Aku Revina.
Aku adalah orang yang tidak pernah menyangka jika perjalanan cinta ku akan berjalan seperti ini.
Aku kira, cinta itu hanya menyenangkan saja, ternyata cinta juga ada sedih nya. Di dalam cinta ada marah nya, ada kecewanya, ada kebohongan nya, bahkan ada pengkhianatan yang amat sangat menyakitkan.
Kenapa tidak pernah ada orang yang menceritakan sisi buruk dari rasa cinta ?
Kenapa mereka hanya menceritakan sisi bahagianya saja ?
Jika tau akan serumit ini, aku tidak akan pernah coba-coba untuk main-main dengan rasa cinta,sampai pada akhirnya aku akan siap menerima segala konsekuensinya.
Aku sudah terlanjur masuk kedalam sebuah perangkap yang hanya akan menenggelamkan ku di dalam kekelaman nya. Aku harus mencari jalan sendiri, mencari jalan terang untuk terbebas dari rasa cinta ini
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ega Endrawati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
“Stop kalian bikin malu di sekolah gue!” Pinta ku dengan menatap tajam mereka bergiliran.
“Tris gue bareng ama David. Lo anter Dara pulang” ucap ku menatap Tristan dengan nada yang benar-benar menyesal.
David terlihat menyunggingkan senyuman nya kepada Tristan seolah dia berkata ‘gue pemenangnya’
“Dan lo!” Ucap ku menunjuk David dengan menahan emosiku.
“Gue mau kasih peritungan sama lo” ucap ku dengan penuh penekanan sambil menarik tangam David menjauh dari Tristan.
Aku tau David masih tersenyum penuh kemenangan kepada Tristan. Dia begitu puas melihat Tristan yang terpatung dengan wajahnya yang masih begitu sangat marah.
Aku terpaksa harus ikut dengan David,karena jika tidak mobil yang di parkir David akan terus menghalangi jalur keluar mobil Tristan.
Selama di perjalanan aku masih diam menahan emosi ku karena aku tidak ingin membuang waktu ku di jalanan,biar ku ledakan semua emosi ini di rumah ku.
Setelah sampai rumah aku langsung turun dari mobil David masih tanpa bicara sedikit pun dan masuk ke rumah lebih dulu. Aku masih mendengar suara mobil David menyala,dan ketika aku berbalik dia hendak memundurkan kembali mobil nya keluar parkiran rumah ku.
Aku segera menghampirinya lagi dan membungkuk untuk berbicara dengan nya.
“Mau kemana kamu?”
“Pulang”
“Turun dulu. Aku ga mau Om Bimo liat wajah kamu yang babak belur kaya gini sepulang jemput aku”
“Ga apa-apa aku bisa handle”
“Aku bilanh turun Vid” kalo ini aku tidak main-main.
Aku menatap nya dengan tatapan yang begitu menakutkan sampai membuat David menurut kepadaku.
Aku minta David menunggu di ruang tengah. Sementara aku mengambil es batu dan aku bungkus dengan sebuah lap kecil yang baru yang ada di dapur,semua itu untuk mengompres luka David. Lalu aku juga membawa sebuah kotak P3K untuk mengobati luka-luka nya.
Aku membantu David untuk menempelkan es batu itu ke bagian lebam yang ada di wajah David.
“Awwww!” Teriaknya. Aku yakin luka di wajahnya ini terasa perih sekali.
“Udah diem! Siapa suruh berantem-berantem kaya gitu” omel ku dengan tak memperdulikan rasa sakitnya.
“Temen cowo kamu duluan ya” jawab nya membela diri.
“Ga usah kepancing kan bisa ! Lagian kenapa harus keras kepala sih Vid ?! Tumben banget kamu maksa-maksa kaya tadi”
“Aku cemburu sama Tristan” ucap David kali ini dengan nada yang begitu lirih.
“Hah? Cemburu?” Tanya ku tak percaya.
“Tristan itu temen aku, dia sahabat baik aku, aku berteman sama dia bukan baru seminggu atau sebulan,tapi udah hampir 3 tahun,kenapa harus cemburu?” Ucap ku menjelaskan kepadanya jika hal itu tidak perlu dia khawatirkan.
“Justru itu. Aku cemburu sama dia karena dia bisa terus selalu ada di samping kamu” jawab nya membuat ku diam tidak menyela.
“Dia selalu membuat kamu ketawa,dia yang selalu nemenin kamu makan di jam istirahat,bahkan dia sering antar kamu pulang tanpa harus sembunyi-sembunyi kaya aku dulu. Aku iri sama dia,bahkan aku cemburu” David benar-benar mengatakan itu dengan sepenuh hatinya.
“Tapi kan ga perlu hajar dia Vid”
“Dia suka sama kamu Rev” ujar David membuat ku merenyitkan dahi.
“Apasih ? Kalo ngomong ga usah so tau,kamu ga tau aku dan Tristan...”
“Dia pernah pergokin kita di Mall waktu kita masih sering jalan berdua” potong David lagi-lagi membuatku tercengang.
“Apa?!” Tanya ku tak percaya.
“Aku pernah liat dia lagi makan di salah satu restaurant waktu kita lagi di jalan di depan restaurant itu,dan Tristan lagi makan disana bareng orang tuanya. Dia liat kita berdua,bahkan aku dan dia sempat saling lempar pandang. Aku sengaja ga bilang kamu,aku biarin Tristan buat ceritain apa yang di liat ke semua sahabat kamu,tujuan aku biar hubungan kita bisa cepat kebuka. Tapi ternyata,aku malah di jebak untuk bisa jadian sama Stevi”
“Jadi Tristan tau?” Tanya ku sambil membayangkan hal itu selama ini sudah terjadi.
Ternyata selama ini Tristan tau kedekatan ku dengan David,dan selama ini dia hanya pura-pura tidak tahu. Tristan tau aku berbohong.
“Menurut kamu apa alasan dia untuk ga bilang yang sejujurnya sama kalian ?” Tanya David.
“Karna di jaga perasaan Stevi,dia ga mau aku dan Stevi berantem gara-gara kamu. Itu alasan yang paling masuk akal menurut aku di bandingkan dugaan kamu yang dia suka sama aku” tangkis ku tak ingin ucapan David sampai mencuci otak ku.
“Oke. Itu bisa aku terima. Tapi tetep aja aku cemburu sama posisi dia yang selalu ada buat kamu”
Aku menyimpan es batu ke dalam wadah dan mulai mengobati luka gores yang ada di pelipis dan di dagu sebelah kanan nya dengan obat merah.
“Tristan sahabat aku. Ga ada yang bisa pisahin aku dan teman-teman ku termasuk kamu” ucap ku memperingati David.
“Aku tau. Makanya aku mau segera jadi Kakak kamu,tujuan aku agar sama seperti Tristan yang selalu ada di samping kamu walaupun tanpa status pasangan” jawab David dengan amat sangat menyebalkan.
“Vid please stop masukin Tristan dengan urusan pribadi kita. Aku ga tau apa yang ada di fikiran kamu tentang pernikahan Mamaku dan Papa kamu. Tujuan kamu apa?”
“Aku mau aku dan Papah sama-sama bahagia” jawab Tristan dengan menatap ku begitu dalam.
Aku tidak menyangka jika David masih begitu benar-benar mencintai ku sedalam ini. Kenapa dia mau merelakan dirinya menjadi seorang Kakak tiriku hanya karena ingin selalu dekat dengan ku,walaupun pada akhirnya akan sangat tidak mungkin untuk kita.
Malam harinya. Group chat sahabat ku sangat ramai sekali dengan gosip antara Tristan dengan gebetan barunya Celine. Aku tidak terlalu banyak merespon di dalam group chat itu,karena fikiran ku saja sedang benar-benar begitu kacau sekali,sampai-sampai membuat ku ingin keluar dan berdiam diri di taman kota.
Seperti biasa aku meminta Pak Rudi mengantarku ke taman kota,setelah itu dia boleh pulang dan nanti setelah akan pulang,aku baru akan mengabarinya.
Seperti biasa ketika sampai di taman dan aku mendapati kursi favorite ku kosong,aku langsung duduk disana dan mengeluarkan handphone ku lalu mengambil foto lampu-lampu lampion warna-warni yang ada jauh di depan ku,lalu aku meng unggahnya di media sosialku dengan status ‘take a breath’
Seperti biasa aku mendnengarkan musik di headset putih bluetooth ku yang sekarang sudah melingkar seperti bandi di kepalaku dan menutup kedua telingaku dengan hangat.
ku tak melirik handphone selama lebih dari 1 jam lamanya,karena fokus ku benar-benar kepada lampion yang ada di depan ku dan dengan musik galau yang aku dengar.
Tidak lama seorang pria datang dengan begitu malasnya dan duduk di samping ku. Kali ini alu tidak terkejut sama sekali,karena aku sudah melihat dari jauh siapa yang datang.
Tristan.