Grace Jacorey, seorang editor di salah satu perusahaan media di California. Karena kecerobohannya bersama temannya membawanya ke dalam sebuah masalah. Ia dipertemukan dengan salah satu keturunan Walton, seorang pria tampan dan kaya raya. Sejak pertemuan itu, Grace merasakan jantungnya berdebar saat berada di dekat pria itu. Mungkinkah ia jatuh hati pada Pria itu? Akankah pria itu memiliki perasaan yang sama dengan Grace?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Gelsomino, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22: Mengganggu Sesi Romantis
Grace berjalan menuju ruangan Regan membawa naskah yang sudah diperbaikinya. Seperti biasa, perintah dari regan tidak bisa diabaikan. Regan meminta naskahnya diberikan sebelum makan siang. Dan sekarang sudah jam istirahat makan siang. Grace tidak yakin pria itu akan bersikap lembut setelah naskah yang dimintanya baru siap saat jam istirahat.
"Pa___" Grace mengatupkan bibirnya terkejut melihat pemandangan di depannya. Regan dan Ellen sedang makan siang bersama. Keduanya duduk berdampingan. Regan terlihat menyeka mulut Ellen lalu menyuapinya.
"Grace.." refleks Ellen mendorong tangan Regan.
"Saya hanya ingin mengantar naskah yang anda minta," ujar Grace dengan cepat menaruh naskah ditangannya di atas meja Regan.
"Um... Saya tidak melihat apapun..." ucapnya keluar dengan buru-buru. Sial, kenapa seolah dirinya yang tertangkap basah.
"Jangan lupa menutup pintunya," pungkas Regan tenang, tidak peduli jika mereka sedang tertangkap basah oleh Grace.
"Bagaimana ini, Grace pasti mengira kita punya hubungan," ujar Ellen panik. Sejujurnya ia belum siap jika orang-orang di kantor mengetahui hubungannya dengan Regan.
"Bukankah kita memang sepasang kekasih," balas Regan santai melingkarkan tangannya di pinggang Ellen dan langsung mendapat tatapan tajam dari kekasihnya. Ellen memintanya untuk merahasiakan hubungan mereka. Ellen merasa tidak nyaman saat orang-orang kantor mengetahui hubungan mereka. Ellen tidak ingin menjadi bahan gosip di kantor.
"Iya... Iya... jangan khawatir. Dia tidak akan mengatakannya pada yang lain," kata Regan mendekatkan bibirnya lalu mencium bibir Ellen yang sudah menjadi candunya. Bagaimana bisa dia jatuh cinta dengan Ellen yang kaku dan polos. Tapi sekarang wanita itu tidaklah sepolos dulu, itu semua karena dirinya.
Ellen mendorong tubuh Regan hingga kembali duduk di sofa membuat pria itu kesal.
"Aku tidak ingin orang lain datang dan melihat kita. Tidak bisakah kamu menahannya saat di kantor," Ellen mulai kesal dengan Regan yang tidak tahu tempat. Pria itu selalu mencari kesempatan untuk melakukan kontak fisik dengannya saat di kantor.
"Aku tidak tahan jika berdekatan denganmu sayang," kata Regan membuat wajah Ellen terasa panas.
"Maka menjauh lah dariku saat di kantor, dasar maniak," balas Ellen.
"Apa-apaan itu.. aku tidak bisa jauh darimu. Enak saja kamu bilang padaku menjauh darimu," ujar Regan protes.
"Ck.. tidak ada gunanya berbicara denganmu. Dasar playboy keras kepala. Apa kamu juga mengatakan hal yang sama dengan mantan-mantanmu yang segudang itu," ujar Ellen menatap mata Regan. Pria itu lalu menyentil kening Ellen.
"Sudah ku bilang aku tidak suka membahas mantan-mantanku saat bersamamu. Membicarakannya hanya akan mengganggu sesi romantis kita," kata Regan melingkarkan tangannya di pinggang Ellen. Pria itu mendekatkan wajahnya ke leher Ellen. Menurunkan leher baju Ellen.
"Apa yang kamu lakukan," Ellen terlihat was-was. Pria itu takjub melihat tanda kepemilikannya ada di sana.
"Karyaku memang luar biasa," ujar Regan mengecup leher Ellen lembut membuat darah wanita itu berdesir.
"Hentikan Regannnnhhh.." Ellen mendorong dada Regan. Ini tidak bisa dibiarkan.
"Aku menginginkanmu," Regan menarik tangan Ellen dan mengarahkannya ke miliknya yang sudah mengeras.
"Regan.." Ellen membulatkan matanya.
"Bagaimana kalau satu ronde, mom kemarin minta cucu," bisik Regan menggoda Ellen dengan mencium lehernya. Sepertinya Ellen adalah pelabuhan terakhirnya. Ia bahkan sudah mengenalkannya pada orangtuanya saat hubungan mereka masih satu bulan dan ibunya setuju jika Ellen menjadi menantunya. Regan juga baru tahu jika ternyata ibunya dan ibu Ellen adalah sahabat. Itulah yang membuat ibunya setuju jika dia menikah dengan Ellen.
"Kalau kamu menolaknya bagaimana bisa Regan mini ada di sini," kata Regan mengusap perut Ellen. Wanita itu merasa geli mendengar ucapan Regan.
"Ti..tidak Regan. Ini di kantor. Aku tidak mau," Ellen mendorong tubuh Regan cukup kuat hingga pria itu menjauh darinya. Untung saja Olivia datang. Kalau tidak, Ellen tidak yakin bisa selamat dari Regan.
"Menyebalkan..." gumam Regan dengan ekspresi wajah kesalnya menahan rasa sakit di bagian bawahnya. Ellen ingin sekali menertawakan pria itu.
"Sepertinya aku harus segera menikahi mu dan mengurung mu di kamar kita. Dengar, aku akan menagihnya nanti malam," kata Regan lalu pergi ke toilet untuk menuntaskan sesuatu yang belum selesai.