"Suamiku...
"Aku dan anak mu datang...
"Akan kutemukan pembunuh mu, dan membalas perbuatan mereka pada mu!"
Seorang wanita muda bersimpuh di depan makam, sambil mengendong bayi dalam dekapannya. Wajah pucat wanita itu tidak dapat menutupi kecantikan yang ia miliki.
"Aku akan membalas perbuatan mereka yang telah merenggut kebahagiaan Gabriel. Bahkan kau tidak sempat bertemu putra mu, Silvio!"
Monica Dimitrov, menangis pilu ketika mendapat kabar bahwa suaminya Silvio tewas terbunuh dengan luka tembak memenuhi sekujur tubuhnya. Enam butir peluru tajam bersarang di kepalanya.
Sangat kejam pembunuh itu!
Kabar kematian Silvio, membuat Monica yang sedang mengandung terguncang, ia harus melahirkan Gabriel meskipun belum waktunya.
"Aku harus menemukan pembunuh itu. Kematian Silvio selalu menghantuiku", janji Monica dengan dua tangan terkepal menatap nisan suaminya.
Bagaimana kelanjutan kisah ini, ikuti terus ya.
Jangan lupa tinggalkan jejak kalian setelah membaca.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Emily, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
KEMARAHAN LUIGI
Mobil Luigi yang di kendarai Zoar sopirnya memasuki gerbang utama mansion di kota Regusa, Sisilia. Di tempat ini lah ia di pertemukan dengan Monica.
Tatapan dingin dan tajam laki-laki itu menatap anak buahnya yang berjaga-jaga gerbang utama dengan senjata lengkap.
"Tuan, apa kita langsung ke gudang sekarang?", tanya Zoar.
"Tidak. Biarkan Carlo yang mengurus semuanya. Aku menunggunya di mansion saja", jawab Luigi.
Laki-laki itu bersandar di jok belakang. Pikiran nya sudah di penuhi wajah Monica. Baru berpisah dua jam saja ia sudah merindukan calon istrinya itu. Luigi memijat keningnya.
"Tuan...kita sudah sampai".
Suara Zoar membuyarkan lamunan Luigi. "Hem. Katakan pada Carlo aku menunggu nya di ruang kerja ku".
"Iya tuan".
Luigi langsung melangkah masuk, beberapa pelayan yang melihat bos mereka datang segera menyambut dengan hormat.
"Selamat malam tuan Selamat datang", sapa Dana. "Apakah makan malam anda saya siapkan sekarang?", sambung Dana tersenyum ketika melihat Luigi sudah datang.
"Tidak usah. Aku tidak lapar. Jangan ada yang mengganggu ku di ruang kerja, kecuali Carlo!", tegas Luigi sambil melangkah.
"Iya tuan...
Dana menghembuskan nafasnya, menatap punggung lebar Luigi hilang di balik pintu ruang kerja.
*
Luigi duduk di kursi kebesarannya. Tumpukan berkas di atas meja kerja saat ini, sama sekali tidak berminat melihatnya. Yang pasti itu laporan dari Carlo tentang bisnis kotor yang mereka jalankan selama ini
Luigi menyandarkan punggungnya sambil mengangkat kaki ke atas meja. Ia mengambil handphone miliknya menghubungi Monica. Tapi tidak ada jawaban.
"Kenapa Monic tidak mengangkat telponnya? Tidak mungkin ia sudah tertidur baru pukul sembilan malam", ucap Luigi sambil mengetuk-ngetukkan jari nya ke sandaran kursi.
Luigi memejamkan matanya sesaat. Tubuhnya terasa penat.
Tok..
Tok..
Luigi tampak enggan menjawab. Ia menikmati posisinya saat ini. Hingga pintu di buka seseorang.
"Selamat malam tuan Luigi".
"Hem. Informasi penting apa yang akan kau sampaikan Carlo. Jangan membuang waktu ku jika informasi itu tidak penting!", ketus Luigi tanpa membuka mata dan merubah posisi nya.
"Ini sangat penting tuan, dan anda harus tahu".
Sesaat Carlo menjeda perkataan nya sambil membuang nafasnya dengan berat. Tahu apa yang di sampaikan nya akan berpengaruh pada bos-nya itu.
"Dokter Monica Dimitrov, adalah istri sah Silvio Andriano! Wanita yang kita cari selama ini, ia adalah nona Monica yang saat ini bersama anda, tuan", tegas Carlo.
Luigi tak bergeming.
"Tidak mungkin. Silvio yang kita kenal bernama Silvio Adriano. Sementara suami Monica bernama Silvio Belucci", ucap Luigi masih terlihat tenang berada di posisinya.
"Jangan main-main dengan informasi yang kau berikan Carlo. Kau sangat tahu konsekuensinya!"
"Tentu saja saya tahu. Tapi itulah kebenarannya tuan. Anda harus mengetahui nya sendiri".
Laki-laki berwajah bengis itu menyerahkan amplop coklat ke atas meja dihadapan Luigi yang spontan membuka mata dan menegakkan duduknya.
"Semua informasi tentang Silvio dan istrinya lengkap di amplop itu. Dan aku sudah memeriksa keakuratan data itu, semua benar. Silvio dan Monica sepasang suami-isteri", ucap Carlo menjelaskan dengan rinci pada bos-nya.
Seketika Luigi bergeming. raut wajahnya sekejap menggelap dengan rahang mengetat. Wajah itu kini menyimpan begitu banyak amarah. Berbanding terbalik dengan beberapa saat yang lalu, terlihat tenang.
Kedua tangannya terkepal di atas meja. Sesaat laki-laki itu mengeluarkan kertas-kertas berisi informasi yang ia cari selama ini dan melihat beberapa foto pernikahan Silvio dan Monica serta beberapa foto keduanya sedang bersama Gabriel. Keluarga itu terlihat sangat bahagia. Begitu sempurna.
"Fuck!!"
"Bajingan kalian!!"
"Brengsek!!
Kata-kata umpatan seketika keluar dari bibir laki-laki itu.
"Brakkk..!!"
Luigi memukul keras meja kerjanya dengan tangan terkepal. Menyebabkan kaca retak dan buku-buku tangan kokoh itu berdarah.
Carlo segera menghampiri bos-nya itu.
"Tuan... Kendalikan emosi anda!", ucap Carlo menyadarkan Luigi yang sudah di kuasai amarah yang membuncah dalam dirinya.
"Siapkan pesawat ku sekarang. Aku harus menyelesaikan semuanya!"
"Tuan apa yang akan anda lakukan? jangan gegabah! Kita belum tahu nona Monica terlibat atau tidak. Bisa jadi Silvio bekerja sendiri tanpa sepengetahuan istrinya", ucap Carlo yang kuatir akan tindakan Luigi pada Monica.
"Aku tahu apa yang harus aku lakukan, Carlitos! Jangan ikut campur urusan pribadi ku yang bukan menjadi rana mu!". Suara Luigi mengeram.
Carlo kian kuatir pada Luigi, terlebih ia memanggilnya Carlitos. Panggilan untuk Carlo di dunia hitam sebagai pembunuh bayaran yang sudah lama tidak ia dengar dari laki-laki itu. Artinya Luigi sangat marah dan apapun bisa terjadi padanya saat ini juga. Termasuk siap kehilangan nyawanya.
"Aku belum mendapatkan informasi tentang uang yang di curi Silvio, apakah berada di tangan istrinya–"
"Shittt! Kau pikir aku memikirkan uang itu, hah?! Aku tidak perduli, Carlo!!"
"Kau lihat tanggal dan tahun pernikahan mereka. Tanggal dan tahun di mana adikku mati, meneguk obat-obat itu!"
"Di saat Xena merenggang nyawa, Silvio dan wanita itu berbahagia!", umpat Luigi sambil menuang wine ke dalam gelas, meneguknya hingga tandas.
Sorot mata milik laki-laki itu menatap tajam jauh ke depan menebus kaca jendela di kegelapan malam. Wajah dingin tanpa ekspresi laki-laki itu seakan siap menghabisi musuhnya detik ini juga.
"Karena Monica Dimitrov, Silvio Adriano Belucci, meninggalkan Xena!"
"Merenggut kebahagiaan Allegri, satu-satunya peninggalan Xena di dunia ini".
"Aku tidak akan memaafkan siapapun penyebab Xena mati. Tidak akan!", geram Luigi menggenggam kuat-kuat gelas di tangannya.
"Pranggg..."
Gelas itu pecah berkeping-keping setelah di lemparkan dengan keras Luigi ke dinding ruang kerja.
"Termasuk Monica Dimitrov. Aku tidak akan memaafkannya!"
...***...
To be continue
Smg kesehatan n ingatan Luigi cpt pulih. Sabarlah Monic, ini hanya sementara, tdk lama lg, semuax akan kembali spt semula.
Cinta & hati Luigi hanya untukmu ♥️♥️♥️😘😘😘