Saling mencintai, namun restu tak menyertai. Tetap memaksakan untuk menjalankan pernikahan tanpa restu. Namun ternyata restu masih di atas segalanya dalam sebuah pernikahan.
Entah apa yang akan terjadi lada pernikahan Axel dan Reni, ketika mereka harus menjalani pernikahan tanpa restu. Apa mungkin restu itu akan di dapatkan suatu saat nanti. Atau bahkan perpisahan yang akan terjadi?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nita.P, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pernikahan Yang Terungkap
Malam ini keduanya hanya saling berpelukan di atas tempat tidur. Reni menatap suaminya yang terlihat sedang fokus pada ponsel. Entah apa yang dia lihat. Namun Reni hanya diam saja dalam pelukannya, tangan suaminya yang terus mengelus lembut kepalanya.
Reni teringat sesuatu, dia mengambil benda yang dia beli tadi siang di dalam laci nakas. Melihat pergerakan istrinya, membuat Axel langsung mengalihkan fokus pada ponselnya. Dia terdiam dengan tatapan tidak suka melihat benda di tangan istrinya. Segera dia mengambilnya dengan kasar.
"Kau masih meminum pil sialan ini?" tekan Axel dengan menatap tajam pada istrinya.
Reni begitu terkejut dengan apa yang dilakukan oleh suaminya ini. Dia langsung gelagapan. "Aku takut akan segera hamil jika tidak meminum pil itu. Bagaimana jika aku hamil dalam waktu dekat?"
Axel melempar benda kecil di tangannya sampai jatuh ke bawah tempat tidur. Tidak sedikit pun mengalihkan pandangan dari istrinya. "Kalaupun kau hamil dalam waktu dekat ini. Memangnya kenapa? Bukannya kita sudah menikah. Tidak masalah jika kau hamil, lagian kau bukan hamil tanpa suami"
Reni terdiam dengan wajah yang menunduk, sesungguhnya dia juga merasa bersalah karena terus menghalangi untuk mempunyai anak dengan suaminya. Semuanya karena ketakutan dia dengan apa yang akan terjadi kedepannya dengan situasi pernikahan mereka yang seperti ini. Dia selalu takut jika anaknya akan menjadi korban dalam semua yang terjadi.
"Sayang" Axel menangkup wajah istrinya, kali ini tatapannya melembut. "Semuanya akan baik-baik saja. Mungkin saja dengan kamu mengandung anakku, maka orang tuaku akan luluh dan membatalkan tentang perjodohan ini. Kamu harus yakin jika kita akan selamanya bersama"
Reni menatap mata suaminya dengan berkaca-kaca. Sebuah tatapan yang begitu penuh kasih sayang dan selalu mampu membuat Reni yakin. Mungkin apa yang diucapkan oleh suaminya adalah kebenaran. Setidaknya mereka harus mencobanya untuk terus berjuang agar bisa bersama selamanya.
"Baiklah, aku tidak akan meminum pil itu lagi"
Axel langsung tersenyum lebar, dia memeluk tubuh istrinya dengan lembut. Rasanya begitu lega karena akhirnya istrinya mau untuk mengandung anaknya.
"Kita akan berusaha bersama selamanya. Semoga ada hal yang membuat orang tuaku yakin padamu dan akhirnya akan merestui kita"
Reni mengangguk dalam pelukan suaminya. Dia juga sangat berharap saat itu tiba. Semoga saja dia bisa melewati semua ini dengan baik dan masih bisa bersama suaminya.
"Sekarang ayo tidur" ucap Reni, dia sudah berbaring di atas bantal. Namun suaminya malah langsung mengukung tubuhnya.
"Kita tidak bisa langsung tidur Sayang. Kau sudah setuju tidak minum pil itu lagi. Maka sekarang saatnya kita berusaha untuk menghadirkan seorang anak di rumah ini"
Reni langsung cemberut dengan memutar bola mata malas. Ini hanya alasan suaminya saja. Karena memang sejak mereka bertemu kembali dan berbaikan, maka dia seolah tidak ada bosannya dengan kegiatan malam.
"Terserah kamu deh, Sayang. Aku pasrah saja. Lagian aku gak akan bisa membantah"
Axel langsung tersenyum penuh arti, dia langsung membuka bajunya sendiri dan mulai melancarkan aksinya malam ini.
*
"Avinna ikut ke ruang kerja Ayah!"
Suara penuh penekanan dari Ayahnya membuat Avinna sedikit bingung. Dia yang baru saja pulang dari rumah sakit setelah tugasnya, malah harus disambut dengan wajah dingin sang Ayah. Tidak ingin merusak suasana, dia memilih untuk mengikutinya saja. Apalagi ketika Ibunya yang meminta dia untuk turuti saja ucapan Ayah. Sudah pasti ini adalah hal yang serius.
Sudah satu minggu berlalu sejak Avinna meminta Ayahnya untuk menyelidiki tentang Axel. Dan sekarang semuanya sudah berada di tangannya.
"Lihat dan bacalah" ucap Ayah setelah menyerahkan berkas pada Avinna.
Tangan Avinna bergetar ketika dia melihat beberapa foto yang berada di dalam map, lalu dia membaca berkas di bawah foto itu. Air mata sudah menggenang di pelupuk. Tangannya meremas kertas itu dengan gemetar. Apa ini? Dia menunggunya beberapa tahun, dan apa ini balasan kesabarannya? Avinna tidak bisa menerima kenyataan ini.
"Ayah, kenapa akhirnya seperti ini?" teriak Avinna dengan menjatuhkan kertas di tangannya seiring tubuhnya juga ikut luruh ke atas lantai. Tangisannya pecah.
Ayah cukup terkejut dengan reaksi anaknya ini. Dia langsung berdiri dan menghampiri Avinna, memeluknya dengan erat. Hati seorang Ayah yang hancur ketika melihat anaknya patah hati seperti ini.
"Dia sudah menikahi wanita lain, Avinna. Semuanya sudah terjadi dan tidak bisa diulang kembali" ucap Ayah, mencoba menenangkan anaknya ini.
Avinna menggeleng cepat, dia melepaskan pelukan Ayahnya. Menatapnya dengan mata yang basah. "Tidak Ayah! Aku sudah menunggu selama ini, dan aku tidak ingin akhir yang menyerah begitu saja. Aku tetap harus menikah dengan Axel"
"Avinna!" Ayah menangkup wajah putrinya, dia cukup kaget dengan ucapan anaknya itu. "Bagaimana bisa? Calon suamimu itu sudah menikahi orang lain. Ayah tidak akan membiarkanmu menjadi yang kedua!"
"Ayah, aku tidak akan menjadi yang kedua. Karena dia yang tidak pernah tahu jika aku sudah mengetahui tentang pernikahannya. Aku akan bisa memilki Axel seutuhnya. Aku hanya ingin menikah dengannya, Ayah"
Hati seorang Ayah yang langsung tersayat ketika mendengar permohonan anaknya yang begitu menyakitkan. "Baiklah, Ayah akan lakukan apapun asalkan kamu bisa tetap bahagia dan mendapatkan semuanya. Lagian ini adalah salah keluarga Narendra yang tidak memberitahu kami tentang ini. Ayah akan mengurusnya"
Dan setelah putrinya tenang, Ayah memilih pergi ke rumah orang tua Axel. Dia meminta pertanggungjawaban atas semua ini. Karena perjodohan dan kesepakatan ini bukan terjalin dalam waktu mendadak. Tapi sudah sejak dulu.
Duduk berkumpul di ruang tamu rumah ini. Ayah yang memulai pembicaraan, karena dia yang sudah tidak bisa bersabar lagi. "Jadi, apa maksud kalian sampai tidak memberitahu tentang hal penting ini. Kalian sudah mengkhianati kesepakatan diantara kami"
Papa dan Mama cukup bingung dengan ucapan Ayahnya Avinna barusan. Mereka masih belum mengerti apa yang dimaksud.
"Maaf Tuan, apa maksud anda?"
Ayah langsung melempar berkas yang dia bawa di atas meja. Sudah tidak bisa lagi menahan amarahnya sekarang. Dengan tangan gemetar, Papa mengambil berkas itu dan membukanya. Jelas sekali sejak dia membukanya, sudah muncul foto anaknya dan istrinya disana. Papa mulai tak bisa berkata-kata sekarang.
"Urus segera perpisahan mereka, atau kau tahu bagaimana akibatnya! Aku tidak ingin anakku terluka hanya karena anak kalian yang tidak tahu terima kasih!"
Ayah langsung beranjak dari duduknya dan pergi dari rumah itu. Kemarahan dan kekecewaan masih menyelimuti hatinya.
Bersambung
Ngak ada extrapart gitu kak 😁😁😁
lanjut kak semangat 💪💪💪