Dengan matanya sendiri menyaksikan bagaimana suaminya memuja setiap jengkal tubuh madunya. Dan mendengar pengakuan menyakitkan dari mulut suaminya .
Akhirnya dia lari demi menyelamatkan sang buah hati dari tangan suami dan mertuanya yang ingin memisahkan mereka.
Ashara Ayudia , terpaksa mendewasakan dirinya dengan berbagai cobaan yang menghadangnya. Bekerja keras pontang panting demi kesembuhan anaknya.
Akhirnya Asha harus rela jadi duri dalam rumah tangga orang lain demi nyawa anaknya.
"Apapun akan aku lakukan asalkan bisa menyelamatkan anakku ,termasuk menjual diriku sendiri.....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lyn malini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hasil test Umi Aminah
Keesokan harinya, semua berjalan sebagaimana mestinya. Asha dengan segudang aktivitasnya, begitu juga Umi Aminah juga sudah berjualan seperti biasa.
Kemarin Umi Aminah beralasan tiba tiba sakit kepala, jadi sekalian berobat di rumah sakit. Padahal Umi Aminah menjalani berbagai tes untuk keperluan donor ginjal.
Umi Aminah berniat mendonorkan ginjalnya untuk Ibu Farida jika cocok. Tentu saja tanpa sepengetahuan Asha . Umi Aminah hanya takut jika Asha tahu akan membuatnya terlalu mengkhawatirkan Umi Aminah. Makanya Umi Aminah memilih untuk merahasiakan dari Asha.
Hari ini adalah hari penentu cocok atau tidaknya ginjal Umi Aminah dengan Ibu Farida. Sedari tadi Umi Aminah selalu sibuk menatap layar ponselnya tiap sebentar. Berharap ada kabar dari rumah sakit. Tapi sudah menjelang sore tidak juga ada pesan yang masuk ke ponselnya .
Rasa khawatir mulai merasuki hati Umi Aminah. Bagaimana jika tidak cocok, akankah dia hanya bisa menatap Ibu Farida yang meregang nyawa begitu saja ? Umi Aminah berdoa dan berharap semoga orang baik seperti Ibu Farida juga akan mendapatkan kebaikan .
Rasa cemas terus menggerogoti Umi Aminah hingga malam menjelang. Begitu juga dengan Ibu Farida di ruang rawatnya . Saat ini ada Dokter Wira yang menemaninya. Hal yang sama mereka lakukan dengan Umi Aminah yaitu menunggu hasil Lab dari Umi Aminah.
Tak lama kemudian ruangan Ibu Farida diketuk dari luar dan ternyata adalah Dokter yang menangani Ibu Farida selama ini. Dokter Ridwan adalah teman Dokter Wira.
" Bagaimana ,Wan . Cocok apa tidak. " Tanya Dokter Wira tanpa basa basi.
" Tenanglah dulu, izinkan aku duduk dan minum dulu. Dari pagi aku belum istirahat kau tahu !! " Ucapnya dengan nada jengkel.
Bagaimana tidak, dari pagi Dokter Wira mendesaknya untuk memeriksa hasil tes dari Umi Aminah dengan teliti dan berulang ulang. Dengan alasan tidak ingin ada kesalahan sedikit pun. Dan akhirnya Dokter Ridwan harus bekerja lebih keras hingga lupa makan dan minum.
" Ini minumlah, setelah itu terangkan hasilnya. Aku tidak mau tahu. " Ucap Dokter Wira seraya menyodorkan sebotol air mineral.
Sementara Ibu Farida hanya menatap jengah kedua lelaki paruh baya itu. Perasaan cemas dan khawatir yang merasukinya membuat Ibu Farida enggan menanggapi perdebatan mereka.
" Kau ini tetap saja tidak berubah walaupun sudah tua. Tidak sabar dan egois. Menjengkelkan ! " Sungut Dokter Ridwan lalu meminum air mineral itu.
" Jelaskan, aku tidak punya waktu. " Bentak Dokter Wira.
" Baiklah ,aku juga tidak ingin menundanya. " Dokter Ridwan membuka amplop berwarna putih dengan ukuran cukup besar.
Baik Ibu Farida maupun Dokter Wira merasakan hal yang sama. Berdebar dan cemas. Mereka sangat paham jika ini mungkin saja kesempatan terakhir. Jika tidak cocok kemungkinan mendapatkan ginjal dalam waktu dekat sangat kecil kemungkinannya.
" Hasilnya, cocok. Ibu Aminah memiliki 99,50 % kecocokan. Dalam arti kata bisa mendonorkan ginjalnya untuk Mbak Rida. " Dokter gigi Wira langsung bersujud syukur dengan linangan air mata.
Sementara Ibu Farida hanya terisak dipembaringannya dengan pemikirannya sendiri. Tentu saja itu tangis bahagia. Namun ada rasa tak tega di sudut hatinya pada Umi Aminah .Tapi dia tidak punya waktu lagi untuk mencari donor yang lain.
Suasana haru itu berlanjut hingga Dokter Ridwan pamit untuk pulang. Dan pembicaraan akan mereka lanjutkan besok pagi tentunya dengan kehadiran Umi Aminah.
" Wira ,aku kok jadi tidak tega dengan Aminah ya ? Begitu berat menerima pengorbanannya itu. Jika saja aku sudah yakin akan kebahagiaan Roman, mungkin aku akan memilih untuk menyerah pada kehidupan. " Ungkap Ibu Farida.
" Aminah masih bisa hidup normal kok, Mbak. Tidak usah khawatir. Mungkin kita bisa berterimakasih padanya dengan cara membantunya. " Dokter Wira kembali duduk di samping brankar Ibu Farida.
" Dia bukan orang yang pamrih, Wira. Itulah yang membuatku berat menerimanya. Jika saja dia meminta sesuatu sebagai balasan, mungkin aku akan senang hati memberikan. Tapi dia orangnya istimewa. "
" Karena dia memberikan ginjalnya dengan ikhlas, maka Mbak Rida harus menerimanya. Dan menjaga diri Mbak untuk tetap sehat untuk selanjutnya. Menurutmu itu cara yang benar untuk menghargai keikhlasannya. "
" Kamu benar, Wira. " Ibu Farida menarik napasnya. " Tapi Aminah berpesan agar Asha dan Roman tidak tahu tentang siapa yang mendonorkan ginjal itu, Wira. " Lanjut Ibu Farida.
" Itu gampang nanti kita cari solusinya .Sekarang Mbak Rida istirahat yang cukup, jangan banyak berpikir agar kondisinya stabil pas operasi nanti. Oh iya, jangan lupa kabari Aminah untuk kesini besok pagi. Banyak yang harus kita bicarakan. " Dokter Wira menyetel brankar Ibu Farida ke posisi berbaring.
" Sekarang tidurlah, sudah malam. Nanti Roman akan kesini sehabis meeting, jangan ditunggu, oke ! " Lanjut Dokter Wira.
" Baiklah, kamu ternyata sudah tua. Cerewet mu melebihi Ibuku waktu hidupnya. " Ucap Ibu Farida sewot. Sedangkan Dokter Wira hanya terkekeh saja.
*****
Setelah mendapat kabar dari Dokter Wira tadi malam , hari ini Umi Aminah kembali mengunjungi Ibu Farida. Asha juga diminta tidak bekerja dengan alasan Umi Aminah akan mengambil hasil test kesehatan .
Sesampainya di rumah sakit Umi Aminah kaget karena sudah ditunggu oleh Dokter Wira di ruangan Ibu Farida. Mereka hendak mendengarkan penjelasan dari Dokter yang merawat Ibu Farida .
Dokter menjelaskan apa apa saja yang harus diperhatikan bagi pendonor dan bagi penerima serta tempat dan jadwal operasinya . Berbagai rentetan protokol harus dipatuhi menjelang hari H operasi.
Hal inilah yang membuat Umi Aminah kebingungan .Umi Aminah tidak ingin Asha tahu, namun bagaimana caranya agar Asha tidak curiga. Karena terlalu keras berpikir Umi Aminah tidak menyadari dari tadi Ibu Farida memperhatikannya.
" Ada apa , Min ? Kalau kamu ragu aku tidak apa apa jika dibatalkan. Aku juga ragu sebenarnya, takut akan berefek buruk dengan kesehatanmu. Pikirkan lagi, Min sebelum terlanjur. " Ucap Ibu Farida tegas.
" Tidak ada ragu di hatiku sedikit pun, Mbak. Aku hanya memikirkan Asha .Alasan apa yang tidak membuatnya curiga ,dan bagaimana dengan Resha." Umi Aminah mengungkapkan apa yang mengganggnya dari tadi.
" Jika memang kamu sebegitu ikhlasnya dengan semua pengorbanan mu ini ,maka izinkan aku mengurus masalah Asha dan Resha . Aku tidak akan membuat mereka susah , percayalah. " Ibu Farida tidak bisa membendung rasa harunya .
" Baiklah Mbak ,aku yakin jika Mbak Rida bisa mengatasinya, tapi aku minta tolong rahasiakan masalah donor ini. Aku tidak ingin Asha mengkhawatirkan aku nantinya. Biarlah dia fokus untuk Resha ,jangan konsentrasinya terpecah gara gara mengkhawatirkan aku. " Keluh Umi Aminah.
" Baiklah, Min. Kamu jangan khawatir. Aku tahu perasaan seorang ibu. Kita hanya akan memikirkan bagaimana cara membuat anak anak kita bahagia, tidak peduli itu kadang menyakiti diri kita sendiri. " Ucap Ibu Farida dengan lesu .
"Andai saja aku sudah melihat kebahagiaan Roman, aku memilih untuk menyerah, Min. Tapi sampai saat ini kehidupan Roman masih saja tertutup awan mendung. " Ucapan itu sudah terdengar bergetar .
" Semangatlah, Mbak. Jangan sampai emosi kita membuat operasi ini tertunda. " Umi Aminah memperingati Ibu Farida agar tidak terbawa emosi.
Kemudian Ibu Farida menelepon Yuda agar nanti pulang kerja datang ke rumah sakit. Ibu Farida ingin membicarakan masalah pekerjaan Asha.
" Mbak , apa Roman tahu tentang semua ini ? " Tanya Umi Aminah.
" Aku belum mengatakan apa apa. Rencananya setelah semuanya sudah dipastikan baru aku kasi tahu.
" Lebih baik Roman juga jangan sampai tahu siapa pendonornya, Mbak. "
" Tenang saja aku sudah punya rencana untuk itu. " Senyuman penuh misteri tersungging di bibir Ibu Farida.
...****************...
Hayo...apa rencananya. jangan yang aneh aneh ya ,Buk !
💖 Love you all 💖
Jangan lupa semangat nya ya... 🌞
mungkin author mau jodohin Ramon dgn Asha...