NovelToon NovelToon
A Night With Mr. Ex-Husband

A Night With Mr. Ex-Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Single Mom / Selingkuh
Popularitas:12.9k
Nilai: 5
Nama Author: Demar

Eleanor tak pernah membayangkan akan bertemu Nicholas lagi, mantan suami yang bercerai darinya tujuh belas tahun silam. Semua berawal dari pesta rekan kerja yang ia datangi demi menemani sahabat kecilnya, William. Malam yang mestinya biasa berubah kacau saat tatapannya bertemu dengan Nicholas, lelaki yang dulu pernah ia cintai habis-habisan sekaligus orang yang paling ia hindari saat ini. Pagi hari setelah pesta, Eleanor menemukan dirinya terbangun tanpa pakaian di samping Nicholas. Pertemuan malam itu membawa hubungan baru dalam hidup keduanya. Apalagi setelah Nicholas dikejutkan dengan keberadaan remaja berusia enam belas tahun di rumah Eleanor.
Bagaimana takdir akan membawa hubungan mantan suami istri itu kembali? Atau justru Eleanor akan menemukan cinta yang baru dari seorang berondong yang sudah lama mengejar cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Demar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tidak Akan Menyerah

Jalanan kota Paris pagi ini belum terlalu padat. Angin menyapu wajah Eleanor ketika motor besar Elio melaju stabil di sepanjang boulevard. Ia duduk di belakang putranya dengan tenang, rambut panjangnya sesekali berkibar diterpa angin. Banyak mata melirik, apalagi di boncengan motor besar milik seorang remaja yang terlalu mirip dengannya.

Motor berhenti di depan gedung kaca megah tempat Eleanor bekerja. Elio memutar stang, menahan motor tetap tegak. Eleanor turun perlahan lalu merapikan setelannya dengan gerakan anggun. Elio melepas helmnya, memperlihatkan wajah tampan mudanya yang segar.

“Have a good day, Mum,” katanya ringan, lalu mencondongkan tubuh dan mengecup kening Eleanor dengan lembut. Ciuman manis di pagi hari yang selalu berhasil membuat dunia Eleanor terasa sedikit lebih aman.

Eleanor tersenyum lembut, menepuk lengan putranya. “You too, Boy. Berhati-hatilah, kurangi kecepatanmu.”

Elio terkekeh lalu mengangguk. “Jangan terlalu khawatir, Mum.”

“Seorang ibu akan selalu khawatir pada putranya, Boy” jawab Eleanor.

Elio hanya mengangguk kecil sebelum menurunkan visor helmnya kembali. Ia mengangkat tangan, melambaikan perpisahan singkat sebelum motor itu kembali melaju menjauh, meninggalkan jejak suara mesin yang bergemuruh tapi indah di telinga Eleanor.

Eleanor berdiri sejenak menatap punggung putranya yang kian menjauh. Senyumnya masih bertahan, meski samar terselip rasa getir takut suatu hari kebahagiaan ini bisa direnggut darinya.

Ia menarik napas panjang kemudian melangkah masuk ke dalam gedung. Eleanor berjalan menyusuri koridor dengan anggun dengan mantel tipis di lengannya dan tas kerja bergantung di bahu. Ia sudah menata pikirannya untuk rapat pagi, namun begitu ia membuka pintu ruang kerjanya, pemandangan di dalam membuat langkahnya terhenti seketika.

Seseorang yang menyita pikirannya beberapa malam terakhir, berdiri dengan punggung tegak di depan jendela kaca, menatap pemandangan kota Paris yang sibuk di bawah sana. Posturnya santai tapi sarat dominasi seolah ruangan itu miliknya.

Eleanor membuka pintu tanpa suara, mencoba tetap tenang meski darahnya berdesir. “Tuan Nicholas,” sapanya dingin, menutup pintu di belakangnya. “Apakah Anda kehilangan arah? Seingat saya, ini bukan ruang tunggu klien.”

Nicholas berbalik perlahan dengan sorot mata tajam, bibirnya melengkung sinis. “Seorang pria muda mencium keningmu di depan umum. Cukup… menarik.”

Eleanor mendongak, menatapnya dengan tenang namun penuh ketegasan. “Jika tujuan Anda datang ke sini hanya untuk mengomentari kehidupan pribadi saya, pintunya ada di sebelah sini. Dan saya sarankan sebaiknya anda belajar etika lagi, Tuan. Masuk ke ruangan orang tanpa izin… itu sangat tidak sopan.”

Sekilas rahang Nicholas mengeras. Sorot matanya berubah lebih dalam, seolah terusik oleh dinginnya sikap Eleanor yang tidak memberinya ruang.

Eleanor menurunkan mantel dan meletakkan tasnya di kursi. Lalu duduk perlahan, menyalakan layar komputernya seolah kehadiran Nicholas tadi tak lebih dari hembusan angin pagi.

Diamnya Eleanor justru membuat Nicholas semakin gelisah. Ia melangkah maju, kedua tangannya bertumpu di meja Eleanor.

“Aku sedang berbicara padamu,” suaranya rendah, mengandung tekanan. “Atau kau memang sengaja mengabaikanku?”

Eleanor mengangkat wajahnya perlahan, menatap lurus ke mata Nicholas dengan tenang. “Jika tujuannya ke sini hanya untuk mengomentari kehidupan pribadiku. Silakan keluar!”

Rahang Nicholas mengeras. Ia mencondongkan tubuh lebih dekat, seolah ingin memastikan Eleanor tidak bisa lari. “Kau benar-benar berubah. Dulu kau…”

Eleanor memotong dengan suara dingin, datar namun menusuk. “Tidak ada yang berubah, Tuan Nicholas.”

Mata Nicholas menyipit tak percaya. “Aku mengenalmu lebih dari siapa pun. Aku tahu setiap sisi dirimu, Eleanor. Luar dan dalam.”

Eleanor bersandar ke kursinya, tidak bergeming sedikit pun meski tubuh Nicholas begitu dekat. “Kalau itu pendapatmu, silakan. Aku tidak punya waktu mengurus sudut pandang orang lain.”

Ia bangkit dari kursi, mencoba berjalan ke sisi ruangan. Tapi sebelum sempat melangkah, tangan Nicholas terulur cepat, menahan lengannya posesif.

“Siapa pria itu?” desisnya dingin.

Eleanor menatap balik, matanya tajam bagai bilah kaca. “Aku tidak merasa perlu menjawab pertanyaan itu.”

Ceklek!

Pintu ruang kerja Eleanor tiba-tiba terbuka. William masuk dengan langkah santai dengan dua gelas kopi hangat di tangannya. Namun langkahnya terhenti begitu melihat pemandangan di depannya. Wajah Nicholas terlalu dekat, dengan posisi tangan menahan lengan Eleanor.

“Ouh, well…” William menaikkan alisnya, nada suaranya ringan tapi penuh makna. “Sepertinya aku masuk di waktu yang tidak tepat.”

Eleanor dengan cepat menyingkirkan tangan Nicholas dari lengannya. Ia menarik napas, lalu berbalik menyambut William dengan senyum tulus, seolah ketegangan barusan tidak pernah ada.

“Will, kau tidak pernah salah waktu,” ucap Eleanor dengan hangat. Ia memberi isyarat dengan tangannya. “Kau orang yang sangat penting bagiku. Duduklah…”

William menatap Nicholas sejenak, lalu Eleanor. Ada keraguan di matanya, namun akhirnya ia melangkah masuk dan duduk di sofa. Nicholas masih berdiri di tempat, rahangnya mengeras menahan amarah yang hampir pecah.

“Aku membawakan kopi,” kata William, sedikit canggung lalu meletakkan gelas di meja.

Eleanor tersenyum kecil, menerima kopi itu dengan tatapan yang lembut. Dari cara matanya menatap William seolah berkata jangan pergi, tetap di sini.

Nicholas mengepalkan tangan di sisi tubuhnya. Detik berikutnya, ia berbalik dan keluar ruangan, menutup pintu dengan keras. Suara benturan pintu bergema, membuat udara ruangan ikut bergetar.

William menatap Eleanor lama. Baru setelah Nicholas benar-benar pergi, ia melihat retakan tipis di wajah tenang wanita itu.

“Apa hubunganmu dengan Tuan Nicholas, Ele?” Suaranya tenang tapi penuh tuntutan. “Kalian terlalu… dekat, untuk dua orang yang baru bertemu di satu pesta.”

Eleanor bersandar di sofa, menutup wajah dengan kedua tangan frustasi. “Dia… mantan suamiku.”

William kehilangan kata-kata. Rahangnya mengeras, amarahnya meningkat tanpa bisa ia bendung. “Ini gila, Ele. Dia… pria sinting yang membuatmu hampir bunuh diri tujuh belas tahun lalu? Oh shi*t!”

Eleanor menghela napas panjang, “I know, it’s crazy.”

William mengepalkan tangan di atas meja, “Kau tidak boleh, tidak boleh dekat dengan dia lagi!” Ia hampir bangkit berdiri. “Aku akan menghajar pria bastard itu.”

Eleanor menahan tangannya, “Will…” Suara Eleanor pelan namun tegas. “Stop… Kau sendiri bilang dia klien penting. Emosional tidak akan menyelesaikan apa pun.”

William menutup mata, dadanya bergerak naik turun. Ia menatap wajah sendu Eleanor lalu menariknya ke dalam pelukan. Pelukan yang penuh amarah, ketakutan, dan kasih sayang yang tak bisa ia ucapkan. “Maaf, aku tidak peka.”

Eleanor membiarkan dirinya larut sejenak, sebelum berbisik di bahunya. “Aku baik-baik saja, Will. Aku bukan Eleanor yang dulu, aku tidak akan hancur lagi.”

William melepaskan pelukan, menatapnya serius. “Lalu bagaimana dengan proyeknya?”

Eleanor tersenyum tipis, senyum yang lebih mirip luka terlukis di wajahnya. “Aku akan menerimanya. Direktur sudah memanggilku dan… yeah aku tahu dia mengancam karierku. Aku tidak bisa menyerah, Will. Tahun depan Elio akan masuk college, aku tidak ingin mengecewakannya.”

William menggenggam tangan Eleanor dengan penuh keyakinan “Kalau begitu, aku akan cari pekerjaan lain untukmu. Kau pintar, tidak sulit bagimu untuk beradaptasi dengan pekerjaan baru.”

Eleanor menatapnya lembut, menyeka sudut matanya dengan punggung tangan. “Aku tahu Nicholas tidak akan berhenti semudah itu, Will. Dia punya segalanya sekarang. Tapi aku juga tidak akan menyerah. Karier yang kubangun lebih dari sepuluh tahun… tidak akan runtuh hanya karena dia.”

1
Jordin Yanti
bagus thor
Henik Astutik
Ditunggu POV Nicholas tor.. sepertinya ada 'sesuatu' terjadi di masa lalu dan masih jadi misteri yang belum terungkap kebenarannya. Semangat tor. selalu ditunggu up nya. 👍💪
Grace Putri: aku malah mikirnya nich sakit hati krna mgkn pas ketauan di club sama cewek lain, trs ele mau bunuh diri, ele lgsng menghilang tp tbtb ada surat cerainya, kya dibantu hilang sama temennya.
total 2 replies
Grace Putri
lanjutttt thor
Grace Putri
lanjut thorrrrrr, aaaa makin seru makin bnyk yg bacaa jugaaa
Grace Putri
wahhh dar der dor sih hbs ini pasti, sad bgtttt ele
Grace Putri
up lg thorrrr
Ais
nicholas ini emang manipulatif dan NPD ya apa dia ngak sadar atas kesalahannya yg tertangkap basah lagi naikin LC di club malam duh nicholas apa perlu kepala kamu dipukul pake palu biar sadar apa yg sdh kamu perbuat sm ele justru kamu yg sdh melukai harga diri ele dan kehormatan ele sbg istri yg mencintai kamu dgn tulus😤😤😤😤capek banget ktm manusia macam nicholas ini
Grace Putri
ga ngerti sama nich, tp aku berharap author bikin banyak kejutan kedepannya, aku siap menunggu dar der dor nich ele wkwkw
Vivian
𝚜𝚎𝚖𝚗𝚐𝚊𝚝 𝚔𝚊𝚔..
𝚋𝚒𝚊𝚛 𝚋𝚒𝚜𝚊 𝚝𝚊𝚖𝚋𝚊𝚑 𝚞𝚙𝚍𝚊𝚝𝚎 𝚡.. 🤭
𝚊𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚞𝚗𝚐𝚐𝚞 𝙺𝚎𝚕𝚊𝚗𝚓𝚞𝚝𝚊𝚗 𝚡.. 💪
Elmira
ceritanya bagus 😘😘😘
Grace Putri
tambah lg thorrr 🫣
Grace Putri
oh, apa william ya yg nolong ele pas mau bundir 17 tahun lalu ?
Ais
bnr jng mau ngalah dan kalah lagi dr nicholas bantai aja laki bastard ini ele dgn cara sikap kamu yg anggun dan elegan dan kita lihat siapa yg akan mengakui kekalahan serta meminta maaf emang jenis pecundang sejati nicholas ini😤😤😤😤
Grace Putri
3 bab lagi thorrr wkwwkwk
Grace Putri
nungguinnn thorr
Ais
muak sm laki"pecundang macam nicholas ini buat ele kuat thor biarkam dia resign dan biar nicholas tambah uring"an dan menyesali smua perbuatan buruknya sm ele aneh aja kok bs 17 tahun nicholas ini ktm ele bersikap smakin sombong dan arogan bukannya minta maaf sm smua kesalaham yg dia perbuat 😤😤😤
tia
lanjut thor
Grace Putri
aku ga terima bgttt sbnrnya kalo sama nich lg, mslhnya 17 tahun kemana aja, trsss pas msh suami istri dia tuh knpppp coba
minsy
please thor eleanor ngga boleh sama nicolas lagi biar aja mereka hidup masing2 atau apa kek,,pokoknya BIG NO kalau sama nicolas lagi apapun kesalapahaman mereka dulu masa baru sekarang mau balik lagi sama ele gila apa
Grace Putri
mau nabung bab, tp ihhh penasaran bgttttt.
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!