Kisah seorang pemuda yang meninggal akibat terlalu lelah bekerja dan dia bereinkarnasi ke dalam novel favoritnya. Namun dia tidak berinkarnasi menjadi main character, heroine, villain atau bahkan mob sekalipun, dia menjadi korban pertama sang villain yang akan membuat sang villain menjadi villain terkejam dan menggerakkan seluruh alur di novelnya.
Tapi ketika dia baru bereinkarnasi, dia langsung melakukan plot twist yang sudah pasti akan mengubah jalan nya alur cerita atau malah menghancurkan alur cerita yang sudah tersusun rapi, dia tidak mati dan malah membunuh villain yang seharusnya membunuhnya. Jadi selanjutnya apa yang akan terjadi dengan alur cerita novel yang di sukainya itu ?
Genre : Fantasi, komedi, drama, action, sihir, petualangan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mobs Jinsei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 28
“Baiklah, Liam, Ray, kita pergi dulu ke kota Lindhorn,”
Rodney menjulurkan tangannya kepada Liam dan Ray di sebelahnya, Liam menyambut tangannya dan bersalaman dengan Rodney, tapi belum sempat mereka melepaskan tangan mereka,
“Hati hati semua, ada yang datang,” teriak Frill.
Liam, Ray, Rodney, Laura, Chalotte, Ignesia, Cathy, Luce dan Evan langsung bersiaga, mereka mengangakat senjata mereka. “Syuut,” tiba tiba dari balik semak semak, bebatuan dan dari dalam tanah, muncul bayangan bayangan hitam yang langsung mengepung mereka, ternyata mereka adalah satuan elit pasukan kekaisaran yang di namakan Phantom, mereka berbaju serba hitam dengan wajah di tutupi oleh topeng separuh dari hidung dan matanya, selain itu mereka juga memakai jubah dan kerudung sehingga nampak sangat misterius,
“Hebat kalian bisa menyadari kehadiran kami,” ujar seorang pria berpakaian serba hitam dengan suara yang aneh seperti memakai pengubah suara.
“Kalian...pasukan pangeran kedua, mau apa kalian ?” teriak Frill.
“Hoo rupanya kamu tahu siapa kami, kalian sudah terkepung, menyerahlah, buang senjata kalian dan jangan bergerak,” jawab pria itu.
Suasana pun menjadi tegang, Ray, Liam, Laura, Charlotte, Ignesia, Rodney, Cathy, Luce dan Evan saling memunggungi membentuk lingkaran untuk bertahan, sementara Frill yang berada di depan Ray di hampiri oleh pria berjubah hitam, dia langsung membuka kerudung yang di pakai Frill sehingga rambutnya yang panjang berwarna pirang emas dan telinganya yang panjang terlihat jelas.
“Sudah ku duga, kamu pengawal putri Olivia (menoleh melihat anak buahnya) bekuk mereka, bawa mereka ke markas,” teriak pria misterius itu.
Anak buah pria misterius yang juga memakai busana sama dengannya mulai berjalan mendekati Ray dan lainnya,
“Jangan macam macam kalian,” ujar Liam sambil mengangkat tombak nya.
Tapi tangan Ray menahan tombak Liam dan membuat Liam bingung, kemudian Ray memasukkan kedua pistolnya kembali ke sarungnya yang berada di pinggang dan mengangkat kedua tangannya, Liam yang bingung langsung berbisik kepada Ray,
“Hei Ray, apa maksudnya ?” tanya Liam berbisik.
“Kita menyerah saja, kita biarkan diri kita di tangkap dan di bawa ke markas mereka, tidak usah khawatir, mereka tidak akan membunuh kita,” jawab Ray.
“Hmm...maksud mu, kita masuk ke markasnya dan memporak porandakan markasnya nanti kan ? aku percaya kamu Ray,” balas Laura yang memang mendengar ucapan Ray.
“Dung,” Laura melepaskan pedangnya dan pedangnya jatuh masuk ke dalam tanah, dengan santai dia mengangkat tangannya dan menoleh mengangguk ke Charlotte. Langsung saja Charlotte menyimpan kedua pedang tipisnya dan mengangkat kedua tangannya di ikuti oleh Ignesia di sebelahnya dengan wajah yang bingung. Karena kalah suara, akhirnya Liam juga melepaskan tombaknya dan mengangkat tangannya. Melihat kelima orang yang lebih kuat dari mereka mengangkat tangan, Rodney dan lainnya tidak ada pilihan lain, mereka juga mengangkat tangannya ke atas. Frill yang bingung melihat semuanya mengangkat tangan menoleh kepada Ray yang langsung mengedipkan matanya sambil tersenyum.
“Baiklah, tangkap kami,” ujar Frill.
“Bagus, (berteriak kepada anak buahnya) bawa mereka,” balas pria misterius itu.
Para pria berpakaian hitam langsung mengikat tangan semuanya ke belakang, beberapa orang berusaha mengangkat pedang milik Laura dengan terengah engah membuat Laura terkekeh melihatnya. Mereka di giring masuk ke dalam hutan di depan mereka, selagi di giring,
“Aku harap kamu tahu apa yang kamu lakukan Ray,” ujar Liam berbisik.
“Ya, feeling ku tidak mungkin salah (sebenarnya aku hanya berpatokan pada putri dan Frill yang hadir di akademi, berarti Frill tidak mungkin mati di sini dan seandainya mereka berniat membunuh kita nanti, kita berlima jauh lebih kuat dari mereka, seharusnya ga ada masalah, saat nya berbicara dengan pangeran kedua, pangeran Brandon),” balas Ray.
Setelah berjalan cukup lama sampai ke dalam hutan, Ray dan lainnya tiba di sebuah ruang kosong di dalam hutan, di depan mereka ada sebuah batu besar yang tegak berdiri di tengah dan banyak reruntuhan bangunan kuno di sekitar batu itu. Pria misterius itu mengangkat tangannya dan menunjuk ke arah batu itu, dua anak buahnya mengangguk dan mendorong batu besar itu dari depan, “greegeek,” batu itu begeser, di bawahnya ternyata ada tangga turun, pria misterius itu masuk ke dalam kemudian memerintahkan anak buahnya menggiring tawanan masuk ke dalam.
Setelah Ray dan lainnya menuruni tangga, merasa kagum karena di depan mereka ada sebuah lorong yang sangat panjang di terangi cahaya obor di dinding kanan kirinya, lorong itu nampak di buat oleh manusia karena menggunakan batu sejenis bata yang di susun menjadi dinding bagian kanan, kiri dan atapnya. Ray melihat ke lantai yang nampak di buat dari susunan ubin ubin batu yang besar, dia juga merasakan lembabnya lorong itu dan aromanya terasa sekali seperti di bawah tanah,
“Wow lorong rahasia beneran, kereeeen,” ujar Ray dalam hati.
Selagi menikmati berjalan di dalam lorong itu, tiba tiba mata nya di tutup, “hei,” terdengar teriakan Liam di sebelahnya yang juga sepertinya di tutup matanya.
“Kalian tidak akan keluar hidup hidup dari sini,” ujar pria misterius yang berjalan di depan mereka.
Mereka berjalan dan terus berjalan, Ray mulai sedikit khawatir karena dia tidak bisa melihat teman temannya, namun karena tidak mendengar apapun selain langkah kaki, dia merasa tenang kembali dan terus berwaspada. Setelah cukup lama berjalan, “klek,” tedengar suara seperti sesuatu yang terbuka, “greeek,” tedengar juga seperti ada sesuatu yang berat bergeser. Mereka kembali berjalan masuk ke dalam tapi tak lama kemudian, “kleng,” terdengar seseorang membuka sesuatu, tiba tiba “buk,” punggung Ray di dorong dari belakang dan ikatan tangannya di lepas, dia langsung membuka kain hitam yang menutupi matanya, ternyata dirinya berada di dalam penjara bersama Liam yang juga membuka ikatan matanya.
“Loh mana Char, Laura, Ignes dan Frill ?” tanya Ray.
“Aku tidak tahu, sepertinya hanya kita yang di masukkan ke sel ini,” jawab Liam.
“Para gadis yang bersama kalian di bawa ke atas untuk bertemu dengan pangeran kedua dan bangsawan penguasa kota ini,” terdengar suara di belakang mereka.
Ray dan Liam menoleh, mata Ray langsung membulat karena melihat Matthew yang sedang terluka parah dan Shamir yang berdiri di sebelahnya berada di dalam sel yang sama dengan mereka, sepertinya yang berbicara barusan adalah Shamir yang sedang menatap mereka. Ray dan Liam langsung menghampiri Matthew yang dalam keadaan pingsan, duduk bersender di dinding sambil memegang lengan kiri nya yang terputus separuh dan di balut oleh kain yang sudah sangat merah karena basah dengan darahnya.
“Klang,” pintu sel kembali di buka, “buk,” Rodney dan Evan di lempar ke dalam sel, sedangkan Cathy dan Luce yang matanya masih di tutup, di bawa ke atas, Ray dan Liam membantu Rodney dan Evan membuka pengikat mata mereka. Ketika penutup matanya terbuka dan memasang kembali kacamatanya, Evan terkejut melihat wajah Ray di depannya,
“Evan, bisa kamu sembuhkan paman Matthew ?” tanya Ray sambil memegang pundak Evan dan menunjuk ke arah Matthew yang terluka di belakangnya.
Evan melihat ke belakang Ray dan membetulkan kacamatanya, dia merangkak menuju Matthew yang sedang bersandar di dinding dan terlihat kesakitan sambil memegang lengannya yang terputus. Evan memeriksa lukanya, kemudian dia menoleh melihat Ray,
“Aku bisa melakukannya, aku akan sembuhkan dan mengembalikan lengannya seperti semula,” ujar Evan.
“Tolong ya,” ujar Evan.
Evan menoleh melihat Rodney yang langsung menaikkan ibu jarinya dan berkedip pada dirinya, kemudian dia melihat Ray, Liam dan Shamir yang melihat dirinya dengan tatapan yang penuh harap. Evan menarik nafasnya dalam dalam, sorot matanya berubah, dia mengambil lengan Matthew yang terputus dengan perlahan kemudian meletakkan telapaknya di atas luka di lengannya.
“Restoration,”
Telapak Evan mengeluarkan cahaya hijau kekuningan yang sangat terang, telapaknya mengeluarkan sinar seperti sulur tanaman yang membalut seluruh lengan Matthew dan mengeluarkan sinar kuning yang sangat menyilaukan mata sampai memenuhi seluruh sel. Ray, Liam, Rodney dan Shamir menaikkan lengan mereka untuk menutupi mata mereka yang silau, Ray memaksakan melihat dengan menyipitkan matanya, sulur sulur sinar itu terlihat seperti membentuk kembali lengan Matthew dan menyembuhkan luka luka di bagian yang terpotong seperti seorang dokter yang sedang menjahit luka seorang pasien. Setelah beberapa saat, cahaya mulai meredup dan menghilang, “blugh,” Evan langsung terjatuh lemas dan di tangkap oleh Rodney yang kemudian membaringkannya di tanah.
Matthew yang sudah sembuh mulai membuka matanya, dia langsung melihat lengannya dan membuka mengepalkan tangannya, dia menoleh melihat Evan yang terbaring di depannya,
“Aku tidak tahu siapa kamu, tapi terima kasih karena sudah menyembuhkan tangan ku,” ujar Matthew menunduk di depan Evan.
“Namanya Evan, paman, biarkan dia istirahat, dia kehabisan mana,” balas Ray.
Matthew menoleh melihat Ray, wajahnya langsung nampak terkejut dan dia mendekatkan wajahnya mendekati wajah Ray untuk mengamatinya sampai membuat Ray sedikit mundur,
“Kamu...Ray ? (menoleh melihat Liam) kamu Liam ? kenapa kalian ada disini ?” tanya Matthew.