Namanya adalah Ryan Clifford. Dia adalah seorang Pangeran yang akan mewarisi tahta kerajaan Utara. Wajahnya tampan, polos dan sangat sederhana. namun, siapa sangka dibalik kepolosannya itu, tersembunyi kekuatan yang maha dahsyat. dia terlahir membawa takdirnya sendiri. ayahnya yang seorang Raja telah menorehkan sejarahnya sendiri. oleh karena itu, dia juga ingin mencatat sejarahnya sendiri.
walaupun seorang pangeran, tidak sekalipun dia memamerkan identitasnya. dan perjalanannya yang seru di mulai disini!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Edane Sintink, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
...Bab 22...
Pertanyaan dari Violet ini sama sekali tidak diduga oleh semua orang. Terlebih lagi selama ini Violet selalu menjadi bulan-bulanan mereka. Mereka mengatakan ini, Violet hanya diam dan menurut. Mereka mengatakan itu, Violet juga hanya bisa mengangguk. Tapi saat ini, Violet seperti seekor singa yang baru bangun dari tidur. Sangat galak dan jawaban dari perkataan mereka tadi sungguh-sungguh menohok sekali.
Ayah dan anak serta wanita itu tidak tau saja apa yang sudah dialami oleh Violet. Apa yang perlu dia takutkan? Selagi Ryan ada di sampingnya, semua masalah pasti akan beres.
"Kau Violet. Kau berani memperdebatkan kinerja ku? Aku sudah lama bekerja di perusahaan ini dan kau tidak berhak untuk memperdebatkan apakah aku kompeten atau tidak,"
"Hehe. Justru karena kau terlalu lama bekerja, makanya aku bisa menilai kalau kau hanya makan gaji buta di perusahaan. Kau hanya pandai menunjuk dan memerintah. Kalau kau memang kompeten, mengapa hutang Welber medicine Farmasi sudah hampir satu tahun?"
"Kau.., kau sengaja lempar batu sembunyi tangan. Jelas-jelas kalau kau telah gagal, kemudian kau mengkambing hitamkan aku untuk menutupi kegagalan mu,"
Bobby terus ngotot tidak mau mengakui apa yang dikatakan oleh Violet tentang dirinya yang tidak kompeten.
"Lempar batu sembunyi tangan? Berarti aku kau anggap berdalih? Kalian belum menanyakan tentang apakah aku berhasil atau tidak, tapi kalian memvonis bahwa aku gagal. Kalau kau tidak mampu, jangan samakan orang lain sama tidak mampunya dengan dirimu. Karena belum tentu orang lain sebodoh dirimu,"
"Kau..,"
"Apa? Apa kau yakin kalau aku gagal melaksanakan pekerjaanku dengan baik?" Tantang Violet.
"Aku bernai bertaruh. Jika kau memang benar-benar berhasil, maka aku akan mengundurkan diri dari perusahaan dan akan melepaskan posisiku untuk mu. Tapi jika kau terbukti tidak berhasil, maka kau dan jalang mu ini jangan menginjakkan kaki di perusahaan lagi. Dan satu lagi, kau jangan mencari-cari alasan untuk menolak lamaran dari Keluarga Patrick!"
"Baik. Buka mata anjing mu lebar-lebar!" Kata Violet sembari menampar'kan tiga cek ke atas meja. Kemudian dia sekali lagi menyodorkan kontrak pembelian produk dari Welber medicine Farmasi yang bernilai dua ratus juta Dollar. Dan yang paling mengejutkan adalah, pembayarannya di depan.
"Hehe. Kau ingin membodohi ku dengan cek dan perjanjian palsu ini? Tiga puluh juta. Apa kau pikir tiga puluh juta semudah mencantumkan beberapa angka dengan mudah," Bobby tetap tidak percaya bahwa Violet benar-benar berhasil. Oleh karena itu, dia menganggap bahwa cek dan kontrak pembelian itu hanyalah akal-akalan Violet saja.
Sudah banyak yang gagal untuk menagih hutang. Apa lagi mendapatkan kerjasama baru. Benar-benar tidak dapat dipercaya. Siapa Welber? Apakah dia akan memperhitungkan gadis seperti Violet ini? Sukur-sukur dia tidak dinistakan.
"Palsu atau tidak nya, kau bisa memverifikasinya," jawab Violet dengan santai sambil menyilangkan kedua tangannya di depan dada.
"Ini...?!"
Robby segera melerai pertengkaran antara putra dan keponakannya itu. Dia segera mengangkat gagang telepon, kemudian segera menghubungi nomor telepon perusahaan Welber medicine Farmasi.
Setelah selesai melakukan panggilan, wajah Robby menjadi seolah-olah tidak percaya.
Bukan hanya sekali Robby melakukan panggilan, bahkan ke tiga perusahaan lainnya. Dan semuanya mengatakan bahwa mereka telah membayar hutang mereka kepada Nona tertua Salazar.
Melihat perubahan pada wajah ayahnya, Bobby pun segera tertawa dan mengejek. Dia melompat-lompat seperti monyet sirkus dengan bangganya.
"Hehe. Sudah aku katakan bahwa itu pasti palsu. Kau terlalu berani untuk menipu ayah ku. Sekarang aku akan meminta kepada ayahku untuk menendang mu keluar dari perusahaan dan jangan injakkan lagi kaki mu di perusahaan ini!" Setelah berkata demikian, Bobby segera menatap ke arah ayahnya dan berkata. "ayah, segera usir jalang ini dari perusahaan!"
Plak..!
"Diam kau!"
Tubuh Bobby terhuyung beberapa langkah ketiga mendapatkan tamparan yang tak terduga itu. Dia tidak pernah menyangka bahwa ayahnya, yang selama ini terus membelanya tiba-tiba menamparnya. Apa ini?
"Ayah. Mengapa kau menampar ku?"
"Diam kataku dan segera meminta maaf kepada sepupumu!"
"Ini.., apa yang terjadi? Bukankah ini cek dan kontrak palsu?"
"Mata mu yang mana yang melihat cek dan kontrak ini palsu? Bukankah paman sudah memverifikasinya?!"
"Apakah..,"
"Minta maaf segera!" Bentak Robby.
Tidak punya pilihan, walaupun hatinya tidak puas, tapi ayahnya telah memberikan perintah, mau tak mau Bobby harus meminta maaf.
Dia, dengan sangat canggung berjalan ke hadapan Violet, kemudian segera meminta maaf.
"Sepupu, aku salah. Harap jangan perhitungan dan tolong untuk memaafkan aku," kata Robby dengan gigi terkancing menahan kemarahan.
"Bicara yang jelas!" Pinta Violet.
"Sepupu, aku salah. Tolong jangan perhitungan dengan ku. Aku dengan sepenuh hati meminta maaf kepadamu!"
"Aku memaafkan mu. Tapi bagaimana dengan perjanjian kita?"
Sepertinya Violet sama sekali tidak ingin melepaskan Bobby begitu saja. Kapan lagi dia bisa menekan keluarga paman ke-dua nya itu. Selama ini, dia yang selalu ditekan. Dan sekali ini, dia ingin membalasnya dengan kejam.
Wajah Bobby terlihat sangat bodoh. Dia hanya bisa menatap wajah ayahnya untuk meminta pertolongan.
"Keponakan ku, pertaruhan seperti apa? Bukankah kalian adalah saudara sepupu? Jangan terlalu perhitungan dengan sepupu dan jangan pula terlalu menindas," kali ini suara Robby sedikit lembut. Dia tau bahwa putra nya lah yang bersalah.
"Benar sepupu. Jangan terlalu perhitungan dengan ku. Bagaimanapun kita adalah saudara,"
"Sepupu? Paman diam ketika Bobby menindas ku. Dan ketika aku membalas, paman melompat keluar untuk membela anak paman yang tak kompeten ini. Dan kau Bobby, aku pernah melihat orang yang tidak tau malu, tetapi tidak pernah melihat yang paling tidak tau malu seperti kau ini. Memakan sumpahnya sendiri. Memalukan,"
"Violet. Apa kau memang ingin bertarung sampai akhir dengan ku? Jangan keterlaluan! Aku sudah terlalu mengalah,"
"Kau mengancam ku? Sejak dini saja sudah tidak bisa diharapkan. Apa lagi nanti jika keluarga Salazar diwariskan kepada mu. Bisa hancur keluarga ini," cibir Violet. Ingin mengancamnya, mimpi saja. Selagi Ryan masih berdiri kokoh dibelakangnya, jangankan hanya satu Bobby. Seratus Bobby pun dia tidak takut.
"Sudah diputuskan. Sebagai orang tua, aku menganggap masalah ini telah berakhir sampai di sini saja. Tidak ada yang perlu meninggalkan perusahaan. Dan satu lagi, kau sudah berkontribusi besar bagi perusahaan dengan menagih hutang kepada empat perusahaan yang berjumlah tujuh puluh juta Dollar. Tentunya kau tidak akan serakah untuk mendapatkan pujian bukan? Dengan ini, kontrak dua ratus juta Dollar dari Welber medicine Farmasi biarkan sepupu mu yang menanganinya. Bagaimanapun, kau adalah wanita. Biarkan sepupumu yang mendapatkan pujian dari kakek. Dengan begitu, dia akan meningkatkan kepercayaan dirinya. Apa artinya pujian bagimu karena ketika kau menjadi istri dari keluarga lain, maka kau akan meninggalkan keluarga ini dan mengikuti marga suamimu," kata Robby sok berwibawa padahal orang bodoh pun tau bahwa dia ingin mencuri kredit dan menyerahkannya kepada Bobby.
"Ha?" Mata Violet terbelalak. Bukannya memberikan sangsi kepada Bobby, malah ingin merampok hasil usahanya. Ini jelas tidak masuk akal.
padahal ceritanya Sangat Bagus
kereen banget .
lope lope utk mu Thor..
suka banget dgn sifat Ryan..