NovelToon NovelToon
The Rise Of Savior

The Rise Of Savior

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Reinkarnasi / Kelahiran kembali menjadi kuat / Perperangan / Penyelamat
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Daffa Rifky Virziano

Di tengah reruntuhan planet Zefia, Arez terbangun dari tidur panjangnya—sebuah dunia yang hancur akibat bencana besar yang dikenal sebagai Bang. Setiap seratus tahun, planet ini mengalami Reset, sebuah siklus mengerikan yang membawa kehancuran, memunculkan monster, dan membangkitkan kejahatan dari masa lalu. Dunia di mana perdamaian tak pernah bertahan lama, di mana peradaban selalu bangkit hanya untuk jatuh kembali.

Arez, seorang pahlawan yang terlupakan, bangkit tanpa ingatan tentang masa lalunya. Digerakkan oleh naluri untuk melindungi Zefia, ia harus bergabung dengan para Refor, pejuang pilihan yang memegang kekuatan elemen untuk menjaga keseimbangan dunia. Namun, Arez tidak menyadari bahwa ia adalah kunci dari siklus kehancuran yang terus berulang. Monster dan musuh dari masa lalu mengenali jati dirinya, tetapi Arez terjebak dalam kebingungan, tak memahami siapa dirinya sebenarnya.

Apakah di@ adalah penyelamat dunia, atau justru sumber kehancurannya? Apakah Arez akan berhasil?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Daffa Rifky Virziano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Tanpa Keraguan

Setelah mendengar nasehat Musashi, Arez memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan pikiran yang gelisah. Ia menarik napas dalam-dalam, merasakan aliran energi dalam dirinya, dan memusatkan fokusnya pada apa yang baru saja dia pelajari. Perlahan, ia membuka matanya dan mengangkat pedangnya, membayangkan gerakan Musashi yang anggun namun penuh kekuatan.

Arez mulai meniru gerakan Musashi, namun kali ini ia menambahkan sentuhan khasnya sendiri—sebuah tarian pedang yang pernah ia kuasai. Langkahnya ringan namun bertenaga, setiap gerakan pedang seakan menjadi bagian dari sebuah alunan musik yang indah. Cahaya dan kegelapan yang berputar di sekeliling pedangnya mulai menyatu dengan aliran gerakannya, menciptakan harmoni antara tubuh dan elemen. Kilatan cahaya mengiringi setiap ayunan, sementara bayangan gelap mengikuti gerakan dengan elegan, menciptakan tarian seni pedang yang memukau.

Semua orang di area latihan terdiam, terpukau oleh pemandangan tersebut. Mereka menyaksikan Arez yang bergerak dengan keanggunan dan ketenangan, seolah-olah ia telah menjadi satu dengan pedangnya dan elemen-elemen di milikinya. Gerakannya cepat namun halus, penuh dengan keindahan dan ketepatan. Tarian seni pedang yang ia ciptakan begitu menawan, setiap langkah dan ayunan pedangnya menyatu dalam sebuah simfoni yang memikat hati.

Dalam sekejap, Arez berhasil memadukan kekuatan cahaya dan kegelapan dengan teknik bertarungnya. Tidak ada lagi ledakan yang tak terkendali, hanya harmoni yang sempurna antara elemen dan seni bertarungnya. Ia merasakan aliran energi yang stabil, mengalir melalui tubuhnya, ke pedangnya, dan kemudian memancar ke udara sekitarnya. Semua ini terjadi begitu alami, seolah-olah ia telah melakukannya sepanjang hidupnya.

Saat tarian pedangnya mencapai puncaknya, Arez menyelesaikan gerakannya dengan sebuah ayunan pedang yang membawa cahaya dan kegelapan berpadu dalam satu ledakan kecil yang terkendali. Setelah itu, ia menurunkan pedangnya dengan tenang, dan ruangan itu kembali sunyi.

Musashi, yang sejak awal memperhatikan, tersenyum penuh kebanggaan. “Luar biasa, Arez,” katanya dengan suara yang dalam dan penuh penghargaan. “Kau telah menemukan harmoni itu dengan cepat, lebih cepat dari yang aku duga. Ingatlah, kuncinya adalah tetap tenang dan fokus. Kau sudah berada di jalan yang benar.”

Arez menyelesaikan tarian pedangnya dengan gerakan yang anggun, pedangnya berkilauan dengan energi cahaya dan kegelapan yang menyatu. Ia menarik napas panjang, merasakan kepuasan yang dalam karena akhirnya berhasil mengendalikan kekuatan itu.

Musashi melangkah mendekat, menepuk pundaknya sekali lagi. “Kau telah melakukannya, Arez. Ingatlah, ini baru permulaan. Pertarungan yang sebenarnya membutuhkan lebih dari sekadar kekuatan; dibutuhkan hati yang tegas dan pikiran yang tenang.”

Musashi menatap Arez dengan penuh keyakinan. "Aku yakin potensi dan kekuatanmu sebenarnya lebih dari ini, Arez," katanya dengan nada tegas namun penuh kehangatan. "Namun, mereka hanya ikut tertidur bersama dirimu di masa lalu. Percayalah, kekuatan itu akan terbangun kembali."

Arez berdiri dengan tegak, merasa puas dengan apa yang baru saja ia capai. Tatapannya mengarah ke Musashi yang berdiri di depannya, memberikan anggukan hormat. Ia tahu bahwa perjalanan ini masih panjang, namun pencapaian ini telah memberinya keyakinan baru bahwa ia mampu menghadapi tantangan apapun yang datang di hadapannya. Dan di sekitar mereka, para prajurit muda Eirene berdiri dalam keheningan, kagum dengan apa yang baru saja mereka saksikan.

Setelah pelatihan panjang yang menguras tenaga, Arez dan para prajurit muda Eirene akhirnya beristirahat. Mereka berkumpul, menghilangkan lelah setelah latihan yang begitu intens. Arez duduk di sudut, masih merenungkan semua yang terjadi selama latihan. Ia terkejut melihat bagaimana kekuatannya berkembang begitu cepat, meskipun ledakan yang tidak terduga tadi sempat menggoyahkan kepercayaan dirinya.

Saat suasana mulai tenang, seorang prajurit dengan tubuh yang tidak terlalu besar namun juga tidak kecil mendekati Arez. Wajahnya menunjukkan kekaguman yang tulus. Dia memegang sebuah tombak dengan kekuatan angin yang telah dipamerkannya selama latihan. Prajurit itu mengulurkan tangan, memperkenalkan dirinya.

...Hanzen...

Arez tersenyum tipis, menerima uluran tangan Hanzen. "Arez," jawabnya singkat, menyambut perkenalan itu dengan ramah. "Aku berasal dari tempat yang... sulit dijelaskan," tambahnya, masih mempertahankan aura misteriusnya.

Hanzen mengangguk, matanya bersinar dengan semangat. "Aku berasal dari sebuah desa kecil di luar kota Panggea. Kehidupan di sana cukup tenang, meski penuh tantangan. Menjadi bagian dari Eirene adalah kebanggaan tersendiri bagiku, dan melihatmu berlatih, aku merasa punya banyak hal untuk dipelajari."

Mereka berbicara lebih lanjut, saling bertukar cerita tentang pengalaman masing-masing. Arez, yang biasanya pendiam, merasa nyaman dengan Hanzen. Keduanya berbagi tawa dan pandangan hidup, perlahan-lahan membangun persahabatan yang tulus. Hanzen, dengan caranya yang sederhana namun penuh semangat, berhasil membuat Arez merasa lebih diterima di lingkungan baru ini.

"Besok, kita akan berlatih lebih keras lagi," kata Hanzen sambil tersenyum lebar. "Aku tak sabar untuk melihat apa lagi yang bisa kita capai."

Arez mengangguk, merasakan bahwa persahabatan menjadi salah satu fondasi penting dalam perjalanan hidupnya.

Setelah berbincang dengan Hanzen, Arez kembali ke kamarnya. Malam sudah larut, dan suasana mulai sunyi. Saat pintu kamar tertutup di belakangnya, Arez merasa kelelahan secara fisik namun pikiran dan hatinya penuh dengan berbagai perasaan. Dia merasakan kebanggaan akan kemajuan dirinya selama latihan, namun kesenangan itu segera sirna ketika pikirannya kembali pada Elara.

Arez berjalan perlahan menuju jendela kamarnya, menatap langit malam yang dipenuhi bintang-bintang. Bayangan Elara yang terluka, terbaring lemah setelah pertempuran dengan Blaise dan Katerina, terus menghantuinya. Perasaan bersalah dan penyesalan menyelinap masuk, membuat hatinya berat. Dia menggenggam pinggiran jendela dengan erat, berusaha mengendalikan emosi yang berkecamuk di dalam dirinya.

Namun, Arez adalah Pejuang. Dia tahu bahwa terpuruk dalam kesedihan tidak akan membawa semua kembali ke keadaan semula, tidak akan memperkuatnya untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Lalu dia memutuskan untuk tidak membiarkan perasaan itu menguasainya. Arez melepaskan genggamannya dari jendela dan menguatkan hatinya. Tanpa ragu, dia mengambil pedangnya yang bersandar di dinding, lalu keluar dari kamar.

Langkah Arez mantap saat dia berjalan di lorong-lorong yang sunyi. Tidak ada keraguan dalam hatinya. Dia tahu apa yang harus dilakukan—berlatih, memperkuat dirinya sendiri, dan bersiap untuk apa pun yang mungkin terjadi selanjutnya. Saat mencapai area latihan, Arez disambut oleh dinginnya malam dan kesunyian yang pekat.

Tanpa membuang waktu, Arez mulai mengayunkan pedangnya. Gerakannya penuh dengan fokus dan ketepatan. Angin malam berhembus lembut, seolah menari bersama ayunan pedangnya. Tidak ada suara lain selain deru napasnya yang teratur dan bunyi pedang yang membelah udara. Di bawah cahaya bulan yang samar, Arez terus melatih tarian pedangnya, memadukan kekuatan elemen yang baru saja dikuasainya.

Setiap gerakan dilakukan dengan ketenangan dan kekuatan yang mendalam. Arez melatih dirinya tanpa henti, mengabaikan dinginnya malam yang menggigit kulit. Bagi Arez, ini adalah cara untuk menyalurkan segala emosi dan menciptakan kekuatan yang lebih besar dari sebelumnya. Dia tahu bahwa untuk melindungi mereka yang ia sayangi dan untuk menghadapi masa depannya, dia harus menjadi lebih kuat.

Malam itu, Arez tidak hanya melatih tubuhnya, tetapi juga mengasah tekadnya. Di bawah langit malam yang penuh bintang, dia berjanji pada dirinya sendiri bahwa dia tidak akan pernah berhenti, tidak akan pernah mundur. Pedangnya menari dengan elegan, memotong keheningan malam, sementara hatinya terus mengukir tekad yang semakin membara.

Di saat yang sama, Hanzen, yang baru saja kembali dari mencari makan, melihat cahaya samar dari arah tempat latihan. Rasa ingin tahunya membawanya ke sana, dan ia terkejut saat melihat Arez berlatih sendirian di tengah malam. Kagum dengan ketekunan Arez, Hanzen mendekatinya dan menyapa.

"Arez, tidak menyangka kau masih berlatih di jam segini," kata Hanzen, dengan nada hormat.

Arez menghentikan gerakannya sejenak, memandang Hanzen dengan sedikit senyum. "Latihan tak pernah ada batas waktunya. Aku harus terus meningkatkan diri."

Hanzen mengangguk, lalu berkata, "Aku juga butuh lebih banyak latihan. Bagaimana kalau kita berlatih bersama?"

Tanpa menunggu jawaban, Hanzen mengangkat tombaknya, mempersiapkan diri untuk ikut berlatih dengan Arez. Dalam dinginnya malam, dua prajurit muda itu berlatih dengan tekad yang kuat, mengasah kemampuan mereka, dan mempererat persahabatan yang baru saja terjalin. Lalu ditengah latihan Hanzen mengajaknya untuk bertarung satu sama lain di tempat lain agar orang tak kebisingan, Arez menerima tawaran itu dengan semangat.

Keduanya bergerak menuju arena yang terletak di bagian lain dari tempat latihan. Arena itu berada sedikit lebih jauh dari tempat para prajurit biasanya berlatih, dikelilingi oleh pepohonan tinggi yang meredam suara dan membuat tempat itu lebih tenang, jauh dari gangguan. Sesampainya di sana, mereka saling berdiri berhadapan di tengah arena, senjata di tangan, dengan hanya cahaya bulan dan bintang-bintang yang menjadi saksi.

"Siap?" tanya Hanzen, mengangkat tombaknya yang bersinar lembut, mengalirkan sihir angin di sepanjang bilahnya.

Arez mengangguk, merasakan darahnya berdesir dalam tubuh. Ia mengangkat pedangnya, bersiap untuk menghadapi Hanzen. "Ayo kita mulai."

Tanpa membuang waktu, Hanzen melangkah maju dengan kecepatan yang memukau, tombaknya berkilau dengan energi angin. "Gale Strike!" serunya, menciptakan pusaran angin di sekeliling bilah tombaknya. Angin itu tidak hanya menyapu sekeliling, tapi juga menciptakan tekanan udara yang membuat gerakan Arez terasa lebih berat. Dengan lompatan cepat, Hanzen menyerang, pusaran angin dari tombaknya siap menerjang Arez.

Arez segera menghindar, namun tidak tanpa perlawanan. Dengan gerakan lincah, ia memutar pedangnya dalam tarian yang indah dan mematikan, menciptakan serangan balik. "Twilight Slash!" Pedangnya berkilau, memadukan elemen cahaya dan kegelapan dalam satu tebasan tajam yang mengarah tepat ke Hanzen. Cahaya dari pedang Arez bertabrakan dengan pusaran angin dari Gale Strike, menciptakan percikan energi yang berpendar di sekitar mereka.

Hanzen, tidak terkejut, segera melompat ke belakang untuk menciptakan jarak. "Tempest Barrage!" Tombaknya berputar cepat di tangannya, melepaskan gelombang angin yang melesat ke arah Arez. Serangan ini tidak hanya menyerang secara langsung, tetapi juga mengacaukan medan pertempuran, membuat langkah Arez semakin sulit.

Arez tahu dia harus cepat dan tepat. Dengan gerakan gesit, ia melompat ke samping, menghindari serangan angin yang melesat cepat. "Shadow Step!" Arez menghilang dalam bayangan, muncul di belakang Hanzen, dan dengan cepat melepaskan serangan beruntun yang memadukan elemen cahaya dan kegelapan, menghantam Hanzen dari segala arah.

Namun, Hanzen tidak kalah cepat. Ia memutar tubuhnya dengan anggun, menggunakan tombaknya untuk memblokir serangan Arez. Angin berputar mengelilingi mereka, menambah intensitas pertempuran. "Cyclone Guard!" teriak Hanzen, menciptakan perisai angin yang memblokir serangan Arez, sementara ia menyerang balik dengan dorongan kuat dari tombaknya.

Duel itu semakin memanas, dengan masing-masing prajurit mengeluarkan kemampuan terbaik mereka. Pedang Arez melawan tombak Hanzen dalam tarian perang yang menegangkan. Setiap serangan yang dilepaskan membawa kekuatan elemen masing-masing, menciptakan bentrokan energi yang mengguncang arena.

Dalam satu momen terakhir, Arez memusatkan seluruh energinya, menggabungkan tarian pedang yang indah dengan kekuatan cahaya dan kegelapan. "Eclipse Dance!" Serangkaian serangan beruntun menghujani Hanzen, membuat angin dari Gale Strike akhirnya terpatahkan.

Hanzen, yang kagum dengan kekuatan Arez, tersenyum dan dengan cepat beradaptasi, mengerahkan seluruh kekuatan anginnya untuk melawan. Namun, Arez sudah menguasai medan. Dengan serangan penutup, Arez berhasil menebas tombak Hanzen dari tangannya, menandai kemenangan duel tersebut.

Keduanya terengah-engah, tetapi senyuman muncul di wajah mereka. Pertarungan ini bukan hanya tentang kemenangan atau kekalahan, tetapi tentang saling mengasah kemampuan, dan mereka tahu bahwa mereka telah belajar banyak dari satu sama lain.

1
Arsiteku Istriku
napa ga bikin paragraf baru aja
Arsiteku Istriku
tor bikin bab khusus jurus2 arez dong
Daffa Rifky V: nanti aku coba ya
Daffa Rifky V: nanti aku coba ya
total 2 replies
Nur-
udah masuk arc baru ya?
aizen
dikit amat tor tumben
Thia El Fath
ceritanya kerennn kak...
VReader
tor konsisten dong, saran aja jgn tiap bab ntar panjang, nter pendek. sama ratain aja
Daffa Rifky V: maaf kak atas ketidak nyamanan membaca🙂, aku akan brusaha maksimal mungkin untuk memperbaiknya makasih sarannya
total 1 replies
Her Highness Elsa
Aku baru baca 5 chapter dan ini sedikit review dariku.

Untuk tulisan bagus dan rapi melebih standar tulisan author2 di sini kebnyakan. Pendeskripsian juga sudah bagus namun aku saran lebih menerapkan showing ke konten yg ada di cerita.

Untuk Alur termasuk lambat, World Building ada untuk pengenalan cukup, ada beberapa narasi yg janggal namun untuk tidak terlalu mengganggu keseluruhan bacanya.

Saranku, lebih eksplor setting Post Apocalyptic-nya dlu baik sebelum bertemu Elara ataupun ketika baru bertemu dengannya.

Feelnya menurutku bukan seperti novel Post Apocalyptic kebnyakan dan malah seperti Novel isekai pada umumnya.
Daffa Rifky V: thank u so much aku juga baca karya kaka udah 10 chapter tapi karna sibuk di rl blom baca baca lagi😁😁😁
total 1 replies
Her Highness Elsa
Emmm tadi katanya rambutnya perak ...

Skrng jadi emas /Facepalm/
Daffa Rifky V: akwwkkw lupa dirubah itu blom revisi🤣🤣🤣🤣
total 1 replies
Her Highness Elsa
Lalu, ingatan apa yang kembali ke Arez seperti yg sudah disebutkan di chapter sebelumnya klw dia masih bnyak yg tidak tahu?
Daffa Rifky V: bukan maksudnya dia pergi ke tujuan ke kota trevia buat mencari tau dirinya, mungkin dia bisa inget sesuatu nanti gitu hehe
total 1 replies
Her Highness Elsa
Saranku, lebih perlihatkan setting Post Apocalypticnya terlebih dahulu agar pembaca mulai meresap ke latar dari novel ini yg bertemakan Post-Apocalyptic seperti yg sudah disebutkan.
Her Highness Elsa
Narasi ini ada problem karena penjelasannya kaya MC dan Elara ini sudah sangat dekat dan memiliki takdir yg berhubungan padahal baru pertama kali bertemu.
Daffa Rifky V: agak bingung soalnya bikin setting awal niatnya si elara ini ketemunya gimana , jadi dibikin kek gini🥲🥲tapi elara tau soal sjarah kbangkitan sorang pahlawan dimasa lalu, disini cuma elara blom tau bgt sama arez dia juga pnasaran. tapi seiring berjalannya bab per bab elara bakal tau kbenarannya.... dan penyebab dunia skarang kek gini juga dan banyak negeri yg udah silih berganti sebelum elara lahir karna banyak reset akibat bncana kiamat itu.sksrang jadi 5 negara di Zefia, usia Arez sndiri lebih dari ribuan tahun.. dan knapa dia tertidur beberapa chapter lagi bakal dijelasin kok, soalnya aku masi nyajiin ringan2 dulu sblum badai panjang di tiap chapter
total 1 replies
Her Highness Elsa
ini dialog kedua respon untuk apa dialog siapa?
Daffa Rifky V: itu si elara kan diserang jadi insting aja dia mao bantu ellara, tpi perlu ga ya dialog kek gitu aku juga ngrasa kpanjangan si
total 1 replies
Her Highness Elsa
Kasih eksposisi Refor itu apa.
Daffa Rifky V: siap , refor itu pemilik tanda yang punya elemen, ygga punya elemen tu orang biasa
total 1 replies
Her Highness Elsa
Mengapa Pembawa cahaya yang notabenenya elemen yg biasa dimiliki oleh seorang Pahlawan ditakuti? Dan ditakuti oleh siapa? 🤔
Llitch Ceysa
aku suka
Daffa Rifky V: makasi kaka dukung terus ya
total 1 replies
Iyan Store
updatenya lama bgt dah/Sweat//Sweat//Sweat/
Daffa Rifky V: lagi banyaj ksibukan di rl huhuu
total 1 replies
Satu Kata
autor sus bgt😏😏
Nightcore Yagami
mantap wir
aizen
semangat updatenya torrrr
Daffa Rifky V: makasih
total 1 replies
VReader
menurutku gak perlu terlalu panjang dijelasin deh
Daffa Rifky V: makasih sarannya
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!