Linda adalah seorang pengembara dengan ilmu medis dan keterampilan beladiri yang sangat hebat.
Mengalami hilang ingatan membuatnya diperbudak oleh sebuah keluarga yang membutuhkan seorang perawat gratis untuk putra mereka yang sedang sakit.
Sebuah kecelakaan membuat Linda kembali mengingat ingatannya dan kemudian bertemu seorang pria bernama Alaska yang memberinya sebidang tanah.
Dari tanah itu Linda mendapat kesuksesan sebagai seorang perempuan pengusaha tanaman herbal terbaik di desa tersebut.
Kalau kamu sakit, jangan lupa datang ke kebunnya meminta obat herbal, dijamin sembuh!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon To Raja, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Tamu di pavilium
Saat ini Linda dan Alaska sedang duduk di taman sambil menikmati teh.
Sambil menyeduh tehnya, Linda menatap Alaska "Kenapa tiba-tiba membatalkan perjalananmu ke ibu kota?" Tanya Linda.
Alaska yang sedang menikmati teh kemudian mengukir sebuah senyuman di wajahnya, senyum yang cukup tipis, jika tidak melihatnya dengan jeli maka sulit untuk mengetahui apakah pria itu tersenyum atau tidak.
Tetapi Linda yang melihat itu, dia jelas menatapnya secara teliti dan mendapati tarikan lengkungan garis tipis di bibir Alaska.
Suasana hati Alaska sedang baik.
Dengan tetapan yang lembut, Alaska menatap Linda sambil berbicara dengan suara yang hangat, "tidak mungkin aku membiarkanmu ditindas oleh sekelompok orang-orang tidak tahu malu di desa ini. Jika seperti itu, Bukankah aku menjadi orang yang sangat tidak tahu malu?"
"Hm,," Linda meletakkan gelas tehnya, "Aku tidak tahu kau adalah orang yang sangat bijaksana. Tapi lain kali kau tidak perlu melakukannya, itu sungguh merepotkan," ucap Linda yang sedari dulu memang tidak suka bergantung pada seseorang, Karena sedari dulu dia sudah ditempa menjadi sosok yang kuat dan dipaksa untuk berdiri di atas kakinya sendiri.
Jika pondasi itu rusak, Maka Linda tidak tahu harus mendapat batu yang tepat dari mana untuk memperbaiki pondasinya.
"Baiklah, aku tidak bisa memaksamu. Tapi aku sudah memutuskan untuk menunda keberangkatanku menjadi dua hari lagi," ucap Alaska.
"Jika begitu, aku harus mengikutimu ke ibukota, karena pengobatan harus dilakukan. Kebetulan juga aku perlu mencari bibit tanaman yang harus ditanam di ladang, itu perjalanan yang cukup bagus," kata Linda kembali mengesap tehnya dan menikmati aroma apel dari teh itu.
Tiba-tiba seorang pelayan mendekati pelayan pribadi Alaska dan membisikkan sesuatu membuat sang pelayan terkejut.
Sang pelayan menatap Alaska beberapa saat, ada keragu-raguan di wajahnya sebelum mendekat secara perlahan dan berbisik dengan pelan di telinga Alaska.
Setelah pelayan pribadi itu berbisik, raut wajah Alaska langsung berubah tidak senang, hingga membuat Linda menjadi penasaran, "ada sesuatu?" Tanya Linda.
"Seorang perempuan dari keluarga Sinea Baru saja datang, tapi kau tidak perlu khawatir, orang-orang akan langsung mengusirnya," kata Alaska sambil mengalihkan pandangannya ke pelayan pribadinya memberi kode agar pria itu segera melakukan apa yang baru saja dia katakan.
"Tidak perlu," ucap Linda secara tiba-tiba membuat Alaska dan pelayan pribadinya menatap ke arah Linda.
Mereka jelas tahu tujuan keluarga itu untuk mengacau, tapi kenapa Linda malah menerimanya?
"Aku akan menemuinya, bagaimanapun aku pernah memiliki hubungan dengan mereka," kata Linda sambil berdiri, ia mengukir sebuah senyuman di bibirnya seolah-olah akan menghampiri sesuatu yang menghibur.
Melihat raut wajah Linda, maka Alaska memberi kode pada pelayan agar mendorong kursi rodanya hingga mereka pergi ke arah pavilium.
Namun setelah memasuki Pavilium, Linda malah berjalan ke kamarnya sambil menguap.
Alaska dan pelayan pribadinya terdiam, bukankah mereka mau menemui perempuan dari keluarga Sinea itu? Mengapa malah...?
Saat Linda tiba di depan pintu kamarnya, ia berbalik menatap Alaska, "aku perlu pikiran yang segar sebelum menemuinya," ucap Linda membuat Alaska menahan tawanya.
Sungguh licik!
"Baiklah," alaska mengangguk pelan.
Sementara di depan pavilium, saat itu Emiralda bersama dua orang pelayannya sedang berdiri bersama, raut wajah Emiralda tampak kesal.
'Sial! Orang-orang di sini sama sekali tidak memperlakukanku dengan baik,' pikir untuk Emiralda dalam hati sambil melirik ke arah kursi yang diletakkan di depan beranda paviliun, kursi di sana cukup luas untuk menampungnya yang hanya seorang diri saja.
Tetapi bukannya dibiarkan duduk di kursi, dia malah ditahan di depan sehingga harus tetap berdiri menunggu orang-orang keluar.
Yang lebih menyebalkannya lagi, ketika Emiralda terus melihat ke arah pintu, waktu terus berlalu dan Linda berpikir hari semakin gelap, namun pintu yang ia tatap itu sama sekali tidak bergerak.
'Sial! Apakah aku harus menunggu sampai pagi baru memiliki kesempatan untuk bertemu dengan mereka?' gerutu Emiralda dalam hati, sudah tidak tahan lagi, dia dengan cepat berbalik menatap salah seorang penjaga di sana.
"Apakah kalian benar-benar sudah menyampaikan kedatanganku pada Tuan kalian? Aku memiliki sesuatu yang begitu penting untuk dibicarakan dengannya, kalian akan menyesal jika aku sudah berbicara dengan Tuan kalian dan melaporkan kelakuan kalian!" Gerutu Emiralda pada sang penjaga di hadapannya.
Penjaga itu tidak memperlihatkan ekspresi apapun, wajahnya tetap datar sambil berdiri dengan tegak memegang senjata di tangannya.
Melihat pengawal itu bahkan berani merendahkannya, Emiralda menjadi semakin kesal, "Apakah kau tidak punya mulut?! Seorang bangsawan sedang berbicara denganmu! Apakah kau akan tetap diam?!!" Bentak Emiralda berada di ujung tanduk kesabarannya.
"Kami sudah menyampaikannya," ucap sang penjaga setelah beberapa saat diam.
Emiralda menggertakkan giginya, bisa-bisanya seorang penjaga biasa berani berbohong padanya, "Kalau kau sudah menyampaikannya, tuanmu tidak mungkin tinggal diam! Dia pasti langsung keluar menem--"
"Siapa yang membuat keributan di sini?" Tiba-tiba suara seorang perempuan menyela ucapan Emiralda membuat Emiralda berbalik menatap ke sumber suara dan melihat Linda muncul di hadapannya dengan penampilan yang sangat anggun dan mewah.
Kali ini Linda menggunakan pakaian berwarna putih dengan pinggiran yang disulam menggunakan benang-benang emas membentuk corak bunga melati yang indah.
Tak hanya itu, Linda memegang sebuah kipas, kipas berwarna emas dengan gantungan berwarna putih, terlihat jelas kipas itu memiliki kualitas yang sangat baik dan tentunya harganya juga tak kalah dengan kualitasnya.
Rambut Linda sepenuhnya di sanggul ke atas hingga leher Linda yang begitu jenjang menampakan diri dengan begitu percaya diri.
Wajah yang dirias dengan sempurna membuat kecantikan Linda semakin terpancar memenuhi seluruh tempat itu membuat Emiralda mengepal kuat tangannya hingga kuku-kukunya menancap masuk ke dalam telapak tangan.
Bisa-bisanya seorang perempuan yang di rumahnya dia jadikan babu sekarang di tempat ini, di tempat yang dimiliki oleh seorang pria terhormat malah dijadikan seperti seorang Ratu?
Apakah dunia benar-benar tidak terbalik?
"Aku tidak datang bertemu denganmu, aku datang bertemu dengan tuan muda!" Kata Emiralda dengan suara yang tegas dan penuh percaya diri. Dia tidak mungkin kalah dari seorang perempuan yang terakhir kali dipungut oleh keluarganya dan hanya makan rema-remahan dari keluarga mereka.
"Ah,,," Linda tersenyum, ia duduk di kursi kayu yang tersedia di sana, "Apakah kau pikir orang sembarangan sepertimu bisa menemui tuan muda? Ataukah kau berpikir pangkatmu sebegitu tingginya sehingga berani datang kemari untuk bertemu dengannya?" Tanya Linda membuat mata Emiralda melotot sempurna.
Apa kata perempuan itu?
Ini penghinaan baginya, terutama kata-kata itu terlontar dari mulut seorang perempuan yang derajatnya lebih rendah dari pelayan keluarga Sinea!
"Beraninya kau! Kau pikir aku tidak tahu identitasmu?! Hanya seorang perempuan yang keluarga Sinea pungut dari hutan dan dengan belas kasih keluarga Sinea bisa bertahan hidup selama 2 tahun, sekarang kau berani merendahkanku dan melupakan jasa keluarga Sinea memberimu makan selama ini?! Bahkan posisimu di rumahku seharusnya tidak lebih tinggi dari pelayan-pelayanku! Jadi sebaiknya kau sadar diri dan jaga kata-katamu di depanku!" Bentak Emiralda dengan urat-urat yang hampir keluar dari kulitnya.
Bagaimanapun, harga dirinya harus terlindungi di depan semua orang yang ada di sana terutama para pengawal paviliun tersebut dan juga dua pelayan di belakangnya.
"Oh,,, Ternyata kau sudah tahu, kalau begitu kemarilah, aku perlu menjamu mantan adik iparku terlebih dahulu," ucap Linda membuat wajah Emiralda memerah, apalagi melihat para penjaga di sana langsung menahan tawa mereka.
Barusan dia mengatai Linda tidak memiliki derajat yang lebih tinggi dari pelayan di rumahnya, namun sekarang Linda mengatakan bahwa dia adalah mantan adik iparnya.
Itu sudah menjelaskan segalanya, Linda pernah menikah dengan kakaknya dan mereka pernah menjadi satu keluarga, yang artinya jika derajat Linda tidak lebih tinggi daripada seorang pelayan maka dia pun sebagai saudara iparnya seharusnya memiliki derajat yang sama.
"Kenapa tidak duduk?" Tanya Linda setelah beberapa saat keheningan dan Saat itu pula seorang pelayan telah datang sambil membawa satu set alat minum teh.
Emiralda menggigit Bibir bawahnya, dia benar-benar kesal namun dia menahan kekesalannya dan berjalan menghampiri Linda.
Dia akhirnya duduk di depan Linda dan melihat sang pelayan dengan begitu anggun dan tenangnya menyeduh teh di hadapan mereka berdua.
"Minumlah, kau pasti lelah setelah perjalanan yang jauh ke tempat ini dan sepertinya sudah cukup lama menunggu," ucap Linda sambil mengambil cangkir teh miliknya dan mengecap minumannya.
Emiralda semakin kesal mendengar kata-kata Linda, "Kau pasti sengaja membiarkan aku menunggu dalam waktu yang lama kan?!" Gerutu Emiralda menahan amarahnya, dia tidak mungkin membuat keributan di rumah milik seseorang tuan muda dari ibukota.
Atau kalau tidak, dia akan mendapat masalah seperti yang dialami para pejabat pemerintahan di balai desa.
"Ahh,, Maafkan aku, Aku terlalu lelah setelah berjalan-jalan seharian jadi tak sengaja tertidur dan baru saja bangun. Para pelayan tidak ada yang berani membuat keributan saat aku beristirahat jadi tidak tahu kalau kau sudah menunggu cukup lama di sini," ucap Linda dengan begitu tenangnya semakin membuat amarah Emiralda naik dari jari-jari kakinya ke atas puncak kepala.
Namun ketika dia hendak berteriak untuk memarahi perempuan di depannya, tiba-tiba pintu terbuka memperlihatkan sosok pria yang tampan duduk di atas kursi roda.
Pria yang tenang itu seolah-olah seperti dewa yang baru saja keluar dari tempat persembunyiannya, menampakkan diri pada orang-orang yang telah lama menunggu kehadirannya.
Segera setelah itu, amarah Emiralda langsung menghilang seperti embun yang terkena sinar matahari.
Senyuman merekah di wajah Emiralda, dia langsung berdiri menatap Alaska, "tuan muda," ucap Emiralda dengan suara yang begitu lembut dan manis.
Orang-orang yang tidak mengenal Emiralda sebelumnya pasti langsung terpesona dan merasakan bagaimana lembutnya perempuan yang baru saja berbicara, termasuk para pengawal kediaman Alaska yang berjaga di sana. Mereka tampak terpaku selama beberapa detik.
"Di luar begitu dingin, pakailah ini," ucap Alaska sambil menyodorkan sebuah selimut membuat mata Emiralda berbinar-binar melihat perhatian Alaska padanya.
'Sudah kuduga, dia pasti akan langsung terpikat setelah melihat kecantikanku, tidak sia-sia aku menunggu lama di sini untuk bertemu dengannya,' pikir Emiralda dalam hati sambil melangkah untuk mengambil selimut yang disodorkan itu.
Hatinya berbunga-bunga, dan jantungnya seakan meledak seperti kembang api untuk merayakan kebahagiaannya.
Namun ketika dia semakin dekat dan hendak mengulurkan tangan untuk mengambil selimut itu, tiba-tiba saja ia dihalangi oleh pelayan pribadi Alaska.
"Apa yang coba kau lakukan pada tuan muda kami?!" Tanya pelayan pribadi Alaska dengan tatapan melototi Emiralda membuat Emiralda tersentak kaget.
Apa yang terjadi?
Kenapa pelayan bodoh ini menghalanginya untuk mengambil pemberian tuan muda?
Tetapi ketika Emiralda hendak berbicara untuk memarahi pria di hadapannya, Linda sudah berdiri dan meraih selimut dari tangan Alaska.
"Aku tidak selemah itu," jawab Linda sambil mengukir senyuman di wajah cantiknya dan tangannya bergerak memakai selimut tersebut.
Mulut Emiralda bergetar melihat kejadian itu.
Jadi selimutnya bukan untuknya?
Seketika wajah Emiralda menjadi merah, dia sedikit malu, tapi meski begitu dia masih memberanikan diri untuk berkata, "saya datang kemari karena ada sesuatu yang begitu penting yang harus saya sampaikan pada tuan muda."
"Sesuatu yang penting?" Alaska mengangkat sebelah alisnya dan melihat Linda menganggukkan kepalanya sehingga Alaska lanjut berkata, "kalau begitu masuklah."
Wajah Emiralda menjadi berseri-seri, dia menganggukkan kepalanya dengan sebuah senyuman indah di wajahnya, beberapa pengawal yang ada di sana bahkan langsung tersipu melihat wajah Emiralda yang terlihat berseri-seri dan menampakkan kecantikan terbaik dari sosok mungil itu.
biar makin semangat
thankyou ya Thor..