NovelToon NovelToon
Dewa Petaka

Dewa Petaka

Status: sedang berlangsung
Genre:Action / Fantasi / Fantasi Timur / Iblis / Epik Petualangan / Perperangan
Popularitas:6.3k
Nilai: 5
Nama Author: Arisena

Ketika yang semua orang anggap hanya omong kosong menyerbu dari utara, saat itulah riwayat Suku Gagak menemui akhirnya.

Tanduk Darah, iblis-iblis misterius yang datang entah dari mana, menebar kekacauan kepada umat manusia. Menurut legenda, hanya sang Raja Malam yang mampu menghentikan mereka. Itu terjadi lima ribu tahun silam pada Zaman Permulaan, di mana ketujuh suku Wilayah Pedalaman masih dipimpin oleh satu raja.

Namun sebelum wafat, Raja Malam pernah berkata bahwa dia akan memiliki seorang penerus.

Chen Huang, pemuda bernasib malang yang menjadi orang terakhir dari Suku Gagak setelah penyerangan Tanduk Darah, dia tahu hanya Raja Malam yang jadi harapan terakhirnya.

Apakah dia berhasil menemukan penerus Raja Malam?

Atau hidupnya akan berakhir pada keputusasaan karena ucapan terakhir Raja Malam hanya bualan belaka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arisena, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Episode : 22 — Penguatan Tubuh

"Nenek?"

"Bibi saja." Bai Li jengkel. Itu tidak main-main. Tak ada wanita yang mau dianggap tua. "Atau kakak? Adik? Kau mau yang mana, aku bisa mengubah penampilan sesuai keinginanku."

Chen Huang memandang dengan aneh.

"Baiklah, adik." Bai Li merangkapkan kedua tangan, kemudian tubuhnya diselimuti cahaya putih keemasan lalu tiba-tiba Chen Huang melihat seorang gadis kecil berumur sembilan tahun. Jubahnya nampak longgar kedodoran.

"Wah!" Chen Huang terkejut. "Kalau kakak?"

Bai Li kembali melakukan hal yang sama, ketika cahaya putih keemasan menghilang, dia berubah menjadi gadis cantik berumur dua puluhan tahun dengan rambut panjang hitam berkilaunya. Dagunya tampak lebih manis dan matanya lebih tajam, tubuhnya lebih tinggi dengan dada yang lebih membusung pula. Semua itu terlihat amat menawan.

"Bibi?"

Kembali cahaya putih keemasan berpendar di sekeliling tubuhnya. Begitu dia berubah menjadi wanita tiga puluhan tahun, sontak saja Chen Huang berseru.

"Tumpah! Itu tumpah!"

"Bocah kurang ajar!"

Pemuda itu harus meringkuk setelah mendapat tendangan keras di perutnya.

Bai Li kembali lagi menjadi gadis lima belasan tahun, seumuran dengan Chen Huang. "Apa yang kaulihat? Apa maksudmu tumpah?"

Chen Huang masih merintih, tapi menurutnya itu harga yang murah untuk dapat melihat bola milik Bai Li sesaat lalu yang terlalu besar menurutnya.

"Itu tak masuk akal, kenapa amat jauh berbeda?"

"Wajar saja," Bai Li menyibak rambut di dahi. "Aku meniru penampilan ini dari orang-orang yang kulihat. Bentuk tubuhku sama persis seperti mereka, hanya saja wajahku tetap sama seperti wajahku." Sepasang pipi Bai Li bersemu. "Bibi penjaga warung yang kulihat waktu itu memang luar biasa, tubuhnya ramping tapi dadanya besar. Kebetulan waktu itu aku ingin melakukan penyusupan, aku harus menyamar. Lupakan saja soal yang tumpah-tumpah tadi."

"Kenapa harus besar?" Chen Huang tak akan bisa tidur nyenyak sebelum tahu apa alasannya.

Bai Li berdecak. "Aku harus menggoda musuhku, anak sial! Kaupikir aku ingin menjual diri ke rumah bordil?"

"Terserah padamu, tapi itu hebat." Chen Huang bangkit berdiri, berhadapan dengan Bai Li. "Dan kaubilang umurmu sudah seratus dua puluh tiga?"

"Tahun ini seratus dua puluh empat."

"Kalau aku sampai percaya, orang akan menimpuk kepalaku dengan hiolo(tempat bakar dupa)."

"Ide bagus, kurasa."

Chen Huang menggaruk kepalanya. "Yah ... kalau aku tidak tahu kekuatanmu dan bagaimana caramu bertempur, kupikir sampai mati pun aku tak akan percaya."

Bai Li tak menjawab, dia memilih untuk lanjut berjalan ke tempat tujuannya.

Seperti yang dijanjikan, dia akan melatih Chen Huang dengan teknik penguatan tubuh. Dia merasa sedikit ngeri dengan kecepatan kultivasi Chen Huang. Jika saja Chen Huang hidup di Wilayah Tengah, pasti anak berbakat seperti itu akan jadi rebutan.

Bai Li ingin membawa Chen Huang ke sumber mata air panas dekat sana. Dia mendapatkan peta Wilayah Pedalaman dari cincin ruang tersebut, karena itulah dia tahu tempat ini.

"Kita sampai," kata Bai Li setelah mendaki bukit kecil dan melihat danau besar yang mengeluarkan asap lebat. "Kau akan berendam di sana sampai aku mengizinkanmu keluar."

"Kau ingin memperpendek umurku."

"Seperti inilah dulu aku berlatih." Bai Li menuruni bukit, menuju mata air besar tersebut. "Aku tak akan pernah mengizinkanmu mempelajari Qi Merah milikku, itu kekuatan terkutuk. Aku tak mau pewaris satu-satunya Suku Gagak memiliki Qi yang terkutuk."

"Kau perhatian sekali, seperti yang kuduga." Chen Huang mengikuti. "Ah, aku baru ingat, apakah untuk memperkuat Qi terkutuk itu harus makan orang?"

Bai Li enggan menjawabnya.

Sampai di bawah, mereka segera merasakan hawa sekitar semakin panas seiring langkah kaki yang semakin dekat ke tepian danau. Pantai danau itu berupa lumpur hangat yang bahkan dapat dirasakan walau kaki mereka bersepatu.

"Lepas baju atasmu dan seraplah Qi alam sambil berendam di sana, aku akan mengawasi." Sesaat setelah berkata demikian, Bai Li mengeluarkan bukunya dari cincin penyimpanan. "Cepat!"

Galak sekali. Chen Huang menurut. Melepas jubah dan mantel berbulunya, kemudian dengan perlahan dia mencelupkan kaki di air danau berasap. "Panas!" jeritnya spontan.

"Kalau tidak panas kau tak akan kubawa kemari. Cepat masuk!" Dan tubuh Chen Huang terlempar setelah Bai Li mengayunkan tangan mendorong punggungnya. "Kendalikan Qi mu dan rasakan panasnya. Rasa panas itu akan menjadi sahabatmu sebelum kau sadar."

Bai Li pura-pura tak melihat ketika Chen Huang mulai panik dengan hawa panas tersebut.

Wanita itu duduk di atas akar pohon berbonggol-bonggol. Ia membuka halaman pertama buku tersebut, sebuah buku yang berisi informasi terkait Wilayah Pedalaman.

Setelah melihat kutukannya tak bekerja pada diri Chen Huang, serta kecepatan kultivasi dan Raja Malam, Bai Li memiliki ketertarikan aneh pada Wilayah Pedalaman. Dia merasa semua itu berhubungan dan ada tabir misteri besar yang tak pernah terungkap.

Wilayah Pedalaman dan Wilayah Tengah hampir tak pernah berhubungan sama sekali, batinnya. Apa yang tersimpan di balik kesunyian Wilayah Pedalaman?

Dia terkejut sampai terperanjat ketika membaca halaman pertama dari buku tersebut. "Bahkan ketika aku menjadi tetua di Sekte Pedang Kelabu selama lima puluh tahun, aku tak pernah tahu ada buku semacam ini. Fang Lan sialan! Beruntung kau mati!"

Di halaman pertama, tertulis sebuah judul berbunyi, "Zaman Permulaan, Raja Malam dan Kultivator Pertama."

"Bahkan di Sekte Pedang Kelabu menyimpan rahasia tentang Wilayah Pedalaman," Bai Li menggumam seorang diri. "Dan dua tetua sekte itu, kalau tidak salah adalah keluarga Fang Lan sendiri. Bajingan tua, apa yang disembunyikan keluarga Fang?"

Bai Li kembali terperanjat saat membaca buku itu sampai ke bagian tengah, dia mengetahui sebuah rahasia yang bahkan kebanyakan orang di Wilayah Pedalaman tidak tahu. Benar-benar sebuah penemuan baru, dan dia sebagai mantan tetua sama sekali tidak tahu!

"Sial, Pedang Kelabu keparat! Apa-apaan semua ini?"

...----------------...

Saat matahari mulai terbenam, menciptakan garis-garis bayangan panjang dengan cahaya kemerahannya, Chen Huang menjerit. "Nenek tua bangka seratus dua puluh empat tahun, kapan aku keluar?"

"Bocah cebol gagak tak bersayap, kau harus ingat jika aku memangkas lidahmu, aku tak mengingkari sumpah apa pun!" balas Bai Li tak kalah keras. "Sampai bulan muncul di langit, kau tak boleh keluar!"

"Ini awal bulan, brengsek! Belum genap dua hari, bulan tak akan terlihat!"

"Apa peduliku?"

"Aku mati dan semua leluhurmu disimpan di neraka!"

Bai Li tidak menyahut, kembali tenggelam dalam misterinya tentang Wilayah Pedalaman.

Ketika langit sudah benar-benar gelap dan bintang mulai bermunculan, Bai Li menghela napas. Dilihatnya Chen Huang yang masih tenggelam dalam kultivasinya. Mau tak mau dia tersenyum. Untuk tingkat kultivasi Chen Huang, bisa dibilang latihan ini cukup berlebihan.

"Kurasa sudah cukup." Bai Li berkata di pinggir danau. "Keluarlah!"

Namun, Chen Huang tetap bergeming.

"Chen Huang?" Beberapa saat kemudian, Bai Li sadar bahwa Chen Huang tidak sedang berkultivasi, tapi telah kehilangan kesadarannya. "Chen Huang, bangun! Kau sengaja ingin menempatkan leluhurku ke dasar neraka, ya?"

1
Filanina
sayapnya kayak pedang ya?
Filanina
itu ubah jangan jadi Fox.
Filanina
mungkin orang-orang butuh komando, Chen Huang. ini kan pertempuran bersama
Ind
bisa yaa bikin cerita begini,.kalo aku nama yang digunakan aja susah bacanya,lidah orang ndeso 🤣🤣🤣
Arisena: cuma nulis doang, kalo ngucapin, lidah pun sering kepleset/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Lanjut, Thor. Makin seru.

Gaya penceritaanmu udah pas menurutku. Enak diikuti. Entahlah, beberapa yang saya baca dan bagus malah sepi.
Saya kurang paham dg selera orang-orang zaman sekarang. Kadang yg minim narasi, typo bertebaran, catlog, cerita serupa, malah lebih banyak pembacanya.
Arisena: iya, cerita mereka emang bagus, tapi kalo gk ada perubahan ya klise juga jadinya.

Apalagi dengan sistem kebijakan baru, sulit promosi kalo gk dapet ban terbaik.

Nulis serasa judol, gacha🗿
Filanina: tapi bosan kan kalau gitu2 aja. Udah banyak modelan gitu yg bagus (dulu). Kalau mirip2 ya jenuh juga. apalagi yang ngikutin banyakan masih mentah udah diup.
total 3 replies
Filanina
Iya. Mereka.
Arisena: Mereka
total 1 replies
Filanina
Padahal udah bersedih-sedih hik.
Filanina
Wkwkwk... luar biasa. kirain mau dikorbankan ini Char. ternyata author masih sayang.
Arisena: heheh, Bai Li emang bikin galau. Bikin mati gk ya/Doge/
total 1 replies
Filanina
kenapa tadinya ada bab 65, jadi ga ada?
Arisena: itu cuma pengumuman nt eror, krena udah enggak(walau masih agak lemot), yaudah kuhapus/Sweat/
total 1 replies
Filanina
part ini cukup menyentuh.

persahabatan Bai Li apa tidak akan diromantisasi?

(dari siang kesel ga bisa komen)
Arisena: kukira cuma punyaku, ternyata semuanya/Sweat/
total 1 replies
Filanina
Dan pertolongan pun datang.
Arisena: masa mc gk kasih plot armor/Proud/
total 1 replies
Filanina
Kudanya lg cemas. Membahas keindahan...
Filanina
Tunggu dulu. Bukannya Chen Huang ada dalam rombongan gagak? Bukannya ga ada kultivator selain Chen Huang dan Bai Li?
Filanina: Kirain itu suku gagak semua. Cuma sedikit dong.
Arisena: Kekuatan Simbol Magis sejatinya gk boleh dipelajari oleh org selain Suku Gagak. Maka dalam rombongan itu, hanya keluarga Liu, Kai, Bai Li dan Chen Huang yg bisa menggunakan Simbol Magis. Selain itu, semuanya kultivator, baik anggota Gagak Pengembara atau Sayap Kegelapan.

Mereka kan cuma kelompok yg didirikan oleh org org Suku Gagak, bukan berarti jadi bagian dari Suku Gagak, makanya anggota dua kelompok tersebut termasuk kultivator.
total 2 replies
Filanina
Genre apa nih? Up di mana?
Arisena: Pengennya romance fantasi atau gk tetep fantim tapi bukan kultivasi, pendekar pendekar kuno gitu. Rencana pengen up di nt dulu sampe tamat baru dilempar ke pf lain.
total 1 replies
SLTN
/Smile/keren
Arisena: ✌️/Smile/
total 1 replies
Filanina
jadi bai lin terus dari tadi
Arisena: lah iya baru sadar, makasih udah diingetin🙏
total 1 replies
Filanina
kok berserabutan ya? Berhamburan mungkin?
Filanina
ya, ga maulah. kan belum nikah walau udah tua.
Filanina
bab ini kayak pendek
Arisena: normal kok, 1200 kata
total 1 replies
Filanina
Tanduk Darahnya itu siapa sih? ada alasan mereka jahat?
Arisena: nanti ada penjelasannya/Doge/
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!