NovelToon NovelToon
Happy Story

Happy Story

Status: tamat
Genre:Tamat / Cinta Murni
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Riska Darmelia

Karya ini berisi kumpulan cerpenku yang bertema dewasa, tapi bukan tentang konten sensitif. Hanya temanya yang dewasa. Kata 'Happy' pada judul bisa berarti beragam dalam pengartian. Bisa satir, ironis mau pun benar-benar happy ending. Yah, aku hanya berharap kalian akan menikmatinya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riska Darmelia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Saat yang Bicara adalah Cinta part 2 End.

Aku sedang menatap foto pernikahan kita yang menghiasi ruang keluarga rumah kita. Aku baru saja menyelesaikan rajutan syal untuk Fatan. Katanya ia ingin mengunjungi pacarnya di Eropa 2 minggu lagi dan cuma syal rajutanku yang dia inginkan.

“Pacar Fatan ini cantik banget, Ma. Fatan mau menjemput dia ke Paris untuk jadi calon istri. Sayang sekali mama nggak bisa ikut. Padahal Fatan juga mau jenguk Om Aro yang ada di sana.”

Aro. Aku masih ingat bagaimana dia sangat baik dalam memperlakukanku dulu di antara semua adik-adikmu. Dia sangat menyukai semua makanan yang kumasak setiap kali dia berkunjung ke rumah kita dulu. Dia juga bersikap seolah-olah hubungan kita adalah anugerah saat kita belum menikah. Dia adikmu yang sangat kusuka.

Mengingat keluargamu membuatku ikut mengingat kamu. Aku pikir apa yang sedang kamu rasakan di kuburan sana. Apakah kamu kedinginan saat hujan jatuh semalam? Atau apakah kamu sedang bertemu orang-orang yang kamu sayangi di surga sana? Aku hanya bisa berharap semoga akhirat jadi tempat yang menyenangkan untukmu. Aku tahu kamu selalu takut untuk pergi ke sana. Semoga akhirat tidak seperti yang kamu takutkan dulu.

Saat ini Fatan sedang menginap di rumah kita. Katanya dia ingin menemaniku sebelum pergi jauh. “Fatan akan sebulan di sana. Pasti bakalan kangen banget sama Mama,”katanya saat kutanya kenapa dia ingin menemaniku.

Aku teringat bagaimana kamu dan Fatan dulu bertengkar saat Fatan meninggalkan rumahkita dengan alasan ingin mandiri. Kalian bertengkar sampai aku menangis memohon agar kalian berhenti. Rasanya sudah lama sekali, padahal baru beberapa bulan yang lalu. Sekarang aku mengerti kenapa Fatan ingin pergi dari rumah kita. Ia ingin membangun keluarga kecil di rumah yang ia biayai sendiri. Itu yang Fatan akui padaku. Pengakuan yang tidak sempat kamu dengar.

“Fatan!”panggilku.

“Fatan lagi masak, Ma!”jawabnya dari dapur.

“Cobain syalnya deh!”teriakku.

Fatan muncul.

Fatan adalah anak laki-laki yang sangat kita banggakan karena dia satu-satunya anak laki-laki yang kita miliki. Tiga kakak perempuannya sudah menikah dan jarang sekali mengunjungi kita. Fatan adalah orang yang cekatan sekali dalam pekerjaan rumah karena dia dekat denganku sejak kecil. Aku ingat sekali bagaimana ia suka sekali menciptakan masakan masakan baru bersamaku sampai-sampai kamu memarahinya karena katamu ia tidak bisa bersikap seperti anak laki-laki kebanyakan. Saat dia dewasa dan memutuskan masuk sekolah masak, kamu juga menentangnya. Bahkan saat ia berhasil membuka restoran sebagai seorang chef, kamu masih menganggap anak laki-laki kita itu tumbuh dengan cara yang salah.

Seandainya kamu bisa melihat keadaannya sekarang. Cuma dia yang masih rajin mengunjungiku setelah kamu meninggal. Dia merawatku dengan baik, karena itulah aku tidak merasa salah membesarkannya dengan caraku. Aku rasa tidak ada yang perlu disesali dari cara dia hidup.

“Gimana menurutmu syalnya?”tanyaku sambil mengulurkan syal hasil rajutanku padanya.

“Bagus, Ma. Aku suka.”

Aku tersenyum. “Baguslah.” Padahal tidak ada yang istimewa dari hasil rajutanku. Aku hanya merajutnya dengan benang wol biasa. Warnanya sengaja kupilih hitam supaya cocok dengan kulit coklatnya.

Fatan duduk di sampingku. “Ma, aku ingin bawa Mama pergi ke rumah Om Aro. Katanya sejak kena stroke Om Aro nggak bisa pergi jauh-jauh lagi dari rumah. Yah, lebih tepatnya dia nggak mau pergi jauh-jauh lagi dari rumah. Karena masih lebih sehat dari Om Aro, lebih baik kita saja yang mengunjungi keluarga mereka.”

Aku menggeleng. “Mama juga nggak mau pergi jauh-jauh lagi dari rumah. Nanti kalau Mama sakit malah bikin repot kamu.”

“Mama kok ngomong gitu? Aku nggak pernah ngerasa di repotin Mama, kok. Lagi pula Mama, kan kuat. Jarang sakit.”

“Nggak usah. Mama di rumah aja, ya?”

Fatan pun akhirnya terlihat menyerah. Saat berdebat denganku Fatan memang mirip kamu. Dia sering mengalah asal aku senang.

Kamu tidak akan percaya siapa yang menemuiku hari ini. Stevan! Orang yang kamu cari selama bertahun-tahun ternyata hidup di pedalaman Sumatra karena menikah dengan gadis asli sana. Hari ini dia dan istrinya mengunjungiku. Istrinya wanita yang cantik meski usianya sudah lebih tua dibandingkan aku. Aku baru saja menangis menceritakan kematianmu pada mereka berdua. Stevan cuma bisa menangis tanpa suara. Dia minta di antar ke kuburanmu.

“Dia sakit Diabetes. Dia sudah menderita cukup lama. Sekarang dia sudah damai,” kataku.

“Baguslah. Aku tidak ingin dia sakit lama-lama. Pasti menyedihkan sekali rasanya saat tahu kalau sakit yang kita derita tidak dapat di sembuhkan,”kata Stevan sambil menyusut air mata.

Rada, istri Stevan mengelus bahunya. “Kami datang dengan harapan besar untuk bisa bertemu Max. Maaf karena kami tidak mengabari keluarga. Hidup kami juga susah di kampung. Tidak ada uang untuk bisa pergi ke Eropa.”

“Ya,”kataku. “Keluarga besar pasti paham.”

“Ma, mobilnya udah siap,”kata Fatan.

“Ayo,”ajakku pada abangmu sambil bangkit dari duduk.

Mereka mengikuti langkahku keluar dari rumah menuju mobil yang sudah di siapkan oleh Fatan. Kami berniat mengunjungi kuburanmu. Stevan ingin sekali menyampaikan salam perpisahan padamu. Sudah dua bulan kamu pergi. Seandainya Stevan datang 2 bulan yang lalu, dia mungkin bisa membuatmu bahagia walau kamu sedang menghadapi sakit yang tidak ringan. Kalian mungkin akan saling bicara tentang hidup yang kalian jalani tanpa satu sama lain. Kalian mungkin akan tertawa bersama, membuatku bahagia kerena kamu juga bahagia.

Tapi sepertinya Tuhan punya rencana lain. Hanya aku yang akhirnya bertemu Stevan. Hanya aku, orang yang belum ia kenal yang bisa mengatakan pada Stevan kalau kamu nyaris sepanjang hidup mencarinya dan baru berhenti saat memutuskan untuk hidup bersamaku. Bukan kabar yang bisa membuat bahagia. Mungkin dia merasa persaudaraanmu luntur karena kamu terpikat wanita.

“Ini kuburan Max,”kataku saat kami sampai di kuburanmu.

Tangis Stevan pecah. Rada setia di sampingnya, tidak berkata apa-apa. Mungkin sama sepertiku, ia merasa Stevan perlu waktu untuk bicara denganmu.

Stevan mulai bicara. Ia menceritakan alasan ia pergi ke Sumatra. Pekerjaannya, kesulitannya, saat ia bertemu Rada, kerinduannya akan Paris, serta hal yang membuatnya tidak bisa pulang. Yang kumengerti, Stevan tidak seberuntung kamu. Hidupnya sulit di Indonesia. Tapi dia bahagia karena akhirnya bisa membangun rumah lain untuk pulang. Itu yang kudengar darinya.

Aku rasa kamu tidak akan marah saat mengetahui Rada-lah yang membuatnya tidak bisa pulang. Stevan tau kamu tidak akan setuju dia berpindah agama demi menikah. Keluarga kalian adalah penganut katolik yang sangat taat. Dan juga kehidupannya semakin sulit sejak anak-anaknya lahir. Uang tidak bertahan lama di dompetnya. Hidup juga tidak bersikap baik padanya. Pekerjaannya hanya buruh di kebun karet bersama Rada. Anak-anaknya juga mengikuti.

Tapi Stevan bahagia. Itulah yang ingin dia katakan padamu. Dia bahagia walau dalam kesulitan ekonomi. Saat ia akhirnya punya uang untuk mencarimu, dia mencarimu. Ia mendengar kabar tentangmu di surat kabar. Dia menabung lama agar bisa bertemu denganmu. Hampir 7 tahun. Dia bahagia karena akhirnya bisa bertemu keluarga kita.

“Om dan Tante menginap di mana hari ini?”tanya Fatan.

“Kami belum pesan penginapan,”kata Stevan.

“Kalau begitu nanti Fatan siapkan kamar tamu untuk Om dan Tante di rumah. Fatan ingin sekali ngobrol dengan Om dan Tante. Mungkin suatu hari nanti Fatan bisa mengunjungi Om dan Tante di Sumatra.”

“Terima kasih,”kata Stevan.

Kami lalu pulang. Stevan bercerita banyak tentang anak-anaknya yang semuanya sudah menikah dan berkeluarga di Sumatra sana. Kisah yang ia ceritakan tentang anak anaknya berbeda sekali dengan kehidupan anak-anak kita. Aku iri dengan kebahagiaan Stevan.

Fatan menikah hari ini. Saudara-saudaramu berkumpul di Indonesia untuk merayakan kebahagiannya. Bahkan Stevan dan Aro juga ada di sini, mengalami reuni yang mengharukan di tengah suka-cita keluarga kita. Seharusnya kamu ada di sini bersamaku, melihat anak laki-laki kita memulai sebuah keluarga baru. Fleur, menantu kita sangat cantik memakai pakaian pengantin. Gadis itu sangat ramah dan aku sudah memutuskan kalau aku menyukainya sejak pertama kali bertemu.

Mungkin kamu merasa sedikit tidak adil karena cuma aku yang melihat Fatan menikah. Aku tahu kamu selalu berharap kamu bisa melihat Fatan menjadi suami seseorang. Katamu dulu, kamu ingin sekali melihat Fatan menjadi pria dewasa dan menikahi seorang perempuan. Juga ingin melihat apakan anak Fatan akan berambut pirang seperti dia. Tapi sekarang aku hanya sendiri mengantar anak laki-laki kita menempuh hidup baru.

Aku membayangkan kamu sedang kesal sendiri di akhirat sana. Aku tertawa sendiri membayangkannya.

Aku sedang menatap hujan jatuh dari langit malam yang gelap, merasa kesepian tanpamu setelah pulang dari keramaian pesta pernikahan Fatan. Tadi siang aku merasa kelelahan, tapi tidak bisa berhenti merasa bahagia karena suka-cita yang kurasakan.

Aku menutup tirai lalu berjalan ke tempat tidur. Hujan malam ini tidak istimewa sama sekali. Hanya air lebat yang jatuh membasahi bumi. Aku hanya bisa berharap semoga saat bangun pagi nanti tidak ada berita banjir yang kulihat di TV.

Saat seumuran Fatan dan menikah denganmu, aku sering berpikir tentang menjadi tua dan merasa kesepian. Saat ini aku mengalaminya dan merasa saat itu aku rasanya mungkin sedang meramal masa depan. Saat itu aku berpikir umurku mungkin tidak sampai setua aku yang sekarang. Aku juga membayangkan saat setua aku yang sekarang kesenanganku mungkin hanya makanan enak yang kumasak setiap hari.

Nyatanya aku punya seorang anak laki-laki yang mengesampingkan egonya demi aku dan memilih tinggal bersamaku. Aku juga punya menantu yang menerima kehadiranku dengan senang hati. Aku menjalani hari tua yang sedikit bahagia. Aku berharap kamu lebih bahagia dari pada aku di surga sana.

~Selesai~

1
𝕻𝖔𝖈𝖎𝕻𝖆𝖓
Hai ka.....
gabung di cmb yu....
untuk belajar menulis bareng...
caranya mudah cukup kaka follow akun ak ini
maka br bs ak undang kaka di gc Cbm ku thank you ka
Riska Darmelia
〤twinkle゛
Terima kasih sudah menghibur! 😊
Riska Darmelia: sama-sama/Smile/
total 1 replies
Tiểu long nữ
Suka dengan gaya penulisnya
Riska Darmelia: makasih.
total 1 replies
🍧·🍨Kem tình yêu
Nggak kebayang akhirnya. 🤔
Riska Darmelia: terima kasih karena sudah membaca.😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!