Sekuel (My Cantik)
Victor Valdes Dewangga,pria mapan berusia 37 tahun.Pria yang gila kerja hingga diusianya yang hampir kepala empat tak kunjung memiliki kekasih.Namun sebuah insiden membuatkannya harus menikahi gadis belia yang masih di bawah umur yaitu Yohanna Revalia Kenzani cucu bungsu dari keluarga Aditama.
Bagaimanakah kelanjutan pernikahan mereka?yuk simak kisahnya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Novi Zoviza, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22. Bertemu Nenek Ajeng
Anna sibuk dengan ponselnya untuk membunuh kebosanannya selama dalam perjalanan menuju ke Bandung bersama Victor. Gadis itu terpaksa ikut Victor dan membatalkan semua rencananya dengan Arumi ini. Padahal ia dan Arumi berencana untuk pergi ke salon kecantikan guna melakukan perawatan tubuh. Tapi semuanya gagal karena tiba-tiba saja Victor mengajaknya untuk ke Bandung.
Anna betul-betul merasa bosan karena Victor hanya diam saja sejak mereka selesai sarapan tadi pagi. "Tahu perjalanan membosankan begini mending tadi aku menolak untuk ikut," batin Anna melirik Victor yang fokus pada jalanan.
"Uncle... apakah masih jauh?," tanya Anna karena sejak tadi mereka sudah memasuki kota Bandung tapi mereka belum kunjung sampai.
"Sebentar lagi,"jawab Victor tanpa menoleh pada Anna dengan tatapan lurus pada jalanan.
Anna memilih untuk kembali diam dan menoleh ke arah jendela mobil. Mata gadis itu berbinar saat mobil melewati jalanan dengan pemandangan yang begitu indah. Ia menurunkan kaca mobil setelah meminta pada Victor untuk turun mematikan AC mobil. Gadis itu menikmati udara sejuk menerpa wajahnya.
"Tempat ini sangat indah,"gumam Anna. Dulu saat masih sekolah di Indonesia Anna memang beberapa kali ke Bandung tapi bukan ke daerah ini. Daerah yang mereka lewati kali ini jauh lebih indah dari yang pernah ia lihat.
Tidak lama mereka akhirnya sampai di sebuah bangunan yang begitu megah. Victor meminta Anna untuk turun setelah ia mematikan mesin mobilnya. Pria itu turun lebih dulu menghampiri wanita tua yang sudah menunggu kedatangannya dan Anna.
"Apa kabar Nek?,"tanya Victor memeluk wanita tua yang merupakan ibu dari Maminya.
"Baik...mana cucu menantuku?, apakah kamu tidak membawanya ikut bersamamu,"tanya sang Nenek pada Victor.
"Itu dia Nek!,"tunjuk Victor pada Anna yang baru saja turun dari mobil.
"Victor... apakah itu istrimu?. Dia-- dia istrimu?,"tanya Nenek menunjuk Anna yang berjalan menghampiri mereka.
"Iya Nek,"angguk Victor.
Nenek Victor yang bernama Ajeng itu menatap tak percaya pada Anna. Gadis ini cocok menjadi keponakan cucunya begitulah pikiran Ajeng saat ini ketika Anna menyalami punggung tangannya.
"Ka-kamu istrinya Victor?,"tanya Ajeng menatap wajah cantik Anna apalagi mata biru Anna yang membuat gadis itu terlihat begitu sangat cantik. Meski belum pernah bertemu tapi Victor sudah memberitahu nama Anna pada Neneknya.
"Apakah kamu keturunan bule?,"tanya Ajeng karena jarang penduduk pribumi yang memiliki warna bola mata seperti Anna.
"Tidak Nek. Aku asli orang Indonesia,"jawab Anna.
"Lalu kenapa bola mata kamu--warna biru?,"tanya Ajeng.
Anna tersenyum tipis mendengar pertanyaan Ajeng. "Nenek buyut ku yang memiliki bola mata seperti ini Nek. Itu yang dikatakan Oma padaku,"jawab Anna.
"Nek... sebaiknya ajak Anna masuk kedalam!,"ucap Victor. ia ingin beristirahat karena tubuhnya terasa lelah setelah melakukan hampir empat jam perjalanan kesini.
"Ah iya Nenek hampir lupa. Ayo kita masuk!, maaf ya rumah Nenek tidak semewah rumahmu,"ucap Ajeng menggandeng tangan Anna memasuki kediamannya sementara Victor sudah lebih dulu memasuki kediaman Neneknya itu. Dan untuk barang bawaan mereka sudah di bawa masuk oleh pelayan yang bekerja dengan Ajeng.
"Nenek bisa saja. Walaupun rumah yang Anna tempati mewah tapi itu bukan rumah Anna,Nek. Tapi rumah Opa dan Oma,"jawab Anna.
Ajeng tersenyum mendengar jawaban Anna. Gadis cantik ini sangat rendah hati menurutnya. Sangat cocok untuk cucunya yang sifatnya begitu dingin dan datar.
"Istirahatlah dulu, kamu pasti lelah bukan?. Kamar Victor ada di lantai dua sebelah kanan dari tangga,"ucap Ajeng.
"I-iya Nek...,"jawab Anna mengangguk pelan. Gadis itu sebenarnya terkejut dengan ucapan Nenek Ajeng. Apakah selama disini ia akan satu kamar dengan Victor?. Tapi sebelum berangkat Victor tidak mengatakan apapun padanya.
"Ayo sana!, Nenek akan meminta pelayan untuk memasak makan siang untuk kalian,"ucap Ajeng saat melihat Anna yang tampak melamun.
Anna melangkah menaiki anak tangga dengan langkah pelan. Pikirannya berkecamuk takut Victor marah besar karena memasuki kamar pria itu. Tapi ia mau tidak mau harus satu kamar dengan Victor karena Nenek Ajeng masih menatapnya dari lantai dasar.
Sesampainya di depan kamar Victor, Anna sejenak terdiam. Ia tengah menimbang apakah langsung masuk begitu saja atau mengetuk pintu terlebih dahulu. Jika ia langsung masuk takutnya Victor marah padanya tapi jika di ketuk dulu ia takut mengganggu pria itu yang mungkin saja sedang sibuk di dalam.
"Bagaimana ini?,"batin Anna.
Setelah berpikir sejenak akhirnya Anna memutuskan untuk langsung masuk begitu saja. Gadis itu membuka pintu kamar secara perlahan dan menyembulkan kepalanya terlebih dahulu memastikan keadaan di dalam kamar aman. Anna akhirnya mamasuki kamar milik Victor yang begitu maskulin. Aroma parfum pria itu mendominasi kamar yang memiliki interior yang begitu sangat sangat cantik menurut Anna.
Anna tidak menemukan keberadaan Victor di kamar ini. Entah kemana pria itu saat ini padahal setahunya Victor masuk lebih dulu kedalam rumah. Anna melirik koper miliknya dan Victor di sudut ruangan berarti selama disini ia dan Victor memang satu kamar.
Anna melangkah menuju balkon kamar yang ternyata mengarah langsung pada air terjun yang letaknya tidak jauh dari kediaman Nenek Ajeng. Senyuman tipis menghiasi bibir gadis itu melihat pemandangan yang belum pernah dilihatnya. Anna merentangkan kedua tangannya menikmati udara sejuk yang menerpa tubuhnya.
Rumah Nenek Ajeng memang berada di daerah yang dikatakan cukup dingin. Udaranya masih bersih dan juga pemandangannya yang masih asri. Anna mendudukkan bokongnya di sebuah kursi yang ada di balkon kamar Victor mengabadikan pemandangan dengan kamera ponselnya.
Sementara itu Victor saat ini tengah berada di sebuah ruangan rahasia yang ada di kamarnya. Mata pria itu menatap foto masa kecilnya bersama seorang anak perempuan yang hampir sebaya dengannya. Seketika kenangan tiga puluh tahun yang lalu kembali muncul. Ia harus kehilangan teman masa kecilnya karena bencana alam yang menimpa kawasan ini dulunya.
Cia, gadis cantik nan periang merupakan anak dari teman Maminya. Saat itu mereka tengah bermain di dekat sungai yang tidak jauh dari sini. Keceriaan mereka tiba-tiba saja menjadi mimpi buruk ketika banjir bandang tiba tiba datang dan menghanyutkan Cia. Selama tiga hari lama barulah tim Basarnas menemukan keberadaan Cia yang sudah tidak bernyawa lagi. Saat itu ia benar-benar merasa bersalah karena mengajak Cia bermain di tepi sungai yang mengakibatkan Cia kehilangan nyawanya.
"Cia..maafkan aku,"lirih Victor yang menatap foto masa kecilnya bersama Cia.
Victor menghela nafas beratnya. Inilah kenapa ia tidak pernah mendatangi Neneknya ke sini. Ia akan kembali mengingat kejadian memilukan itu lagi. Kejadian yang sudah berusaha ia lupakan meski ia tidak akan pernah bisa melupakannya.
...****************...
bikin ana hamil thor ank kembar biar bersaing sama arsen