Bagaikan petir di siang bolong, Karin yang baru saja menerima perasaan pria yang ia cintai, begitu terkejut ketika mengetahui bahwa pernikahannya dengan orang lain sedang di persiapkan oleh orang tuanya ,bagaimana dengan pria yang ia cintai?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NisaJm, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Baru saja Karin akan menghampiri Andra namun tak lama ponselnya berdering, terlihat nama Edgar tertera di layar ponselnya membuat nya segera mengangkat telepon dari pria itu.
“Kenapa lama sekali?”
Ucap Edgar membuat Karin mau tak mau segera berlari menuju apartement jika tidak Edgar akan memarahinya lagi, lagipula Andra juga sudah masuk kedalam mobil dan melaju keluar basement, dengan cepat Karin berlari menaiki anak tangga lantaran ia tak tahu cara menggunakan lift, sesampainya di lantai 4 Karin berjalan dengan sangat pelan lantaran kakinya terasa lelah, hingga ia tiba di depan apartement, baru saja akan menekan password tiba tiba pintu dibuka.
“Kau? Lama sekali? Dan kenapa kau berkeringat seperti ini?”
Tanya Edgar menatap Karin yang berkeringat, Karin menatap Edgar dengan nafas tersengal sengal, dia sangat lelah dan haus saat ini rasanya tak mampu berbicara atau menjawab pertanyaan Edgar, Edgar menatap kaki Karin yang gemetar, sontak ia melihat tangga yang tak jauh dari sana.
“Kau menggunakan tangga?”
tanya Edgar, Karin menganggukkan kepalanya membuat Edgar hanya bisa mengusap kasar wajahnya, dasar gadis b*doh bisa bisanya menggunakan tangga padahal disana ada lift.
“Kenapa tidak menggunakan lift?”
Tanya Edgar.
“Karin tidak paham menggunakan nya.”
Edgar hanya menghela nafas panjang, rasanya ingin sekali ia mengetuk kepala gadis itu, kenapa tidak bertanya saja? Tanpa kata Edgar mengangkat tubuh Karin, menggendong gadis itu ala bridal style membuat Karin seketika terkejut dengan perlakuan Edgar, namun gadis itu sontak mengalungkan tangannya di leher Edgar.
Karin menatap wajah Edgar yang hanya berjarak beberapa cm saja dari wajahnya, wajah tampannya, urat lehernya yang terlihat jelas, entah mengapa membuat Karin sangat suka, hingga tak sadar menatap Edgar tanpa berkedip sedikitpun, hingga tak lama Edgar merebahkan Karin diatas sofa.
“Hei, kau tak ingin melepaskan tanganmu dari leherku?”
Ucap Edgar membuat Karin sontak melepaskan tangan nya, Karin memalingkan wajahnya dari Edgar, malu sekali! Edgar hanya diam lalu setengah berjongkok di hadapan Karin lalu menarik kaki Karin keatas sofa dan duduk disamping nya lalu memijat kaki Karin membuat gadis itu benar benar tak berkutik sedikit pun.
“Kalau kau tidak tahu, seharusnya bertanya jangan hanya diam saja.”
Ucap Edgar, Karin hanya mengangguk seraya menatap Edgar yang tengah memijat kakinya, entah lah jantung nya berdegup kencang saat ini, wajahnya mungkin juga memerah, Karin memilih memalingkan wajahnya tak ingin Edgar melihat wajahnya yang memerah.
Tak lama suara bell berbunyi membuat Edgar menoleh ke arah pintu, Edgar segera berjalan menuju pintu lalu membukanya, terlihat seorang pria datang membawa makanan yang Edgar pesan, setelah membayar, Edgar membawa makanan itu masuk kedalam lalu meletakkannya diatas meja dihadapan Karin.
“Malam ini tidak perlu memasak, besok saja setelah belanja keperluan dapur.”
Ucap Edgar, Karin pun menganggukkan kepalanya, gadis itu mulai beranjak dari duduknya membuat Edgar menoleh padanya.
“Mau kemana?”
Tanya Edgar pada Karin.
“Ke dapur, mengambil piring.”
Ucap Karin, Edgar menggelengkan kepalanya meminta Karin untuk tetap berada di sana.
“Aku saja, nanti kaki mu patah, aku yang repot!”
Ucap Edgar ketus, Karin hanya diam dan menurut, meskipun ketus tapi Edgar sangat perhatian, Edgar kemudian mengambil piring dan sendok untuk nya dan Karin makan, Keduanya kemudian makan dengan lahap setelah kelelahan membersihkan apartement milik Edgar itu.
Namun setelah beberapa jam berlalu, Edgar yang tengah melewati kamar Karin mendengar suara gadis itu, pria itu penasaran lalu mengetuk pintu kamar Karin, tak lama Karin membukanya, Edgar sedikit terkejut melihat wajah Karin yang memerah.
“Kau kenapa?”
Tanya Edgar khawatir.
“A-alergi kacang.”
Ucap Karin membuat Edgar berpikir sejenak, ah benar makanan yang Edgar pesan memang mengandung kacang, tapi b*doh nya kenapa gadis itu tidak bilang jika alergi kacang? Edgar kemudian meraih jaket dan kunci mobilnya, tujuannya tentu saja apotek, sedangkan Karin di kamar nya hanya bisa menggaruk tubuh nya yang terasa gatal.
Tak butuh waktu lama, Edgar pun kembali dengan membawa obat yang ia beli, lalu menyerahkan nya pada Karin, Karin pun segera meminum obat yang Edgar beli, seketika gadis itu mengantuk setelah meminum obatnya, kemungkinan efek samping, Karin pun tertidur, sedangkan Edgar yang baru saja masuk kedalam kamar Karin menatap gadis itu.
“Dasar gadis b*doh, dia tidak punya mulut atau tidak bisa bicara? Bagaimana jika mama tahu hal ini? Bisa bisa aku yang di marahi!”
Gumam Edgar kesal, pria itu menghampiri Karin diatas ranjang lalu menyelimuti tubuh Karin, Edgar kemudian mematikan lampu lalu keluar dari sana, sedangkan Karin tiba tiba saja terbangun setelah Edgar mematikan lampu, pasalnya ia tidak terbiasa tidur dengan suasana gelap, Dengan cepat Karin menyalakan lampunya.
Karin menatap tubuhnya yang di tutup dengan selimut, seketika gadis itu tersenyum.
Pagi pun tiba, Edgar yang baru saja bangun pun segera masuk kedalam kamar mandi membersihkan diri nya, setelah selesai pria itu mengerutkan keningnya menatap pakaiannya yang sudah disiapkan di atas ranjang.
“Pasti gadis itu lagi!”
Ucap Edgar, lalu mengambil pakaian yang sudah disiapkan itu, memakainya dan segera keluar dari kamar, lagi dan lagi Edgar dibuat terkejut ketika apartement nya terlihat bersih dan rapi.
“Apa orang suruhan mama sudah datang dan membersihkan semuanya?”
Gumam Edgar, tak lama terdengar suara berisik dari arah dapur membuat pria itu segera berjalan menuju dapur, keningnya berkerut ketika melihat Karin yang tengah berkutat dengan peralatan masak.
“Kau sedang apa?”
Tanya Edgar, Karin menoleh.
“Me-masak sarapan.”
Ucap Karin singkat.
“Tidak perlu, aku tidak..”
Ucapan Edgar terhenti ketika melihat beberapa makanan sudah tertata diatas meja makan, tak lama Karin menghampiri Edgar lalu meletakkan nasi goreng yang baru saja matang diatas meja.
“Makan dulu kak.”
Ucap Karin membuat Edgar mau tak mau duduk, Karin pun ikut duduk di hadapan Edgar membuat pria itu menoleh.
“Kau sudah membaik?”
Tanya Edgar, Karin menganggukkan kepalanya menatap tubuhnya, memang masih ada bekas kemerahan tapi sudah tidak separah kemarin malam.
“Sudah kak, terima kasih karena sudah...”
“Tidak perlu, aku hanya ingin menyelamatkan diriku dari amukan mama.”
Ucap Edgar membuat Karin terdiam, Edgar kemudian mulai menyantap makanan yang Karin siapkan, dengan ragu ia menyuap makanan itu kedalam mulutnya namun seketika matanya terbelalak karena merasa makanan yang gadis itu masak tidak begitu buruk.
“Lumayan juga.”
Edgar membatin lalu melanjutkan makan nya, setelah selesai, Edgar pun mengambil tas dan sepatunya, sedangkan Karin membersihkan meja makan, gadis itu melirik Edgar yang tengah memakai sepatu, melihat Edgar yang hampir akan pergi membuat Karin segera menghampiri Edgar.
“Kak Edgar.”
Ucap Karin membuat Edgar yang hampir mencapai pintu pun menoleh ke belakang, Karin meraih tangan Edgar lalu menyalami nya membuat pria itu terkejut, dan yang lebih mengejutkan ketika Karin mencoba untuk memperbaiki dasi Edgar yang sedikit miring, namun dengan cepat Edgar menepis tangannya.
“Tidak perlu, aku bisa memperbaiki nya sendiri.”
Ucap Edgar lalu segera keluar, Karin hanya menatap kepergian Edgar.