REINKARNASI berkali-kali dan berpacaran dengan seorang MALAIKAT TERKUTUK? Oh, please! Itu hanyalah sebuah cerita fantasi!
Tapi di Cerita ini, semuanya terasa... NYATA!
Kisah CINTA terlarang antara Manusia dan Malaikat, yang menyebabkan terjadinya peperangan antara Malaikat dan Golongan Terasing.
Golongan Terasing adalah Makhluk Abadi yang memburu seorang Myra Ainsley (Manusia), karena sudah menyalahi TAKDIR dengan melakukan REINKARNASI berkali-kali.
Itulah sebabnya Ignatius (Malaikat), menyembunyikan Myra Ainsley di sekolah tempat manusia setengah malaikat (NEPHILIM) agar terhindar dari kematian.
-Apakah Ignatius berhasil memerangi para MAKHLUK ABADI itu?
-Apakah Myra Ainsley berhasil mempertahankan hidupnya di Reinkarnasi terakhirnya?
Ikuti kisah "THE CURSED ANGEL" hanya di NovelToon... ❤
👣Follow Me👣
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aurora79, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
TCA-22 : PERUBAHAN MYRA!
Hmm.... Warna ini terlihat bagus! Rambutnya tidak terlihat terlalu pirang.
Myra membasahi kedua tangannya di wastafel dan menarik-narik gelombang rambut pendeknya yang dicat.
Hari kamis ini, Myra berhasil melewati berbagai pelajaran di kelas. Termasuk ceramah melelahkan selama dua jam dari Calliope tentang keselamatan yang tidak terduga, terlebih dia mengingatkan kembali kepada para murid tentang Para Pemberitahu yang tidak boleh dianggap enteng.
Terlebih lagi, sepertinya peringatan itu di khususkan untuk Myra. Ulangan dadakan berturut-turut di kelas 'normal' dalam pelajaran Biologi dan Matematika di gedung utama sekolah, dan delapan jam tatapan tercengang dari teman-teman sekelasnya yang Nephilim dan Non-Nephilim.
Walaupun semalam Skyler bersikap santai melihat penampilan baru seorang Myra Ainsley di kamar asrama mereka yang bebas gangguan, dia tidak memberikan banyak pujian seperti Mallory atau bersikap sangat mendukung seperti Faine.
Melangkah ke dunia luar pagi ini, perasaan Myra dipenuhi oleh kegelisahan. Brent Adair yang pertama kalu melihatnya, mengangkat ibu jarinya ke arah Myra. Pemuda itu terlalu ramah, dia tidak akan berkata jujur jika merasa Myra terlihat mengerikan.
Setelah pelajaran sastra selesai, Ivory dan Nalani langsung mendekatinya. Mereka tidak sabar untuk menyentuh rambut Myra, dan bertanya kepada Myra siapa yang menjadi inspirasinya.
"Ah! Tentu saja dia terinspirasi dari Gwen Stefani!" ujar Nalani sambil menganggukan kepalanya.
"Bukan....bukan! Pasti terinspirasi dari Madge, iya kan?! Seperti zaman 'Vogue'.... Tapi aku rasa, kita sudah bukan si kembar lagi" ujar Ivory sambil mengisyaratkan antara Myra dan dirinya sendiri.
"Si kembar?!... Hehehehe" Myra menggeleng sambil terkekeh pelan.
Nalani menyipitkan matanya, ketika mendengar kekehan Myra.
"Oh, ayolah! Masa kamu tidak pernah menyadarinya? Kalian berdua itu terlihat.... Yah, terlihat sangat mirip... Kalian berdua seperti... saudara kandung," celoteh Nalani.
"........"
...----------------...
Saat ini Myra berdiri sendirian di depan cermin kamar mandi bangunan utama sekolah, Myra menatap pantulan dirinya sambil membayangkan Ivory yang mempunyai mata lebar.
Yeah, mereka ternyata memiliki warna yang mirip, seperti: kulit pucat, bibir merah alami, dan rambut hitam (sebelum Myra merubah warna rambutnya). Tapi tubuh Ivory lebih mungil dari pada Myra.
Ivory selalu mengenakan pakaian berwarna cerah selama enam hari dalam seminggu. Dan dia jauh lebih ceria dari pada Myra. Dengan mengesampingkan beberapa kemiripan, Myra dan Ivory benar-benar tidak memiliki kesamaan.
"Apanya yang kembar? Ivory lebih ceria dari pada aku yang pemurung. Dan tidak ada kesamaan apapun selain wajah dan rambut. Dasar Nalani! Hehehehe..." monolog Myra pada dirinya sendiri.
Pintu kamar mandi berayun terbuka, dan seorang gadis berambut cokelat yang mengenakan celana jeans serta sweater kuning melangkah masuk kedalam.
Myra mengenalinya dari kelas sejarah Eropa. Maliyah...entah siapa nama panjangnya. Gadis itu bersandar ke wastafel yang ada di samping Myra dan menggerak-gerakkan alisnya.
"Kenapa kamu mengecat rambutmu?" tanya Maliyah sambil memperhatikan Myra.
Myra mengerjapkan matanya. Sepertinya sangat aneh untuk membicarakan masalah rambutnya dengan teman-tan yang belum bisa disebut sebagai sahabat di Laware, Myra bahkan tidak pernah mengobrol dengan gadis ini sebelumnya.
"Laah! Kenapa ini cewek tiba-tiba nanyain masalah aku ganti warna rambut? Ngobrol aja gak pernah, kok malah nanya dengan suara mengintimidasi begini?" monolog Myra heran, dalam hatinya.
Jawaban Skyler tentang 'awal yang baru' muncul di benak Myra, tapi siapa sih tang mau dia bohongi? Hasil dari botol peroksida semalam, hanya membuat Myra terlihat palsu dari luar seperti yang mulai dia rasakan.
Mariam dan kedua orangtuanya, tidak akan bisa mengenalinya sekarang, dan itu bukanlah sebuah tujuan yang sebenarnya.
Bagaimana dengan Ignatius? Apa yang akan pemuda itu pikirkan saat melihatnya? Tiba-tiba saja Myra merasa menjadi seorang penipu yang gagal! Bahkan orang asing bisa melihat siapa dirinya yang sebenarnya.
"Aku tidak tahu.... Aku tidak tahu kenapa aku melakukannya!" jawab Myra sambil melangkah keluar dari dalam kamar mandi tersebut.
Dengan mengecat rambutnya, Myra tidak bisa menghilangkan kenangan buruk yang terjadi selama beberapa minggu terakhir ini. Jika Myra ingin benar-benar memulai 'awal yang baru', maka dia harus bertindak!
Tapi, bagaimana? Sebenarnya tidak banyak yang bisa dia kendalikan saat ini. Seluruh hidupnya ada di tangan Mr. Percy dan Ignatius. Dan mereka berada di tempat yang sangat jauh.
Ini terasa sangat mengerikan sekali! Betapa besarnya rasa ketergantungan dia terhadap Ignatius! Dan yang lebih menakutkan lagi, Myra tidak tahu kapan dia akan bertemu dengan pemuda itu kembali. Dibandingkan dengan hari-hari yang diharapkan bahagia bersama Ignatius di California, dia merasa bahwa saat ini adalah hari-hari yang sangat sepi.
Myra berjalan tertatih menelusuri bangunan sekolah, perlahan dia menyadari bahwa hanya ada satu momen saat dia merasa sangat bebas sejak tiba di Laware ini.... Yaitu di saat dia...
Sendirian di hutan bersama bayangan....
Setelah demonstrasi di kelas kemarin, Myra mengharapkan lebih banyak hal yang sama dari Calliope dan Cheva. Dia berharap, mungkin oara murid akan diberikan kesempatan sendiri untuk bereksperimen dengan bayangan.
Myra sedikit berkhayal bahwa dia mampu melakukan apa yang dia perbuat di dalam hutan, di hadapan seluruh murid Nephilim.
Tapi tidak ada satu harapannya yang menjadi kenyataan. Malahan, pelajaran hari ini rasanya mundur sangat jauh.
Ceramah membosankan tentang etika dan keselamatan dengan Para Pemberitahu, dan kenapa para murid tidak boleh mencoba sendiri apa yang mereka saksikan kemarin dalam keadaan apapun.
Benar-benar mematahkan semangatnya! Tidak ada kemajuan apapun! Jadi sekarang, bukannya balik ke asrama, Myra malah berlari kecil ke belakang pondok makan. Menuruni jalur pinggir tebing yang curam, dan menaiki tangga Nephilim lodge.
Kantor Calliope berada di paviliun lantai dua, dan wanita itu memberitahu para muridnya bahwa mereka boleh kapan saja datang untuk menemuinya.
...----------------...
Bangunan itu terlihat sangat berbeda tanpa para murid yang memenuhinya. Berangin dan temaram, nyaris seperti sebuah bangunan yang sudah tidak terpakai.
"Tak....Tak....Tak...."
Setiap suara yang Myra timbulkan seakan bergema, terpantul di langit-langit balok kayu yang berbentuk miring. Myra bisa melihat bola lampu yang menyala di beranda satu lantai diatasnya, dan mengendus aroma tajam kopi yang baru diseduh.
Ketika Myra sampai di sebuah kamar yang terbuka pintunya, dia berfikir akan mendengar suara pria dari dalam. Di saat dia akan mengetuk pintu tersebut, dia mendengar suara wanita bernada tajam yang membuatnya mematung.
"Dengan mencobanya saja, itu sudah merupakan suatu kesalahan!" desis Calliope tajam.
"Kita harus mengambil resiko! Anggap saja kita kurang beruntung!" ujar Cheva menanggapi perkataan Calliope.
"Kurang beruntung??!! Maksud kamu gegabah!" dengus Calliope kesal.
"Jika dilihat dari sudut pandang statistik saja, kemungkinan Para Pemberitahu memperlihatkan kabar buruk sudah cukup bagus! Kamu bisa lihat sendiri, bagaimana pengaruh bayangan itu pada murid kita! Mereka belum siap, Cheva!" ujar Calliope dengan nada tinggi.
Suasana hening sesaat... Myra berjalan lebih dekat ke sepanjang karpet Persia yang ada di lorong.
"Tapi....."
...----------------...
semangat berkarya!!
mari terus saling mendukung untuk seterusnya 😚🤭🙏
next ya sengku, dtunggu chapter berikutnya. semangat😍🌹