NovelToon NovelToon
Pawang Dokter Impoten

Pawang Dokter Impoten

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / CEO / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:18.2k
Nilai: 5
Nama Author: fania Mikaila AzZahrah

Dokter Arslan Erdem Mahardika, pria tampan dan cerdas berusia 33 tahun, memiliki segalanya kecuali satu hal yaitu kepercayaan diri untuk menikah.

Bukan karena dia playboy atau belum siap berkomitmen, tapi karena sebuah rahasia yang ia bongkar sendiri kepada setiap perempuan yang dijodohkan dengannya yaitu ia impoten.

Setiap kencan buta berakhir bencana.
Setiap perjodohan berubah jadi kegagalan.

Tanpa cinta, tanpa ekspektasi, dan tanpa rasa malu, Tari Nayaka dipertemukan dengan Arslan. Alih-alih ilfeel, Tari justru penasaran. Bukannya lari setelah tahu kelemahan Arslan, dia malah menantang balik sang dokter yang terlalu kaku dan pesimis soal cinta.

“Kalau impoten doang, bisa diobatin, Bang. Yang susah itu, pria yang terlalu takut jatuh cinta,” ucap Tari, santai.

Yang awalnya hanya pengganti kakaknya, Tari justru jadi pawang paling ampuh bagi Arslan pawang hati, pawang ego, bahkan mungkin pawang rasa putus asanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon fania Mikaila AzZahrah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab. 15. Polisi Muda vs Dokter Galau

Lampu-lampu halaman menyala terang. Angin malam bertiup pelan, tapi hawa panas masih menggantung di dada Nayaka.

“Nay! Dia pergi! Aylara udah jalanin mobilnya!” teriak Arslan setengah lari, matanya mencari-cari ke arah jalan depan pagar rumah.

Nayaka tak sempat pakai sepatu. Sandal jepit pun disambarnya cepat. Gaunnya terangkat sebelah, tapi dia tidak peduli. Nafasnya berat, dada sesak menahan panik.

“Laraaa! Tunggu dulu! Dengerin penjelasannya dulu! Itu semua bukan kayak yang kelihatan!” teriak Nayaka sekuat tenaga, suaranya serak.

Tapi mobil hitam yang ditumpangi Aylara sudah melesat, hanya menyisakan debu dan suara deru yang makin menjauh.

Dr. Arslan mengepalkan tangan. Wajahnya tegang, tatapannya kosong. Laki-laki itu jarang terlihat emosi, tapi kali ini dia merasa gagal menjaga sesuatu yang penting—dan Nayaka tahu itu.

“Kenapa dia harus datang bareng Kaisar di saat semua orang ngumpul buat bahas hari pernikahan kita?” keluh Nayaka lirih, napasnya memburu, matanya berair.

“Karena orang-orang kayak Elara dan Kaisar selalu merasa dunia milik mereka. Mau masuk di waktu mana pun, seenaknya,” ucap Arslan datar tapi tajam.

Nayaka mendengus kesal. “Aku harus cari dia. Aku nggak bisa diem aja, dia pasti ngerasa dihianatin. Laraku nggak kayak gitu kalau nggak bener-bener hancur.”

Arslan menggeleng pelan. “Kita kejar dia, tapi kamu tetap di sebelahku. Aku yang nyetir.”

Mereka berdua segera masuk ke mobil. Mesin dinyalakan, lampu depan menyorot gelapnya malam. Tapi waktu seperti tidak bersahabat. Mobil Aylara sudah tak terlihat, bahkan bayangannya pun hilang dari jalanan.

“Dia matiin lokasi. Biasanya dia nggak pernah kayak gini,” ujar Nayaka cemas sambil menekan layar ponselnya.

Arslan menatap ke depan, rahangnya mengeras. “Dia pasti ke tempat yang bikin dia ngerasa aman. Orang kayak Aylara nggak bakal nyari masalah. Dia cuma pengen pergi dari semua yang nyakitin.”

Hening beberapa detik. Lalu Nayaka bersandar, suara napasnya bergetar.

“Aku takut dia nggak mau datang di akadku nanti.”

Arslan melirik Nayaka. Tangannya menyentuh kepala perempuan itu perlahan.

“Kalau dia sayang kamu, dia akan balik. Tapi kamu juga harus siap hadapi kenyataan kalau rasa sakitnya nggak sembuh dalam semalam.”

Nayaka hanya mengangguk. Matanya menatap kosong ke jendela.

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, meski tidak ada hujan yang turun. Tapi hati mereka berdua seperti sedang diguyur badai.

JALAN RAYA LINTAS KOTA – TENGAH MALAM

Suara ban melindas aspal terdengar nyaring. Lampu belakang sedan hitam yang dikemudikan Aylara meliuk di antara kendaraan lain.

Tangannya mencengkeram setir, wajahnya tegang, rahangnya mengeras, matanya tak pernah lepas dari jalanan yang membentang panjang dan gelap.

Ia tak peduli klakson dari pengemudi lain. Tak peduli pesan masuk dari Nayaka. Apalagi suara hatinya sendiri yang retak karena pengkhianatan.

Sebuah mobil patroli dengan lampu biru menyala terang muncul di belakangnya, membuntuti dengan kecepatan stabil.

“Pengemudi sedan hitam, silakan menepi! Ini peringatan terakhir!” suara dari speaker mobil polisi menggema di udara.

Aylara mendecih. “Ngapain sih malah ikut-ikutan ngejar. Gua bukan penjahat.”

Tapi ia tetap gas, tak sedikit pun menginjak rem.

Di belakang, Audra Elzhar polisi muda dengan wajah teduh, mata sipit tajam, tubuh tegap tapi rapi, tampak tak kalah fokus. Ia menyipitkan mata sambil menghela napas panjang.

“Cewek bawa mobil jam segini ngebut gila-gilaan, entah habis jambret, entah habis patah hati,” gumamnya.

Ia mengaktifkan sirene, mempercepat mobilnya, dan menekan klakson panjang.

“Woi! Stop dulu, Mbak! Mau jadi Fast & Furious lokal?” serunya sambil memelototkan mata ke arah jalan.

Aylara yang mulai jengkel akhirnya melirik spion.

“Wajahnya... kayak oppa nyasar jadi polantas,” celetuknya sambil tetap tancap gas.

Mobil polisi akhirnya berhasil menyusul dan memepet dari kanan. Kedua kendaraan berjalan sejajar beberapa detik.

Audra membuka jendela dan melambai. “Mbak! Mepii! Kita bukan di sirkuit Mandalika!”

Aylara mengerem mendadak dan berhenti di bahu jalan. Audra buru-buru mengikut.

Begitu turun dari mobil, ia menghampiri Aylara yang juga keluar dengan gaya meledak-ledak.

“Masalah apa sih?! Saya bawa mobil di jalan umum, bukan nabrak orang, bukan nyopet, cuma ngebut dikit!” ujar Aylara sewot.

Audra menoleh cepat, menaikkan alis. “Dikit? Tadi nyaris nyamber truk ayam, Bu!”

“Udah jangan ‘Bu-Bu’ segala! Saya belum tua!” sentaknya sambil melipat tangan di dada.

Audra mendongak, lalu tertawa pelan. “Oke. Mbak Aylara. Namanya udah keluar dari sistem. Plat nomornya masuk data.”

Aylara mengerjap. “Astaga dragon... sampe buka data segala? Stalking skill-nya bagus juga. Polisi masa kini emang beda.”

“Lebih baik dibenci karena tanggung jawab daripada ditinggal pas lagi sayang, kan?” sindir Audra.

Aylara terdiam. Pandangannya mengendur raut ajahnya menyiratkan luka.

Audra menyipitkan mata. “Kena ya?”

Ia mengangguk pelan, lalu memalingkan wajah.

“Aku cuma pengen jauh dari semuanya. Dari pria brengsek yang bilang cinta tapi jalan bareng cewek lain depan mata. Dari rumah mewah penuh omong kosong. Dari semua yang pura-pura baik,” ujarnya parau.

Audra menyandarkan tubuh di kap mobil, menatap langit gelap.

“Hati yang kecewa itu kayak rem blong. Tapi tetap harus tahu kapan berhenti. Karena kalau enggak yang terluka bukan cuma kamu.”

Aylara menyipitkan mata, menatap pria itu dari atas ke bawah. Jantungnya masih berdetak kencang, bukan karena takut, tapi campur aduk antara emosi dan ya, pria ini lumayan tampan juga.

“Jadi aku kena tilang, Pak ganteng?” tanyanya sarkastik.

Audra menatapnya datar. “Tilang aja nggak cukup buat cara nyetir Ibu tadi. Itu balapan, bukan kabur dari mantan.”

“Siapa juga bilang aku kabur dari mantan,” bantah Aylara sambil melipat tangan di dada. “Aku cuma butuh angin malam, bukan interogasi dari Oppa berseragam begini.”

Audra mengangkat alis. “Oppa? Saranghae juga sekalian?”

“Saranghae,” ucap Aylara cuek sambil tersenyum nyinyir. “Tapi kayaknya bukan buat kamu. Kecuali kamu bisa kasih alasan logis kenapa cowok sebaik mantanku bisa selingkuh sama sepupu calon adik iparku.”

Audra terkekeh. “Ah, jadi gitu ceritanya? Pantes gaya nyetir kamu kayak mau ngejar mantan ke neraka.”

Aylara menghela napas panjang, lalu berkata lirih tapi jelas, “Dia bikin aku kayak orang bodoh, Pak. Selama ini aku pikir dia milih aku karena cinta, ternyata cuma karena aku bukan siapa-siapa.”

Audra menatapnya sejenak, lalu berkata pelan, “Justru karena kamu bukan siapa-siapa, kamu berharga.”

Aylara mendongak, memandang pria itu dengan sorot mata penuh tanya.

“Kamu tahu,” imbuh Audra sambil menyelipkan tangannya ke saku celana, “orang hebat itu lahir dari patah hati yang nggak dikasih waktu istirahat.”

Diam sebentar. Lalu, Aylara tersenyum kecil. “Kalau gitu, boleh aku parkir bentar di hatimu?”

Audra terkekeh. “Liat dulu, SIM kamu masih aktif nggak.”

“Begitu cara kamu minta maaf karena udah bikin kejar-kejaran lima kilometer tanpa mikirin keselamatan orang lain?” ujarnya tenang.

“Kalau minta maaf bisa bebas tilang, aku minta dua kali deh,” katanya lagi sambil mengedip, nakal tapi matanya masih merah. Sisa-sisa amarah belum habis, tapi sempat bercanda? Itu memang Aylara.

Audra menarik napas pelan, mencatat sesuatu di notes kecilnya.

“Kamu tahu bisa kehilangan nyawa tadi?”

“Aku sih nggak keberatan,” sahutnya cepat, “Yang penting kehilangan orang yang nggak layak diperjuangin dulu. Baru deh nyawa.”

“Jangan main-main sama hidup sendiri,” timpal Audra, kali ini nadanya naik. Matanya menatap lurus, tajam tapi masih manusiawi. “Kalau kamu nggak sayang nyawa, aku masih punya tugas buat nyelamatin yang kayak kamu.”

Aylara tertawa, pelan tapi getir.

“Wah... pahlawan banget ya. Udah mirip tokoh utama K-Drama. Tinggal nunggu soundtrack.”

Audra mengerucutkan bibir, separuh kesal separuh heran.

“Nama kamu siapa?” tanyanya.

“Aylara. 28 tahun. Scorpio. Patah hati. Latar belakang akademik? Dokter umum. Hobi? Balapan kalau lagi muak. Tertarik buat ngobrol serius sekarang, Pak Polisi?”

Audra menatapnya lama. Tangannya sempat mau menyobek surat tilang tapi berhenti.

“Kamu lagi nyari masalah atau teman ngobrol?”

“Dua-duanya boleh. Tapi yang pertama lebih cocok sama mood-ku sekarang,” imbuh Aylara.

Audra menyimpan notes-nya, menyandarkan badan di kap mobil Aylara.

“Gue nggak akan tilang malam ini. Tapi dengan satu syarat,” katanya pelan.

“Apa tuh?” tanya Aylara setengah serius.

“Kamu ikut aku ngopi. Biar bisa cerita panjang kali lebar. Tapi mobilnya ditinggal dulu, aku yang nyetir. Deal?”

Aylara terdiam. Matanya menatap ke langit. Malam yang tadi gelap mendadak punya warna sedikit. Dia nggak jawab. Tapi senyumnya, pelan-pelan, mengalahkan luka di dadanya.

1
Midah Zaenudien
semngat berkarya jgn bt cerita x stuk2 d tempat x
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: siap kakak... kedepannya akan muncul konflik
total 1 replies
Ummi Sulastri Berliana Tobing
lagi donk 🥰🥰
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak sekitar jam 12 WITA sudah update
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjuttt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah, besok makasih banyak masih setia baca
total 1 replies
Lukman Suyanto
lanjutt
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: insha Allah besok kakak 🙏🏻🥰
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
wong mantune Bu Retno juga orang biasa gitu kok gak ngaca. tolong dong kirim kaca ke Bu Retno
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: irinya Segede gabang kak 🤭
total 1 replies
Sholikhah Sholikhah
yah nyindir nih, yg bisanya hanya baca dan like 😄😄😄😄
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hehehe 🤭🤣🙏🏻
total 1 replies
Eva Karmita
Naya tersengat belut listrik nya pak dokter 🤣🤣🤣💓💓
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha mati dong 🤣
total 1 replies
Daeng
sangat menghibur
Yani
pwngantin baru oiii pengantin baruu.. yikes sapa dluan yg dpt bonusan malam pertama.. 😁😁
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: semuanya dapat yang gede dan panjang 😂🤭
total 1 replies
Yani
pernikahan semua netizen ini Mah
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: mewakili yah 🤣
total 1 replies
Yani
waduh Merissa tercubit diriku ha ha haha
GeGe Fani@🦩⃝ᶠ͢ᵌ™: hahaha 😂🤭
total 1 replies
Maulida greg Ma
hahaha segitunya
Maulida greg Ma
nggak apa-apa istri sendiri
Maulida greg Ma
nikahnya barengan semoga hamil juga barengan
Farhana
ya Allah mereka benar-benar random
Farhana
benar godaan istri luar biasa
Farhana
semoga samawa
Naila
haha kaget tapi penasaran 🤭🤣
Naila
akhirnya sah juga
Inha Khaerunnisa
Haha
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!