NovelToon NovelToon
Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Peak Of Sadness (Puncak Kesedihan)

Status: tamat
Genre:Misteri / Tamat / Balas Dendam / Single Mom / Janda / Crazy Rich/Konglomerat / Dendam Kesumat
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Elena Prasetyo

Aku masih ingat tangisan, tawa dan senyum pertamanya. Aku juga masih ingat langkah pertamanya. Saat dia menari untuk pertama kali. Saat dia menangis karena tidak bisa juara kelas. Aku masih ingat semuanya.

Dan sekarang, semua kebahagiaan itu telah direngkuh paksa dariku.

Aku tidak memiliki apa-apa selain dia
Dialah alasanku untuk hidup sampai sekarang.
Tidak bolehkah aku menghukum perampas kebahagiaanku?


Ini adalah novel diluar percintaan pertama penulis, mohon dukungannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elena Prasetyo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

18

"Terjadi kecelakaan lalu lintas dini hari tadi. Sebuah motor menabrak trotoar dan pengemudi terlempar ke tanah" ucap pembawa berita pagi itu.

Ratna meningkatkan volume televisi dan memperhatikan dengan seksama isi berita.

"Walau mengalami beberapa patah tulang, untungnya pengemudi menggunakan pelindung kepala yang baik. Dan selamat"

Ratna meremas pegangan mug berisi kopi yang ada ditangannya. Dia tidak percaya. Kenapa laki-laki itu. Kenapa target terakhir ya bisa selamat dari kecelakaan yang sudah dia rencanakan.

"Korban adalah putra dari seorang pengusaha kaya dan kini sedang dirawat di rumah sakit swasta M untuk luka-lukanya. Inilah pentingnya pelindung kepala atau helm yang wajib digunakan oleh pengendara motor" lanjut berita.

Sial. Hanya karena helm mahal, rencana Ratna hancur. Seandainya saja laki-laki itu tidak menggunakan helm mahal, maka semua rencananya akan selesai pagi ini.

Ratna meletakkan kopi yang ada di tangannya di meja. Dia melihat isi kopi yang ada di dalam mug dan mendesah pelan.

"Seharusnya, semua akan selesai pagi ini." sesalnya lalu membuang kopi yang akan dia minum ke tempat cuci piring.

Padahal Ratna mengeluarkan uang yang tidak sedikit untuk melakukan rencananya. Tapi semua gagal. Apa dia harus melakukan sesuatu disaat laki-laki itu ada di dalam rumah sakit?

Tok ... Tok ... Tok

Ratna mendengar suara ketukan di pintu depan. Siapa yang datang ke rumahnya pagi-pagi begini?

Ratna melangkah ke pintu dan membukanya. Terkejut karena yang datang adalah seorang anggota polisi dengan seragam lengkapnya.

"Bu Galih?" katanya dengan ekspresi datar.

"Bu Ratna, maaf mengganggu pagi-pagi sekali. Tapi ... Ada yang harus saya tanyakan"

Ratna tidak punya pilihan selain memberi ijin polisi wanita itu masuk ke dalam rumahnya.

"Ada apa Bu Galih datang ke rumah saya lagi?" tanyanya

"Bu Ratna, saya perlu bertanya tentang hal ini. Dan saya membutuhkan jawaban yang jujur dari Anda"

Jujur? Apa tentang?

"Kecelakaan motor anak pengusaha dini hari tadi, kematian putra kepala sekolah juga anak dewan. Apakah Anda ada hubungannya dengan semua ini?"

Ternyata benar perkiraan Ratna, Bu Galih datang ke rumahnya untuk bertanya tentang hal ini.

"Maksud Anda. Apakah saya yang membunuh mereka?"

Walaupun tidak menjawab, seharusnya Bu Galih sudah mengerti apa yang sebenarnya Ratna lakukan. Dan tampaknya, polisi wanita itu sedikit tak menyangka kalau wanita sepertinya mampu melakukan semua itu.

"Bu Ratna ... "

"Apa Anda pikir saya tidak akan mungkin dapat melakukannya?"

"Bagaimana? Kenapa? Harusnya Anda menyerahkan semua ini pada kepolisian" ujar Bu Galih membuat Ratna tertawa getir.

"Polisi? Menyerahkan semuanya pada institusi yang sama sekali tidak membela korban itu? Institusi yang membuat kejahatan pada putri saya diputar balikkan menjadi kekerasan dalam sekolah? Institusi yang membela ketiga pelaku dan membebaskannya hanya karena orang tua mereka memiliki uang dan kekuasaan yang besar? Institusi seperti itu yang harus saya percayai?" cecar Ratna tanpa berteriak namun memiliki kepedihan dalam tiap katanya.

Dan setelah mendengar semua itu, Bu Ratna tidak dapat melakukan hal lain. Kecuali menunduk dan diam.

Tak lama, Bu Galih kembali melihat wajah Ratna yang pucat.

"Tapi Bu Ratna, Anda harus tahu kalau semua ini ada konsekuensinya"

Ratna tertawa mendengar kata-kata polisi wanita yang ada di depannya.

"Kenapa Anda tidak mengatakan hal ini pada ketiga anak itu? Saat mereka dengan sengaja menculik, menyiksa, dan membunuh Tia? Kenapa?"

Polisi wanita itu kembali terdiam, tidak dapat menyanggah kata-kata yang keluar dari mulut Ratna.

"Kenapa Anda juga tidak bicara seperti itu kepada orang tua ketiga anak itu? Saat mereka membawa pulang ketiga anak yang bersalah itu? Kenapa?"

Kali ini, Bu Galih membuka mulutnya.

"Tapi ini adalah cara yang salah. Meski saya mengerti bagaimana perasaan Anda tapi ini tetap salah"

"Lalu apa yang Bu Galih inginkan? Melaporkan saya? Atas dasar apa?"

"Bu Ratna"

"Tidak akan ada bukti yang menghubungkan saya pada kematian dua anak biadab itu. Juga kecelakaan laki-laki biadab yang telah membuang tubuh putri saya keluar mobil seperti sampah setelah menyiksanya. Tidak ada bukti yang dapat menjerat saya pada kecelakaan itu." jelas Ratna.

"Dan saya pikir, tidak ada lagi yang dapat kita bicarakan. Sebaiknya Bu Galih pergi sekarang. Saya harus bekerja" lanjut Ratna lalu berjalan ke dapur.

Ternyata Bu Galih mengikutinya dan mendapati sebuah botol yang ada di atas meja. Dengan segera Ratna mengambil botol itu sebelum Bu Galih menyadarinya.

"Apa yang akan Anda lakukan Bu Ratna?"

Terlambat, Bu Galih ternyata mengenali obat uang sedang ada di genggamannya.

"Bukan apa-apa. Ini bukan urusan Anda" jawabnya lalu mempererat pegangannya pada botol obat itu

"Bu Ratna, saya yakin Tia tidak akan bahagia kalau Anda melakukan hal ini. Tia pasti menginginkan Anda melanjutkan hidup dengan baik. Saya akan membantu Anda. Saya pasti akan membantu sekuat tenaga agar Anda dapat melanjutkan hidup seperti sebelumnya"

Mudah sekali kata-kata itu meluncur dari bibir seorang polisi yang setelah mengetahui semuanya, pergi begitu saja. Seolah semua kejahatan yang terjadi pada Tia hanya satu kasus biasa tak berarti.

"Sebaiknya Anda pergi sekarang juga Bu polisi!" desak Ratna.

"Apapun yang akan Bu Ratna lakukan. Tolong ingatlah kalau kenangan tentang Tia, putri Anda adalah yang terpenting. Jadi tetaplah bertahan hidup Bu Ratna. Tolong tetaplah hidup" jawab Bu Galih lalu pergi.

Meninggalkan Ratna di rumahnya yang sunyi. Botol obat terjatuh dari tangannya, menggelinding ke arah dinding. Ratna yang terus berperilaku seakan kuat menghadapi semua ini akhirnya terjatuh di atas lantai dan menangis.

Meratapi nasibnya yang kesepian setelah kematian Tia. Menyadari bahwa hidupnya tak lagi berarti setelah satu-satunya orang yang mampu membuatnya tertawa pergi untuk selama-lamanya.

Dia tidak menyerah pada hidup. Dia terpaksa menyerah pada hidup yang tak lagi berharga ini.

Tinggal satu hal lagi yang harus dia selesaikan sebelum meninggalkan kehidupannya yang sia-sia ini. Dan dia harus melakukannya dengan cepat. Karena dia tak lagi bisa menahan kerinduan yang menyiksa seluruh tubuhnya itu.

Sebelum berangkat ke kantor, dia harus pergi ke apotik. Membeli semua perlengkapan yang dibutuhkan untuk menyingkirkan manusia biadab itu.

Dan malam ini, saat semua telah usai. Dia akan menyapa kehidupan untuk yang terakhir kalinya. Demi melihat senyum putri yang dia sayangi lagi. Demi berkumpul dengan semua orang yang telah meninggalkannya selama ini.

Ratna melangkah, mengambil obat yang tadi terlempar dan meletakkannya di kantung celana. Lalu pergi keluar rumah dan pergi ke kantor seperti biasanya.

1
Agus Tina
Lanjuut ...
Agus Tina
Bu Galih .. jangan laporkan bu Ratna biarkan dia menuntaskan apa yg belum tuntas ...
Agus Tina
Good
Agus Tina
Aju nangis thor ....
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
sedih bangeettttt 🥲
Santi450
lanjut kak kayaknya seru
Mom Dee 🥰 IG : devinton_01
awal part udah sedih aja 🥲
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!