Inara dipaksa untuk menjadi istri ketiga dari pria berusia 45 tahun. Untuk menghindari pernikahan itu, Inara terpaksa menikah dengan pria asing yang sempat ia selamatkan beberapa hari yang lalu.
Tidak ada cinta di dalam pernikahan mereka. Pria tersebut bahkan tidak mengingat siapa dirinya yang tiba-tiba saja terbangun di tempat asing usai mengalami kecelakaan tragis. Meskipun Inara terlepas dari jeratan pria tua yang memaksanya menjadi istri ketiga, tapi wanita itu dihadapkan pada masalah besar yang tengah menantinya di depan.
Siapakah pria asing tersebut sebenarnya? Benarkah ia amnesia atau hanya berpura-pura bodoh demi menghindari masalah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Reni t, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Inara seketika memutar badan seraya tersenyum lebar. Namun, senyuman yang mengembang di kedua sisi bibirnya seketika menghilang ketika melihat wajah suaminya yang terlihat kesakitan.
"Kamu kenapa, Mas? Kepala kamu sakit?" tanya Inara seraya meletakan telapak tangannya dikedua sisi wajah Dave.
Dave mengedipkan pelupuk matanya secara berkali-kali seraya menggelengkan kepalanya menahan rasa nyeri. Untuk beberapa saat, tidak ada kata yang terucap dari bibirnya akibat rasa sakit yang ia rasakan. Hal tersebut tentu saja membuat Inara semakin merasa khawatir.
"Mas, kamu kenapa?"
Dave menarik napas panjang lalu menghembuskannya secara sebelum akhirnya menatap wajah Inara seraya tersenyum dipaksakan. Pria itu kembali memeluk tubuh Inara erat, bahkan sangat erat membuat wanita itu seketika terasa sesak.
"Mas gak apa-apa, Sayang. Tadi cuma pusing dikit,'' jawab Dave berbohong, pada kenyataanya ia sempat tidak kuasa menahan rasa sakit di kepalanya itu.
"Kayaknya kamu kecapean deh, mendingan kamu istirahat," pinta Inara dan hanya dijawab dengan anggukan oleh suaminya.
Keduanya pun meninggalkan ruangan itu lalu berjalan ke arah ranjang. Inara membantu suaminya berbaring lalu menutup sebagian tubuhnya menggunakan selimut tebal. Dave tersenyum ringan lalu menarik telapak tangan istrinya agar bisa duduk di tepi ranjang tepat disampingnya.
"Sebenarnya Mas pengen banget kamu tidur di sini sama Mas, tapi--"
"Gak apa-apa, Mas. Untuk saat ini kita emang gak bisa tidur di kamar yang sama, tapi setelah masalah kita selesai, kita bisa menjalani rumah tangga normal seperti orang lain," jawab Inara berbohong, ia tak yakin apa dirinya dapat tidur dengan nyenyak tanpa suaminya.
"Mas janji akan segera menyelesaikan masalah kita, setelah itu kita bisa menjalani rumah tangga kita dengan bahagia, oke?"
Inara menganggukkan kepalanya seraya tersenyum lebar. "Eu ... aku juga ke kamar sebelah dulu, ya. Tubuhku lelah banget."
Kali ini Dave yang menganggukkan kepala seraya mengusap satu sisi wajah sang istri. Inara berdiri tegak dan hendak melangkah.
"Tunggu, Sayang," pinta Dave membuat Inara sontak menghentikan langkahnya. "I love you.''
Inara kembali tersenyum lebar lalu mengatakan hal yang sama, "I love you too."
"Kalau ada apa-apa, jangan sungkan dateng ke kamar ini, Inara. Kamar ini kamar kamu juga," pinta Dave dan kembali dijawab dengan anggukan oleh istrinya sebelum wanita itu melanjutkan langkahnya yang sempat tertahan.
Inara membuka pintu kamar. Namun, wanita itu sama sekali bergeming ketika melihat seorang wanita berdiri tepat di depan pintu menatap wajahnya dari ujung kaki hingga ujung rambut dengan kening yang dikerutkan. Sedangkan Inara, jantungnya seketika berdetak sangat kencang dengan perasaan campur aduk sulit untuk diungkapkan dengan kata-kata. Apa wanita cantik berpakaian seksi itu adalah tunangan suaminya?
"Lagi ngapain kamu di kamar tunangan aku?" tanya Anggi sinis.
"Maaf, Anda--"
"Aku Anggi, tunangannya Dave," ketus Anggi. "Minggir, kamu menghalangi jalanku. Dasar gak sopan.''
Wanita bernama Anggi, berjalan memasuki kamar begitu saja bahkan dengan sengaja menyentuh bahu Inara keras membuatnya hampir saja terjungkal. Inara hanya memejamkan kedua matanya sejenak lalu melangkah meninggalkan kamar dengan perasaan kesal dan kecewa. Bagaimana tidak, suaminya berduaan bersama seorang wanita di dalam kamar. Hati seorang Inara begitu panas terbakar, meskipun ia tahu suaminya tidak akan pernah mengkhianati kesetiannya.
Anggi dengan sengaja menutup pintu sesaat setelah Inara menginjakkan kakinya di luar kamar, suara kunci yang diputar pun seketika terdengar menandakan bahwa tidak ada yang akan bisa mengganggu mereka di dalam sana. Meskipun terasa berat dan menahan rasa sakit, Inara terpaksa meninggalkan pintu dengan perasaan hancur.
'Ya Tuhan, kuatkan aku. Jangan biarkan hatiku goyah,' batin Inara.
Sementara itu, Dave seketika bangkit saat melihat wanita cantik memasuki kamarnya. Sayangnya, wanita itu bukanlah Inara melainkan Anggi tunangannya. Dave berdiri tegak dengan perasaan kesal seraya menatap wanita itu dengan wajah datar.
"Siapa kamu berani masuk ka--" Dave terpaksa menahan ucapannya karena wanita itu tiba-tiba saja memeluknya erat seraya terisak.
"Kamu ke mana aja, Dave? Kenapa baru pulang sekarang? Apa kamu tau betapa khawatirnya aku, hah?" rengek Anggi.
Dave mengurai pelukan secara kasar seraya menatap tajam wajah Anggi. "Siapa kamu? Masuk kamar orang gak permisi, terus sekarang main peluk-peluk sembarangan? Dasar gak sopan."
"Aku udah dengar dari Tante Angelina kalau kamu lagi amnesia, mungkin itu sebabnya kamu tersesat dan gak tau jalan pulang," seru Anggi. "Tapi kamu gak usah khawatir, aku akan membantu kamu mengembalikan ingatan kamu, Dave. Cara satu-satunya biar ingatan kamu balik lagi, ya ... kita harus cepat-cepat menikah."
Dave tersenyum sinis. "Siapa yang mau nikah sama kamu, Anggi?" tanya Dave. "Sampai kapan pun, saya gak akan pernah menikahi kamu karena sejak awal pun saya gak cinta sama kamu."
"Sejak awal? Anggi?" sahut Anggi seketika mengerutkan kening. "Ingatan kamu udah balik? Kamu udah ingat siapa aku?"
Dave lagi-lagi tersenyum sinis seraya memalingkan wajahnya ke arah lain. "Siapa bilang ingatan saya udah balik? Nggak ko, saya gak ingat kamu dan siapapun yang ada di rumah ini. Jadi, lebih baik kamu keluar dari kamar ini sekarang juga, Anggi!"
"Nggak, aku gak akan keluar dari kamar ini, Dave. Aku ini calon istri kamu,'' rengek Anggi manja seraya mengusap kedua matanya yang membanjir. "Kenapa wanita lain boleh ada di kamar ini sementara aku nggak? Aku ini tunangan kamu."
"Wanita lain?" Dave seketika mengerutkan kening.
"Wanita yang tadi itu."
"Maksud kamu Inara?"
Anggi menganggukkan kepala.
"Apa Mommy belum bilang sama kamu tentang hubungan saya sama Inara?"
Anggi menatap tajam wajah Dave Sebastian. Bagaimana bisa dia mengatakan bahwa dia memiliki hubungan dengan wanita lain kepada dirinya yang tidak lain dan tidak bukan adalah calon istrinya sendiri. Telapak tangan Anggi seketika mengepal menahan rasa panas yang terasa meluluhlantahkan hati bahkan serasa membumi hangusnya organ intinya di dalam sana.
"Kamu tega ngomong kayak gitu sama aku, Dave?"
"Saya mohon maaf kalau ucapan saya menyakiti hati kamu," ucap Dave mulai menurunkan nada suaranya. "Tapi memang seperti itulah kenyataannya, saya mencintai Inara, adik tiri saya saya sendiri."
"Nggak, aku gak percaya, Dave. Kamu ini hilang ingatan. Jadi wajar saja kalau perasaan kamu ke aku pun ikut hilang juga,'' rengek Anggi. "Kamu itu cinta mati sama aku, Dave. Kamu pernah bilang sama aku kalau kamu gak bisa hidup tanpa aku.''
'Kamu salah, Anggi. Ingatan saya sudah kembali, kamu pikir bisa membodohi saya kayak gini? Dasar licik,' batin Dave.
Bersambung
otor request up-nya yg banyak boleh 🙏🤭