankan hubungan ini. Namun, semakin dalam ia berpikir, semakin sulit baginya untuk menemukan pembenaran. Romi telah mengecewakannya berkali-kali, dan kali ini Vherolla merasa tidak bisa lagi berpura-pura bahwa semuanya baik-baik saja.
Romi sudah merenggut banyak hal darinya, termasuk kepercayaannya. Tapi sekarang, saat semua kebohongan itu terkuak, Vherolla harus memutuskan langkah apa yang akan ia ambil selanjutnya. Apakah ia akan terus membiarkan dirinya dimanfaatkan, ataukah ia akan bangkit dan menghentikan semua ini sebelum hatinya hancur lebih dalam?
Malam itu, Vherolla merenung di balik selimut, menahan air mata yang tak mau berhenti mengalir.
Vherolla berbaring di tempat tidurnya, masih terpikirkan oleh semua yang baru saja ia ketahui. Hatinya terasa berat, campuran antara sakit hati dan rasa tidak percaya. Sungguh, Romi yang ia cintai dan percayai selama ini, ternyata telah membohonginya begitu dalam. Uang yang ia berikan dengan harapan untuk membantu Romi membuka usaha, ternyata digunakan untuk hal yang sama sekali berbeda. Lebih menyakitkan lagi, Romi tidak menunjukkan penyesalan, bahkan tidak menyadari bahwa kebohongannya telah diketahui oleh Vherolla.
Malam itu, pikiran Vherolla tidak berhenti bergulir. Ia memikirkan semua momen yang telah mereka lalui bersama, semua pengorbanan yang ia lakukan demi Romi. Teringat kembali bagaimana Romi berjanji untuk berubah, untuk lebih serius menjalani hidup, namun semua janji itu kini tampak kosong. Bagaimana mungkin Romi tega membohonginya?
Vherolla teringat masa awal hubungan mereka, ketika semuanya masih tampak manis. Romi dulu begitu perhatian, begitu hangat, dan membuat Vherolla merasa istimewa. Tapi seiring waktu, Vherolla menyadari bahwa perhatian itu mulai memudar, digantikan oleh sikap cuek dan permintaan yang semakin banyak. Kini, yang tersisa hanyalah kepedihan dan kebingungan.
Ia mencoba memikirkan alasan mengapa ia masih bertahan dengan Romi. Apakah karena cinta? Ataukah karena rasa tanggung jawab setelah apa yang terjadi di antara mereka? Sejak Romi merenggut keperawanannya, Vherolla merasa semakin sulit untuk melepaskan diri. Ada perasaan takut bahwa dirinya tidak akan bisa mendapatkan seseorang yang lebih baik, bahwa Romi adalah satu-satunya yang mau menerimanya. Namun, di sisi lain, ia tahu bahwa hubungan mereka tidak sehat. Cinta yang tulus tidak seharusnya membuat seseorang merasa hancur, bukan?
Ketika fajar mulai menyingsing, Vherolla akhirnya memutuskan bahwa ia perlu bicara dengan Romi. Tidak bisa begini terus. Ia harus mencari kejelasan, sekaligus memberi Romi kesempatan terakhir untuk memperbaiki diri. Jika Romi masih bersikap seperti ini, mungkin sudah saatnya bagi Vherolla untuk berpikir lebih serius tentang masa depannya sendiri tanpa Romi.
Pagi itu, dengan perasaan yang campur aduk, Vherolla mengirim pesan kepada Romi. Ia meminta Romi untuk bertemu dengannya di tempat yang biasa mereka datangi. Ada sesuatu yang harus mereka bicarakan, sesuatu yang tidak bisa ditunda lagi.
Vherolla menunggu dengan gelisah di kamarnya. Ia tidak tahu bagaimana pertemuan itu akan berakhir, tapi satu hal yang pasti, Vherolla sudah tidak bisa lagi menoleransi kebohongan dan perlakuan buruk dari Romi. Baginya, pertemuan itu adalah titik balik. Ini bukan hanya tentang uang atau janji-janji kosong, tapi tentang harga dirinya yang selama ini ia korbankan demi seseorang yang mungkin tidak layak untuk diperjuangkan.