NovelToon NovelToon
Aku, Atau Dia?

Aku, Atau Dia?

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Playboy / Crazy Rich/Konglomerat / Kehidupan di Sekolah/Kampus / Gangster
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Gema Tangkas Merapi, siswa tampan dan humoris di SMA Gajah Mada, dikenal dengan rayuan mautnya yang membuat banyak hati terpesona. Namun, hatinya hanya terpaut pada Raisa Navasya, kakak kelas yang menawan. Meski Gema dikenal dengan tingkah konyolnya, ia serius dalam mengejar hati Raisa.

Setahun penuh, Gema berjuang dengan segala cara untuk merebut hati Raisa. Namun, impiannya hancur ketika ia menemukan Raisa berpacaran dengan Adam, ketua geng sekolahnya. Dalam kegalauan, Gema disemangati oleh sahabat-sahabatnya untuk tetap berjuang.

Seiring waktu, usaha Gema mulai membuahkan hasil. Raisa perlahan mulai melunak, dan hubungan mereka akhirnya berkembang. Namun, kebahagiaan Gema tidak berlangsung lama. Raisa terpaksa menghadapi konsekuensi dari pengkhianatannya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Sesak

Gema, Kian, dan Dava bersembunyi di balik pohon rindang, berusaha tidak menarik perhatian sambil memantau Adam dan Raisa. Gema memandang Raisa dengan mata penuh harapan, tetapi juga dengan kecemasan yang mendalam. Ia tidak ingin mengganggu keputusan Raisa, namun perasaannya membuatnya tidak bisa berpaling.

Adam, di sisi lain, duduk dengan sikap tegas dan penuh pengertian, seolah memegang kendali penuh atas situasi. Ia menunggu jawaban Raisa dengan ekspresi yang sulit dibaca—antara ketegangan dan kesabaran.

Raisa, di kursi taman yang tenang, tampak terjebak dalam kebingungannya. Wajahnya menunjukkan perasaan yang terpecah, antara cinta yang mendalam dan kecemasan akan keputusan yang harus diambil. Pikirannya berkecamuk antara dua sosok yang penting dalam hidupnya.

“Aku ... pilih kamu,” ucap Raisa akhirnya, suaranya sedikit bergetar. Tatapannya langsung menembus mata Adam, yang menunjukkan kekuatan dan keseriusan.

“Maafin aku ya, gak bilang-bilang ke kamu kedekatan aku sama Gema,” ucap Raisa.

Adam terkejut, seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya. Dia menatap Raisa dengan mata terbuka lebar, mencoba memahami makna dari keputusan tersebut. “Jadi, aku yang kamu pilih?” tanya Adam, suaranya mengandung campuran antara kebahagiaan dan keheranan.

Raisa mengangguk, matanya tidak beralih dari Adam. Seketika Adam langsung memeluk Raisa, mengendong Raisa dalam pelukannya.

“Adam, lepasin Dam, aku nggak bisa napas,” ucap Raisa sembari menepuk pundak Adam.

“Eh sorry,” Adam menurunkan Raisa. “Maafin ya,” ucap Adam penuh rasa bersalah.

Raisa hanya diam, menandakan bahwa ia sedang marah. “Ya ampun, merajuk dia,” ucap Adam yang terkesan bercanda.

Adam tampak berpikir sejenak. Cup. Adam mencium pipi putih nan halus milik Raisa, seketika pipi Raisa memerah.

Gema, tiba-tiba dadanya terasa sangat sesak.

Seketika semuanya terlihat putih kecuali Adam dan Raisa yang berprilaku mesra, dunia terasa menghilang, tertutupi kabut putih.

“Bangsat lah,” umpat Gema, suaranya pelan dan terdengar menahan tangis. Ia berjalan meninggalkan taman.

Kian dan Dava langsung mengikuti Gema dari belakang. Gema terhenti tepat sebelum menaiki tangga. Ia berbalik badan, menatap pohon mangga besar di dekat lorong, seketika air mata keluar, membasahi pipi Gema.

Sedangkan Kian dan Dava? Mereka hanya saling beradu tatap, ini bukanlah saatnya untuk bercanda. Dava beranjak ke depan Gema, ia mengelap air mata Gema menggunakan seragam batiknya.

Namun, air mata masih mengalir, rasa kecewa, kesal, sesak, dan cemburu bercampur, seolah meremas kencang dadanya.

Gema mengelap air matanya yang mau keluar lagi dengan kasar, ia merasa di perhatikan dari jauh, Gema langsung menoleh, melihat Gita yang terdiam memperhatikannya dari di ujung lorong. Ia langsung mengalihkan pandangannya dan berbalik badan ke tangga.

Ia langsung berjalan menaiki tangga, diikuti kedua sahabatnya.

......................

Beralih ke Raisa dan Adam, mereka mengobrol tentang banyak hal. Mereka masih terduduk di kursi panjang di taman belakang sekolah.

“Eh, udah mau masuk,” ucap Raisa ketika melihat jam di ponselnya yang terpampang sudah setengah sebelas lewat 15 menit.

“Oh iya,” Adam berdiri dengan menggenggam erat tangan Raisa. “Ayo ke kelas,” ajak Adam dengan nada lembut dan tersenyum.

Mereka berjalan menuju kelas.

Sesampainya di pintu kelas Raisa, Raisa berdiri tepat membelakangi pintu kayu kelasnya yang tertutup.

“Belajar yang bener, kamu harus pinter,” ucap Adam. “Iyaa Dam, kamu juga, jangan bolos mulu,”

“Siap ibu negara,” Adam memberi hormat, Raisa tertawa kecil. “Yes berhasil!” senang Adam dalam hatinya.

“Aku ke kelas dulu ya. Assalamualaikum!” Adam berjalan menuju kelasnya yang berjarak 4 kelas dari kelas Raisa.

“Waalaikumsalam,” Raisa masuk ke dalam kelas.

Suasana terasa ramai, tiba-tiba pipi Raisa memerah ketika mengingat kembali Adam yang mencium pipinya.

“Cielah, abis ngapain tuh? Kayaknya seneng banget,” goda Indah ketika melihat Raisa yang senyum-senyum.

“Nggak, nggak abis ngapa-ngapain,” Raisa menggeleng pelan. Gita yang lagi fokus belajar langsung menatap Raisa.

Gita beranjak dari tempatnya menghampiri Raisa, wajahnya tampak serius. “Ra, ada yang mau gua omongin sama lu,” ucapnya. Raisa mengangguk.

“Ayo,” mereka berjalan keluar kelas, meninggalkan Indah dan Andra yang saling bertukar pandang bingung.

......................

Kini, Gema berada di rooftop, tempat yang cukup tenang dan jauh dari hiruk-pikuk para siswa-siswi. Tangannya yang cukup besar menumpu pada beton pembatas, angin pagi menuju petang mengguyur wajah tampannya.

Suasana disini cukup hening, suasana yang sangat dibutuhkan Gema saat ini. Mereka yang ingin menenangkan diri sering kali disarankan untuk mencari tempat yang sepi, dan rooftop adalah tempat yang tepat Gema untuk mencoba meredakan pikiran dan perasaan yang berkecamuk.

Gema menghela napas panjang, menatap langit biru cerah di atas sana. Seketika bayang-bayang Adam dan Raisa yang mesra kembali muncul, menggangu ketenangan yang ia rasakan.

Dada Gema terasa seperti dihimpit batu besar. Apa kurangnya yang Gema berikan pada Raisa? Apakah Gema pernah melakukan kesalahan sampai-sampai ia kalah dipilih oleh Raisa? Tak cukupkah Raisa membuat Gema menangis?

Itulah isi pikiran dan hati Gema.

Gema menghembuskan napas kasar, menatap hamparan kota Jakarta dengan tatapan kosong. “Hah, salah gua sih, suka sama pacar orang,” Gema tertawa kecil, meratapi nasib percintaannya.

Tiba-tiba, langkah kaki terdengar mendekat. Gema menoleh dan melihat Tara, Kian, dan Dava berjalan ke arahnya dengan wajah penuh simpati.

“Kenapa sih berader? Gak usah jadi sadboy,” Dava menepuk pelan punggung Gema, memberikan sekaleng soda biru pada Gema.

Gema menerima kaleng itu, ia membuka kaleng itu. Namun, ia tidak meminum soda itu, Gema hanya menatap kaleng itu dan menghela napas panjang, menahan tangis yang mengancam untuk keluar.

“Kenapa sih Gem? Tar, balapan yok,” ucap Kian, membuat Tara mengangkat sebelah alisnya. “Ngapain anjing?” ucap Tara dengan wajah bingung.

“Kan si Gema suka nonton F1, siapa tau kehibur kalo kita berdua balap liar,” ucap Dava yang membuat Gema tertawa kecil.

“Tolol,” Gema meminum soda ditangannya. “Loh kok tolol? Jadi kenapa? Kenapa lu jadi Gema sadboy?” tanya Dava.

“Gua ... gak nyangka aja Dav, Ian, Tar. Kenapa kak Raisa bisa kayak gitu ke gua,”

Kian menatap Gema penuh empati. “Gua ngerti perasaan lu Gem.Tapi, gua yakin kok, kak Raisa pasti punya alesan tersendiri.”

Seketika Gema menatap Kian dengan mata yang berkaca-kaca. “Alesan? Alesan apa, Ian?

Gua udah coba ngelakuin terbaik buat dia, tapi selalu gua yang sakit?”

Tara merangkul Gema, menepuk-nepuk punggungnya dengan lembut. “Kadang cinta emang gak adil Gem. Tapi lu harus kuat. Lu punya gua sama dua orang tolol ini,” Tara menunjuk Dava dan Kian.

“Anjing lu,” ucap Dava dan Kian bersamaan.

Gema tertawa kecil dibuatnya. Gema memeluk Tara, menenggelamkan wajahnya yang mulai menangis.

“Makasih ya, udah nemenin gua setiap hari. Gua cuman butuh waktu buat nerima keadaan yang kayak bangsat,”

“Gak usah makasih Gem, kayak sama siapa aja. Kita udah sahabatan 14 tahun, anjing-anjingan udah sering, santai aja,” ucap Tara.

“Bener tuh Gem, apapun yang terjadi kita santai aja,” ucap Kian.

Dava merangkul Gema, membawanya menuju sofa kulit sobek-sobek di sebelah kanannya. “Ayo curhat, luapin semua unek-unek lu,”

Tara ikut duduk, sedangkan Kian duduk di pegangan sofa. Mereka berempat pun mengobrol, sembari menikmati angin sepoi-sepoi. Meski rasa sakit di hati Gema masih ada, tapi di temani sahabat-sahabatnya sudah lebih dari cukup.

“Gem, inget nih. Terkadang hal terbaik yang bisa dilakuin adalah melepaskan. Mungkin ini saatnya lu ngelepasin kak Raisa, dan dapet sesuatu yang lebih worth it,” ucap Tara.

Gema mengangguk. “Lu bener Tar, gua harus dan pernah coba move on. Tapi, hati kecil gua bilang jangan nyerah dan terus perjuangin kak Raisa.”

1
Rose Skyler
mamanya masih 29?
Siti Nina
oke ceritanya,,,👍👍👍
Siti Nina
ceritanya bagus kak tetep semangat,,,👍💪
Iqhbal
tetap semangat bg🗿butuh waktu untuk ramai pembaca🗿
Iqhbal
semangat bg, jangan lupa share di komunitas agar orang pada tau
Iqhbal: mau dibantu share? 🗿
Keisar: gak ada waktu, tapi thank you udah komen
total 2 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!