Dituduh Mandul Tapi Mengandung Anak Kakak Ipar

Setelah melewati beberapa kali sidang perceraian akhirnya saat ini Realina sudah resmi bercerai dari Keanu. Saat ini pun status Realina sudah berganti yang semula istri orang sekarang menjadi janda.

Saat inilah waktu yang ditunggu oleh Farel untuk lebih dekat lagi dengan Realina. Farel mulai mendekati Realina dengan intens, mulai dari jalan-jalan hingga diner romantis. Realina pun perlahan mulai terbiasa dengan perhatian yang telah Farel berikan.

"Rea ini gaun yang akan kamu pakai besok di acar pernikahan Keanu dan Rinta" Farel menyerahkan satu paper bag ke Realina.

"Ya ampun mas kamu tahu banget kalau saat ini aku belum membeli gaun untuk besok malam, makasih ya mas sudah seperhatian itu denganku."

"Coba lihat gaunnya" Realina mengangguk lalu membuka paper bag dan melihat gaun berwarna merah maroon yang terlihat sangat mewah dan elegan.

"Aku suka sekali dengan gaun ini mas, ini gaun yang sangat mahal dan dari merk terkenal itu kan mas?" tanya Realina antusias sampai jingkrak-jingkrak kegirangan. Farel mengangguk sambil tersenyum melihat reaksi Realina yang bahagia itu. Dia tidak menyangka reaksi Realina akan seperti itu.

"Kamu besok juga akan menghadiri pernikahannya kan mas? nanti kita bisa berangkat bersama ke sana, apa kamu juga sudah menyiapkan tuxedo yang akan kamu pakai besok?" tanya Realina beruntun.

"Maaf Rea, besok aku tidak bisa menghadiri pernikahan Keanu bersama kamu karena aku besok ada perjalanan bisnis keluar kota."

Raut wajah Realina yang semula bahagia menjadi murung mendengar perkataan Farel. Farel yang melihatnya pun menjadi tidak tega tapi mau bagaimana lagi dia harus menjalani perjalanan bisnis kali ini karena sangat penting untuk perkembangan perusahaannya.

"Rea kamu tidak papa kan berangkat ke sana seorang diri?" tanya Farel.

"Tidak apa mas" balas Realina dengan senyum.

"Maaf ya sekali lagi, aku jadi tidak enak karena sebelumnya pernah mengajak kamu untuk menghadirinya bersama-sama."

"Tidak apa mas, tenang saja aku bisa menghadirinya sendiri lagian di sana ada ibu jadi kamu tidak perlu merasa tidak enak seperti ini."

"Kamu di sana hati-hati ya apalagi dengan Rinta, wanita itu sepertinya licik."

"Iya mas tenang kamu tidak usah panik, mending sekarang kita packing aja yang kamu butuhkan besok."

"Tidak usah karena sekertarisku sudah menyiapkan semuanya, aku juga berada di luar kota tidak lama mungkin hanya beberapa hari karena aku tidak kuat menahan rindu denganmu."

"Kamu ni mas ternyata bisa gombal juga ya, aku kira dulu kamu itu orang yang kaku karena selama aku tinggal bersama kalian aku jarang sekali berinteraksi denganmu mas."

"Bagaimana kamu berinteraksi denganku kalau waktu didekat aku saja kamu takut sekali."

"Itu karena muka kamu waktu itu menyeramkan mas dan kamu waktu itu hanya fokus belajar dan belajar hingga aku yang melihatnya pun capek sendiri."

"Aku fokus belajar terus itu karena aku mau hidupku kedepannya cerah dan tidak akan sudah."

"Tapi kan harta keluarga kamu tidak akan habis tujuh turunan mas."

"Itu kan harta orang tuaku, aku ingin mempunyai harta hasil jeri payahku sendiri."

Realina tersenyum, "aku kagum dengan kerja kerasmu itu mas."

"Makanya sekarang aku ingin membahagiakan kamu" Realina mengerutkan alisnya.

"Kenapa membahagiakan aku, bukan seharusnya kamu membahagiakan orang tuamu terlebih dahulu ya mas?"

"Aku sudah membahagiakan orang tuaku sekarang tinggal membahagiakan kamu."

"Kamu itu ada-ada saja mas, aku kan bukan siapa-siapa kamu kenapa kamu ingin membahagiakan aku saat ini?"

"Kamu ingin aku menjadikan kamu sebagai siapa dalam hidup aku?" Realina langsung terdiam kikuk mendengar pertanyaan dari Farel.

"Mas apakah aku boleh mencoba gaun ini?" tanya Realina mencoba mengalihkan pembicaraan.

Farel tentu tahu Realina yang berusaha mengalihkan pembicaraan, dia juga melihat Realina yang terlihat gugup itu. "Iya cobalah aku juga ingin melihat kamu mengenakan gaun itu."

Realina segera membawa gaun itu lalu mencobanya di kamar mandi. Setelah itu dia keluar dan memperlihatkan pada Farel sambil memutar tubuhnya agar Farel melihat penampilan keseluruhannya.

"Bagaimana mas menurutmu apakah aku pantas mengenakan gaun ini?"

Farel terdiam melihat penampilan Realina yang sangat cantik dan anggun itu. Sungguh dalam hati Farel tidak rela kalau orang-orang melihat penampilan Realina yang cantik seperti itu.

"Kenapa diam mas? apakah penampilanku jelek saat mengenakan gaun ini?" Farel langsung tersadar saat melihat wajah Realina yang murung.

"Penampilan kamu sungguh sangat cantik hingga membuatku diam karena terkesima, Rea sepertinya kamu tidak usah mengenakan gaun itu besok."

"Loh kenapa? katanya tadi cantik kok sekarang aku malah enggak boleh mengenakan gaun ini sih?"

"Aku hanya enggak mau tampilan kamu yang cantik ini dilihat oleh orang lain di luaran sana."

"Ya ampun mas kamu enggak memperbolehkan aku mengenakan gaun ini hanya karena alasan itu?"

"Bukan hanya Rea, aku hanya enggak mau kamu dilirik laki-laki lain di luaran sana."

"Tenang saja mas tidak perlu panik, aku tahu kok batasan aku."

"Ingat ya pokoknya kamu di sana jangan dekat-dekat dengan laki-laki lain."

"Iya mas, eh tapi enggak papa juga sih aku dekat dengan laki-laki lain saat ini."

"Awas saja kamu dekat dengan laki-laki lain, kalau itu terjadi aku akan marah denganmu" ucap Farel sambil berpura-pura merajuk.

"Aku janji saat di sana nanti aku tidak akan dekat dengan laki-laki lain" melihat Farel yang merajuk seperti itu membuat Realina gemas hingga dia mencubit pipi Farel.

"Saat kamu merajuk seperti ini sungguh membuat aku gemas sekali" setelah puas mencubit pipi Farel Realina pun melepaskannya.

"Bagaimana kalau sekarang kita belanja saja untuk kamu besok" ajak Farel.

"Tidak usah mas, sudah kamu belikan gaun ini saja sudah cukup untukku."

"Apakah yang lain sudah kamu persiapkan? misalnya makeup untuk kamu besok?"

"Aku bisa makeup sendiri."

"Kamu jangan makeup sendiri, besok akan ada MUA yang akan datang kemari."

"Ya ampun mas kamu tidak perlu memanggil MUA segala."

"Kenapa tidak perlu? aku ingin penampilan kamu besok tidak kalah dengan penampilan pengantinnya, jadi kamu jangan menolak ok?"

"Baiklah kalau memang itu mau kamu mas" Realina menurut saja lagian semuanya sudah disiapkan oleh Farel, ingin menolak pun dia tidak enak.

"Kalau begitu aku pulang dulu ya karena ini sudah malam."

"Kamu enggak makan malam disini saja mas?"

"Tidak usah karena ibu sudah menelpon sejak tadi menyuruhku untuk segera pulang dan makan malam bersama."

"Ya sudah kalau begitu."

"Kamu jangan sedih begitu dong."

"Siapa yang sedih?"

"Ya kamulah siapa lagi."

Realina yang ketahuan sedih pun malu sendiri, "ya sudah sana pulang kalau mau pulang."