Zombie Silent
Deskripsi
Tara tinggal disebuah Mansion mewah. Ibu dan ayah bercerai sejak Tara berusia 4 tahun. Sekarang Tara berusia 22 Tahun. Tara sangat menyayangi kedua orangtuanya. Walaupun sekarang ia tinggal bersama sang Ayah. Sejak perceraian itu Tara tidak pernah bertemu dengan ibunya lagi. 2 tahun lalu Ayahnya menikah kembali. Tara sangat membenci istri ayahnya itu, yang sekarang merupakan ibu tirinya. Ibu tirinya berusia 36 tahun. Dan sekarang tara sudah memiliki adik berusia 7 tahun. Tara membenci ibu tirinya dan tidak menyukai adik tirinya tersebut. Singkat cerita di kota H, tempat tara tinggal tiba-tiba terinfeksi virus aneh yang membuat siapa pun yang terinfeksi akan berubah jadi zombie. Kota H pun diisolasi. Tidak ada yang bisa masuk ke dalam kota itu, maupun yang keluar. Tanpa disadari seluruh kota lainnya pun ikut terinfeksi. Bagaimana nasib tara dan keluarga bertahan? Apakah akan baik-baik saja? Dengan keadaan kota yang sangat berantakan dan penuh zombie.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YooLid, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 22
Tara, Ibunya, Jack dan juga shone terus berjalan dijalanan yang dipenuhi dengan mobil yang sengaja tersusun agar dapat menghambat zombie yang ingin melewatinya dan masuk ke dalam kota I.
Saat akan mendekati kota, shone melihat ada laser merah yang diarahkan kearah matanya. Ternyata laser itu juga menyilaukan mata tara dan juga ibunya.
"Aaww apa ini, heiii!! Laser itu menyakiti penglihatanku." Kesal jack.
"Apa ini? Ucap ibu tara.
"Tenanglah." Ucap tara sambil menahan langkah kaki ibunya.
Tara melihat arah laser itu berasal. Namun ia tak melihat apa pun, karena laser itu berasal dari salah satu bangunan pencakar langit yang jaraknya jauh dari mereka.
"Tunggu!!" Suruh tara lagi. Ibunya mengambil tongkat baseballnya begitu juga dengan shone, ia menggenggam erat pisau ditangannya.
"Ada apa tara? Dari mana arah laser ini? Sinar ini menyakiti mataku." Keluh jack.
Tara melihat dari ke kejauhan, dilambaikannya yang masih menggenggam pisau. Beberapa detik kemudian laser itu mati, ternyata dikejauhan adalah pasukan keamanan kota yang pemerintah kerahkan untuk melindungi kota I dari serangan zombie.
Tentara-tentara tersebut mengintai dari jarak dekat dan kejauhan. Mengantisipasi kemunculan zombie agar segera dimusnahkan. Tentara yang berada digedung tersebut mencurigai kehadiran tara dan keluarganya adalah zombie. Tetapi setelah tentara itu mendapat informasi dari rekannya yang memeriksa tara dan keluarganya tadi, barulah tentara itu mematikan lasernya. Banyak pasukan tentara yang pemerintah kerahkan diberbagai titik.
Mereka menerima tugas masing-masing dan juga bergerak secara teratur dan tersembunyi sesuai dengan tugas masing-masing. Tanda laser yang tentara arahkan itu juga adalah sebagai tanda kepada tentara lainnya untuk melakukan tugas berikutnya, agar segera menembak tanda yang diberikan. Makanya laser itu diarahkan tepat di daerah kepala, agar tentara lainnya itu menembak tepat didaerah kepala. Agar nantinya jika zombie yang tertembak tepat dikepala, dapat segera mati. --
----
"Hm? Hilang? Sinar lasernya sudah hilang? Ada apa ini? Ada apa dengan kota ini tara?" Keluh jack lagi sambil bersembunyi di lengan ibunya.
"Sepertinya sinar itu adalah tanda, kalau kita tidak diterima disini." Ucap ibunya curiga.
"Tidak, aku rasa itu seperti..... seperti tanda kalau kita ini manusia atau zombie? Hm... buktinya sinar iti sudah hilang. Jadi... sebaiknya kita cari tempat untuk menetap dulu." Ucap tara. "Yaa benar sekali. Kota ini mungkin dapat bertahan. Buktinya pemerintah masih peduli terhadap keamanan kota ini." Ucap ibunya.
Tara melihat ke arah ibunya sekilas dan kembali menatap ke depan.
"Buktinya kota ini masih bertahan dan juga masih hidup. Masih ada peluang untuk bertahan." Lanjut ibunya lagi.
Shone mendengar percakapan mereka dan matanya sibuk melihat kesegala arah ia dapat melihat.
Sampai disatu titik shone melihat ada pergerakan disalah satu mobil merah. Dan mobil itu terhalang truk, jadi pasukan tentara yang berada di atas gedung itu tak dapat melihat tepat ke arah mobil merah itu.
Shone menarik tangan tara, namun tara masih tidak tertarik dengan shone. Tara masih sibuk mendengar ibunya berbicara. Shone pun meloncat-loncat di depan tara hingga akhirnya tara melihat shone dan menunduk di depan shone.
"Ada apa? Tenanglah! Kita akan mencari tempat untuk berteduh." Ucap tara.
Shone menggeleng-geleng kepalanya dan menunjuk ke arah mobil merah itu.
Tara masih tidak mengerti dengan shone.
"Iya kita akan pergi." Ucap tara lagi.
Pada saat tara akan melangkahkan kakinya, shone berakting seperti zombie dan menunjuk mobil merah.
"Ayolah! Kenapa kau tak bicara saja. Aahhh menyebalkan. Kau tahu apa yang dia katakan? Kau paham tara? Aku tak mengerti. Dan aku tak mau tahu. Ayo segera kita pergi." Ucap jack kesal dan mendudukkan dirinya dengn bersila.
"Tunggu!" Ucap tara mulai paham dengan shone.
"Zombie?" Lanjut tara, ia melihat ke arah tangan shone menunjuk dan memperhatikan kearah itu.
"Waahh itu... mobil merah itu tara." Ucap ibunya.
Mereka melihat mobil merah itu dengan seksama, begitu juga dengan jack yang berdiri dan melihat ke arah mobil merah itu.
"Ya Tuhan. Pergilah tara, habisi dia. Jangan sampai ia keluar dari sana." Jack ketakutan.
"Sepertinya mereka tak bisa membuka pintu mobil itu jack. Kau sangat penakut. Bahkan seharusnya kau sebagai laki-laki yang sepatutnya melindungi ibu dan kakak perempuanmu." Ucap ibunya sedikit kesal.
"Tidak ibu, aku masih anak kecil. Tara..... tara lebih berani dari aku heheheh." Jawab jack.
Ibu tara memutar matanya dan tersenyum.
"Serahkan padaku." Ucap tara dengan percaya.
------
Tara melangkahkan kakinya menuju mobil merah itu, dan ia menatap zombie itu.
Ia juga melihat kebelakang mobil, tidak ada apa-apa. Tara membuka pintu mobil perlahan.
Zombie yang berada didalam mobil itu berusaha menangkap tara namun sayangnya zombie itu tersangkut. Tetapi zombie itu tetap bergerak-gerak.
Tara mengambil pisau dengan sekali tebas, zombie itu mati. Kepala zombie itu terputus dan terjatuh ke jalanan, darah berwarna hitam bercucuran dari leher zombie itu.
Saat darah zombie itu muncrat, tara segera menghindar. Sehingga tak mengotori dirinya.
Tara mengambil kepala zombie itu, menjinjingnya dan kembali ke keluarganya.
"Tara... apa kau gila? Kenapa kau membawa kepalanya kesini. Huuaakkk aku mual. Ibu perutku mual. Huuakkkk." Keluh jack.
"Tara." Ucap ibunya, ia melihat sikap tara.
Tara mengarahkan kepala zombie yang masih segar itu ke arah tentara yang berada digedung tadi. Lalu memutar-mutar kepala zombie itu dan melemparkannya ke sembarang arah.
Ternyata tara hanya menunjukkan bahwa ia tak takut.
Dan ternyata pula, pasukan tentara yang berada digedung itu juga masih memperhatikan gerak gerik tara dan keluarganya. Namun setelah melihat keberanian tara, mereka merasa sedikit salut.
"Kau baik-baik saja?" Tanya ibunya khawatir.
"Aku baik-baik saja. Hanya saja untu memastikan bahwa mereka tak perlu curiga dengan kita. Kita ini masih manusia dan akan tetap jadi manusia." Jawab tara.
Shone menyimpan pisaunya kembali, begitu juga dengan tara yang menyimpan salah satu pisaunya. Mereka kembali melanjutkan perjalanan mereka.
-----
Namun saat mereka akan melangkah. Terdengar ledakan dari arah kota asal mereka. Ternyata bom yang sudah dijatuhkan dan tersebar disana sudah meledak. Dan getaran bom itu sampai ke perbatasan kota I.
Tara memeluk shone dan segera menunduk. Begitu juga dengan jack dan ibunya yang menunduk pula.
"Kau baik-baik saja jack? Tenanglah ibu disini." Ucap ibunya menenangkan jack yang sedikit bergetar ketakutan.
Walau efek dari bom itu tidak sampai ke kota I, namun getaran bom itu sangat terasa.
Beberapa saat kemudian getaran itu hilang dan mereka berdiri kembali. Tara mengambil pisaunya yang terjatuh saat akan memeluk shone tadi.
"Apa kota I sudah bersih dari zombie-zombie sialan itu? Apa ayah juga...." ucap tara melihat ke arah perbatasan kota. Ia benar-benar merasa kehilangan sosok ayahnya. Wajahnya terlihat sedih.
Shone menggenggam tangan tara menenangkan tara. Tara melihat shone dan tersenyum. Ibunya yang melihat itu merasa ikut sedih pula dan juga merasa bersalah.
"Ayoo cepat, aku lelah." Ucap jack.
Mereka kembali berjalan memasuki kota.
jangan lupa kunjungi ceritaku juga
barang kali minat