"Ayah! ibu! kakak! Dimana kalian semuanya, hiks..."meraung Jeony sejadi-jadinya melihat anggota keluarga yang sudah tak bernyawa akibat kecelakaan beruntun yang menimpa keluarga pak Loey Christian.
"Kenapa tuhan? Kenapa engkau mengambil semua orang yang hamba sayang tuhan, hiks..."jeony meraung sejadi-jadinya di tempat kejadian yang dimana kondisinya pun saat ini juga tidak memungkinkan.
Ya memang benar adanya saat ini kondisi jeony pun begitu memprihatinkan. Karena kejadian naas itu yang membuat jeony mengalami patah tulang cukup parah yang membuat jeony harus menjalani serangkaian operasi estetika dan orthopedi agar dapat menyelamatkan nyawa jeony yang hanya tinggal menghitung jam.
Setelah melakukan serangkaian operasi, akhirnya nyawa jeony pun berhasil di selamatkan. Waktu terus berlalu hingga perubahan pada Jeony pun semakin terlihat jelas bahkan jeony dianggap seperti orang gila oleh warga sekitar.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dyajenkpankestu_, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21
"Lha! Memang gue buat salah ya, perasaan gue nggak ada. Ya sudahlah, mulai detik ini gue bakal mengucilkan diri gue di tempat yang sunyi. Memang benar, menyendiri itu lebih baik" gumam jeony sembari membuka pintu kamar, kemudian jeony mengistirahatkan tubuhnya sebelum adzan ashar berkumandang.
Waktu terus bergulir, suara lantunan adzan ashar membuat jeony terbangun dari tidurnya. Saat ini, joeny telah melakukan ritual mandi, dan sekarang tengah bersiap untuk menjalankan sholat ashar. Mensejajarkan kaki, lalu menutup kedua kaki dan seluruh badan dengan mukena bersih. Kemudian, jeony membaca niat dan mengangkat kedua tangan untuk melakukan ibadah. Beberapa menit kemudian, jeony sudah selesai mengerjakan shalat ashar dengan tepat waktu.
Setelah meletakkan peralatan sholat, kemudian jeony melanjutkan membaca buku islam yang di ambil di perpustakaan. Saat joeny ingin membuka buku, disaat yang sama terdengar suara ketukan pintu di luar kamar. Dengan mengayuh kursi roda secara perlahan, joeny membuka pintu kamar begitu pelan. Karena, ia tak ingin hal yang sama terjadi kembali dan membuat jeony enggan keluar dari kamarnya saat ini.
Ceklek...
"Assalamualaikum jeony"ucap bunda diva sembari tersenyum.
"Ahh bunda, Waalaikumsalam bunda"jawab joeny sembari tersenyum.
"Kamu sudah sholat ashar belum?"tanya bunda diva sembari tersenyum.
"Hehe belum bunda"jawab jeony sembari terkekeh kecil.
"Anak bunda ini ya"sahut bunda diva sembari menoel pipi chubby jeony dengan lembut.
"Hehe jeony bukan-"
Belum selesai jeony Menjawab, seketika itu juga bunda diva mencium pipi chubby dengan lembut. Seketika, joeny terdiam sejenak sembari memegang pelan pipi kanan yang sudah memerah seperti udang rebus. Sedangkan, bunda diva hanya tersenyum lembut melihat kelakuan anak angkatnya malu seperti kucing sembunyi di sarangnya.
"Jangan malu seperti itu nak. Anggap saja, bunda seperti ibu kandungmu sendiri dan seluruh para santri disini sebagai saudaraku nak"ujar bunda diva sembari mengusap puncak kepala jeony dengan lembut.
"Ya bunda. Joeny sangat bersyukur bisa bertemu sama bunda"sahut jeony sembari mencium punggung tangan bunda diva sesaat.
"Bunda juga bersyukur bisa bertemu sama kamu nak"ujar bunda diva sembari memberikan paperback kepada jeony. Seketika, joeny mendongak dan menatap bunda diva dengan tatapan sendu.
"Ini paperback buat apa bunda?"tanya jeony dengan rasa penasaran.
"Coba jeony buka. Biar tahu isinya apa"sahut bunda diva sembari mendorong kursi roda jeony masuk kedalam kamar.
Jeony dan bunda diva kembali masuk ke dalam kamar untuk membuka isi paperback yang membuat jeony begitu penasaran apa isi di dalam paperback tersebut. Akan tetapi, lain tempat ada wanita berhijab yang sedari tadi mengintip kebersamaan bunda diva dan joeny. Tak lain, dia adalah Afraniza Hamzah yang biasa di panggil rani. Sedari tadi pandangannya tak lepas dari jeony yang begitu akrab dengan bunda diva walaupun mereka jarang bertemu.
Hal itu membuat Rani semakin dendam terhadap jeony yang selalu mendapatkan perhatian khusus dari bunda diva yang selama ini menjadi panutan rani selama mondok di asrama ini."Awas lo joeny apa jenong nggak tahu gue dah. Yang pasti, lo akan tahu akibatnya jika lo berani mengambil posisi popularitas di asrama ini. Lihat rencana gue selanjutnya wanita pungut" geram rani dalam hati sembari mengepalkan tangan dengan kuat, tetapi mata elang rani tak lepas sedikitpun dari kebersamaan bunda diva dan jeony di dalam kamar.
Kembali di dalam kamar, saat ini jeony tengah membuka paperback dengan cepat. Hingga beberapa saat kemudian, hadiah di dalam paperback mulai terlihat. Hadiah itu adalah baju satu set baju panjang rajut yang begitu jeony sukai. Sembari menahan air mata yang hampir jatuh, jeony langsung memeluk bunda diva dengan perasaan yang tak bisa digambarkan.
"Terima kasih bunda, terima kasih karena sudah dengan baik menerima jeony di asrama ini bunda. Karena, karena keluargaku sudah tiada, jadi bunda diva dan bunda azka juga para oma yang sudah menjadi keluarga kedua bagiku bunda. Sekali lagi terima kasih bunda, jeony sangat suka bunda"celoteh jeony sambil terus memeluk bunda diva dengan erat. Satu hal fakta lagi yang baru diketahui oleh bunda diva, jika jeony adalah anak yatim piatu yang sudah di tinggal keluarga sejak lama.
Sambil menghela nafas perlahan, bunda diva melonggarkan pelukan. Lalu menatap jeony dengan tatapan yang menahan sesak di dalam hati bunda diva. Yang baru mengetahui, jika saat ini jeony tidak memiliki keluarga kandung dan hanya hidup sebatang kara.
"Bunda akan selalu sayang sama jeony. Jadi, jeony jangan merasa sendirian lagi ya nak. Jika ada hal yang menurutmu kurang baik ngomong saja sama bunda diva. Nanti bunda yang akan memberi dia pelajaran nak. Paham joeny"titah bunda diva penuh dengan penekanan setiap ucapannya.
"Baik bunda. Joeny bakal ngomong jujur sama bunda"sahut jeony dengan lembut.
"Ya sudah. Sekarang, jeony membersihkan diri dulu. Nanti bunda azka akan menjemput jeony setelah selesai sholat magrib ya nak"ujar bunda diva sembari meninggal joeny di kamar sendiri.
"Baik bunda."jawab jeony yang begitu bersemangat.
"Ya sudah. Sekarang bunda tinggal dulu ya. Nanti malam kita lanjut lagi bercerita cantik"tutur bunda diva sembari menoel pipi chubby jeony dengan lembut.
"Humm bunda"jawab jeony seadanya.
Setelah bunda diva keluar, joeny pun kembali melanjutkan aktivitasnya. Yaitu, melakukan ritual mandi, sembari menunggu adzan magrib tiba. Disaat yang sama, Rani pun keluar dari persembunyiannya. Kemudian, rani juga ikut pergi dan merencanakan selanjutnya yang sudah ada pikirannya.
Sore sudah menyembunyikan sinarnya, giliran langit malam yang bertabur bintang yang begitu indah. Saat ini, joeny sudah bersiap untuk keluar dari kamar untuk menuju ruang makan. Tak lupa, jeony memakai baju pemberian bunda diva yang begitu nyaman joeny pakai saat ini. Mengayuh dengan pelan, saat ingin menghandle pintu, tetapi pintu kamarnya sudah di buka oleh alwi yang mendapat perintah dari sang bunda untuk membawa jeony ke ruang makan.
Seketika, tatapan alwi tertuju dengan penampilan jeony yang begitu lucu dan imut. Bagaimana tidak imut, bunda diva memberikan jeony beberapa setel baju rajut beserta hijabnya yang senada. Apalagi, bentuk wajah Jeony face oval tetapi sedikit chubby kedua pipinya membuat alwi betah memandangi bidadari surga yang berada tepat di hadapannya."Cantiknya calon istri gue. Pengen gue kurung dia di dalam kamar mulu kalo cantiknya seperti ini" Ujar hati kecil alwi yang begitu senang saat melihat joeny dari dekat seperti saat ini.
Akan tetapi, hal tersebut tak berlangsung lama. Saat alwi ingin memegang pegangan kursi roda, saat itu juga ada alfarad yang sudah memegang terlebih dahulu kursi roda jeony. Sehingga membuat alwi dan alfarad ribut di depan jeony dengan masalah yang sepele.
"Hey alwi! Daripada lo terus tatap anak orang mending gue aja yang bawa"Ucap alfarad dengan nada satu oktaf. Hal itu, langsung membuat alwi emosi meluap dan melupakan perintah bunda diva beberapa saat yang lalu.
"Ehh gue yang di suruh bunda njir"jawab alwi yang tak terima.
"Tapi lo lambat mulu sih kerjanya, mending gue aja deh yang bawa jeony ke meja makan"sahut alfarad dengan santai.
"Gue yang disuruh bunda njirr"ketus alwi yang tak terima dengan omongan alfarad.
"Gue anjirr!!"jawab alfarad yang tak mau kalah.
"Gue bangsat!!"sahut alwi dengan nada menggertak.
"Gue alwiii"jawab alfarad yang tak kalah sengit.
"Gue!!"
"Gue!!!"
Joeny yang sudah jengah dengan pertengkaran receh antara alwi dan alfarad. Seketika itu juga, jeony angkat bicara dan mengayuh kursi roda secara perlahan untuk menuju ke ruang makan.
"Jika kalian masih bertengkar. Tak tinggal duluan kesana ya, permisi. Assalamualaikum"ucap jeony dengan tegas sambil mengayuh kursi roda dengan cepat.
"Woyy tunggu kami berdua"Teriak alwi dan alfarad secara bersamaan.
semangatt thorrr/Drool//Drool/