NovelToon NovelToon
Istri Yang Tak Di Anggap

Istri Yang Tak Di Anggap

Status: sedang berlangsung
Genre:Cerai / Penyesalan Suami
Popularitas:7.3k
Nilai: 5
Nama Author: laras noviyanti

Candra seorang istri yang penurunan tapi selama menjalani pernikahannya dengan Arman.

Tak sekali pun Arman menganggap nya ada, Bahkan Candra mengetahui jika Arman tak pernah mencintainya.

Lalu untuk apa Arman menikahinya ..

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon laras noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ch 22

Saat ini Rizal tengah duduk di sofa apartemennyasetelah tadi dia menemui Candra di cafe sebelum pulang.

"Aku sudah tak sabar pergi berdua dengan Candra" Rizal memegang ponselnya, jari-jarinya mengetuk layar, memperhatikan pesan-pesan yang masuk. Pikirannya melayang ke saat-saat bersama Candra. Senyum tersungging di wajahnya.

Dia mengingat senyuman Candra saat mereka merencanakan akhir pekan ini.

"Dua malam lagi, kan?" bisiknya pada diri sendiri.

Langkahnya tak terasa membawanya ke dapur, membuahkan secangkir kopi. Aroma pekat mengisi ruangan, membangkitkan kegembiraan di dalam dirinya.

Cangkir yang penuh, Rizal kembali ke sofa, membayangkan hari-hari yang akan dia lalui bersama Candra. Ia senang melihat kehangatan dalam mata Candra saat mereka tertawa bersama.

Pikirannya dipenuhi dengan bayangan mereka menjelajahi kota, saling berbagi cerita tentang hidup dan impian.

"Ah aku suda tidak sabar" Rizal menghela napas, menatap jam dinding.

"Sebaiknya aku segera tidur hari semakin larut" Rizal berdiri, meletakkan cangkir di meja.

"Kau yakin bisa tidur, Rizal?" dia bercakap-cakap dengan diri sendiri sembari melangkah ke kamar.

Malam bergulir cepat, namun pikiran Rizal tetap terjaga. Dalam kegelapan, bayangan Candra terus mengisi ruang di kepalanya. Ia teringat saat mereka membicarakan ide ide baru di cafe bersama.

Akhirnya Rizal mulai memejamkan matanya Namun, mimpi tentang Candra menolak untuk datang. Dia terus terjaga, memikirkan bagaimana cara membuat akhir pekan mereka istimewa.

Keesokan harinya, Rizal bangun lebih pagi dari biasanya. Sinarmatahari yang lembut menyelinap melalui tirai, menari-nari di wajahnya. Ia meraih ponsel di meja samping tepat tidurnya.

"Aku harus segera bersiap untuk pergi ke rumah sakit" Dengan cepat, Rizal melangkah ke kamar mandi, air dingin menyegarkan dirinya.

Setelah mandi dan berpakaian rapi, Rizal mengecek kembali ponselnya, berharap ada pesan dari Candra.

Tapi tak ada satu pun pesan dari Candra Senyum Rizal menipis, tetapi ia segera menggelengkan kepala, berusaha mengusir rasa kecewa.

"Dia pasti sibuk dengan cafenya sebelum besok dia akan pergi denganku," ujarnya pada bayangannya di cermin.

Rizal menutup kancing bajunya, mencermati penampilannya sekali lagi.

Tiba di rumah sakit, aroma antiseptik dan suara langkah kaki tak henti-hentinya menghampirinya.

Rizal bergegas masuk ke ruang praktik, menemukan kolega-koleganya sudah bersiap di meja mereka.

"Selamat pagi, Rizal!" Sapa seorang perawat dari sudut ruang praktik. Senyum lebar di wajahnya berharap dapat menambah semangat Rizal yang mulai redup.

"Selamat pagi! Apa pasien hari ini cukup bayak preya" Rizal mengangguk, senyum ringan merekah.

"Setidaknya tidak sepadat kemarin," jawabnya, menyusuri ruang praktik yang mulai ramah.

Tangan Rizal meraih berkas-berkas di mejanya, membolak-balik catatan pasien dengan cepat.

"Semoga tidak ada yang membutuhkan operasi mendesak seperti bulan lalu," bibirnya melengkung saat mengingat pasien yang hampir pingsan selama proses itu.

Rizal mulai memeriksa satu persatu pasiennya di melakukan aktivitasnya.Begitu juga dengan Candra yang saat ini tengah berada di Cafe.

Saat Candra dan Dira membuka cafe, aroma kopi baru dan kue fresh dari oven memenuhi udara, menciptakan suasana hangat. Di belakang konter, Candra tersenyum lebar sambil melayani pelanggan yang datang.

“Ini diambil dari resep baru yang kita buat, Candra," Dira menjelaskan sambil mengacungkan sepotong kue cokelat dengan lapisan krim halus di atasnya.

"Pengunjung pasti suka, lihat saja nanti!" jawab Candra, mengamati pelanggan yang sudah mulai berdecak kagum.

Seorang pelanggan mendekat, mengembangkan senyumnya, "Kue ini luar biasa! Saya rasa ini bisa jadi favorit saya."

Candra tertawa ringan, “Terima kasih! Kami akan membuat lebih banyak untuk Anda,” jawab Candra sambil merapikan rambutnya yang lepas di wajah.

Dira menghampiri, mengangkat satu piring kue yang baru saja disajikan. "Candra, lihat pelanggan di sudut sana! Mereka tampak tertarik dengan menu spesial kita."

Candra menoleh, senyumnya merekah ketika melihat pelanggan itu berbincang akrab di meja dengan tawa yang menular.

“Tampaknya mereka akan memesan,” Candra berkata, berusaha memfokuskan diri pada pelanggan yang menikmati kue-kue mereka.

“Bisa jadi ini hari terbaik cafeku,” lanjutnya, merasakan energi positif mengalir di sekeliling. Ia mengusap tangan di apron sebelum melangkah menuju meja pelanggan.

“Selamat datang di cafe kami! Apa bisa saya bantu?” Candra menuturkan dengan nada ceria, tatapannya tak lepas dari wajah senang mereka.

“Ya, kami mendengar banyak tentang kue cokelat ini,” jawab seorang wanita dengan rambut ikal, matanya berbinar.

“Tidak hanya cokelat kue, kami juga punya banyak pilihan lain. Kue keju, muffin blueberry, dan roti panggang khas kami,” Candra menjelaskan, tangan menunjuk ke arah rak kue yang dipenuhi berbagai macam makanan manis.

“Roti panggang? Seperti apa rasanya?” tanya wanita berambut ikal itu, penasaran.

Candra mengangguk sambil membuka pintu ke dapur, aroma wangi menyebar.

"Dapat saya tunjukkan, ini roti panggang kami, sangat renyah dan dipadukan dengan selai buah segar yang lezat," Candra menjawab, memandangi mereka dengan penuh semangat.

Dira yang mengikuti dari belakang menambahkan, "Dan ada pilihan topping unik, seperti selai kayu manis dan gula merah. Keduanya memberikan cita rasa yang berbeda."

Wanita berambut ikal itu ternganga, "Secara ajaib, saya jadi ingin mencoba keduanya sekaligus! Bagaimana jika kita memesan satu dari setiap jenis?"

Candra tersenyum lebar. "Pilihan yang cerdas! Ini pasti akan menjadi pengalaman rasa yang tidak akan terlupakan!"

Wanita itu tertawa, wajahnya bersinar gembira. "Baiklah, kami memesan satu dari setiap jenis. Dan mungkin, beberapa potong kue cokelat"

Candra mengangguk dengan semangat, merasakan keceriaan menyelimuti dirinya.

“Pesanan yang sempurna! Akan saya siapkan segera,” jawabnya, dan berbalik menuju dapur, membiarkan aroma kue dan roti panggang menuntunnya.

Ketika Candra menyita bahan-bahan, Dira mengikuti dari belakang, membawa beberapa piring kosong.

"Biarkan aku membantu!" Dira bersemangat, mempersiapkan meja untuk pesanan yang akan segera datang.

"Terima kasih, Dira. Sedikit lagi, dan kita akan siap menyajikan!" Candra mengatakan sambil menata bahan di atas meja dapur.

Satu per satu, adonan kue dan roti panggang mulai tercipta. Aroma manis menyebar ke seluruh cafe, menarik perhatian para pelanggan lain.

“Candra, tampaknya kita akan kehabisan roti panggang sebelum jam makan siang dimulai,” Dira mengamati rak yang mulai menipis, matanya berkilau penuh semangat.

“Kalau begitu, kita harus membuat lebih banyak, cepat!” Candra menjelaskan sambil mengaduk adonan kue dengan penuh perhatian.

“Aku akan ambil bahan-bahannya,” Dira melangkah cepat ke area penyimpanan, mengambil tepung dan gula.

“Cepat, kita tidak boleh membiarkan pelanggan menunggu terlalu lama!” Candra meneriakkan dengan semangat, tangan kirinya sudah mulai menguleni adonan yangwangi. Sementara Dira kembali ke dapur dengan bahan-bahan yang dibutuhkan, Candra berfokus pada adonan yang menggeliat dalam mangkuk.

“Candra, ini dia! Tepung dan gula!” Dira meletakkan bahan-bahan di sebelah Candra, memperhatikan dengan penuh kepastian.

Candra tersenyum, “Hebat! Mari kita campurkan semua ini. Suatu kombinasi yang sempurna,” dia menggenggam tangan Dira dan bersama-sama mereka mulai mengaduk adonan, menciptakan keharmonisan antara rasa dan tekstur.

“Kalau ini berhasil, kita bisa menambahkan roti panggang ke dalam menu tetap,” Dira bersemangat, membayangkan kemungkinan yang ada. “Aku ingat pelanggan menyukai roti itu saat kita uji coba.”

Candra mengangguk, “Satu langkah lagi menuju kesuksesan. Mari kita bersihkan meja ini dan mulai membentuk adonan.”

Asap tipis mulai mengepul dari oven saat mereka menuangkan adonan yang telah dibentuk. Candra melirik ke arah pelanggan yang mulai menunggu dengan tampang antusias.

“Ayo, cepat sedikit. Biar mereka tidak menunggu terlalu lama.” Dira mengingatkan, sambil menyeka keringat yang mengalir di keningnya.

“Sedikit lagi, ini pasti akan jadi yang terbaik,” Candra balas tersenyum. Matanya berkilau memandang ke arah oven,yang sudah mulai mengeluarkan aroma menggoda.

"Aku tidak sabar untuk mencicipinya," Dira membalas, menatap oven seolah itu jendela menuju kebahagiaan.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
murni l.toruan
Rumah tangga itu saling komunikasi dua arah, agar tidak ada kesalah pahaman. Kalau hanya nyaman berdiam diri, itu mah patung bergerak alias robot
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!