"Pergi kamu! Jangan pernah datang ke sini lagi! Bapak dan ibuku bukanlah bapak dan ibu kamu!" usir kakak sulungku yang ucapannya bagaikan belati menusuk hati, tapi tidak berdarah.
Kakak kandungku mengusir aku yang datang menemui bapak dan ibu kandungku, tapi bapak dan ibuku hanya diam tanpa mengucapkan sepatah katapun.
Inilah kisahku. Kisah seorang gadis yang terjebak dalam konflik keluarga. Memaksa diriku yang masih kecil berpikir dewasa sebelum waktunya.
Aku berusaha menjalani hidup sebaik yang aku bisa dan melakukan apapun semampuku. Selalu berusaha berpikir positif dalam setiap masalah yang menderaku. Berjuang keras menahan semua penderitaan dalam hidupku. Berusaha tetap tegar meskipun semua yang aku hadapi tidak lah mudah.
Bagaimana caraku, menghadapi kemelut dalam keluargaku yang berpengaruh besar dalam hidupku?
Yuk, ikuti ceritaku!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nana 17 Oktober, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
22. Makhluk Langka
Aku terkejut mendengar suara kursi yang jatuh, lalu suara kucing yang sepertinya terbentur dengan kuat.
Aku bergegas keluar dari kamar dan berlari menghampiri nenek yang berjalan cepat ke pagar depan rumah.
"Ada apa, Nek?" tanyaku meskipun perutku masih terasa sakit.
"Lihat ini! Kucing kamu di tendang paman kamu dari dalam rumah sampai membentur pagar ini," ucap nenek meraih kucingku dari bawah pagar yang terlihat lemas.
Astagaa..paman tega sekali. Tadi aku memang mendengar suara kucing ku mengeong-ngeong di rumah paman. Aku tidak menyangka kalau paman menendang kucingku hingga sejauh ini. Kasihan sekali kucingku.
Aku tahu paman tidak suka kucing atau binatang apapun. Hanya aku dan nenek yang suka memelihara binatang. Aku ambil kucing itu dari nenek lalu aku elus. Fiuh... untung saja masih hidup.
Seharusnya aku ambil kucing ku dari rumah paman saat kucing ini terus mengeong. Sayangnya tadi perutku benar-benar sakit'.
"Paman kamu itu tega sekali. Masa kucing di tendang sampai seperti ini? Meskipun kucing ini cuma binatang, tapi dia ini juga makhluk ciptaan Tuhan. Ya, tapi mana bisa pamanmu sayang sama bintang, kalau sama Tuhan saja nggak percaya," gerutu nenek mengikuti aku berjalan ke arah rumah.
Aku hanya diam memeluk kucingku. Perutku masih terasa sakit. Paman Supri memang keterlaluan.
"Pri, kamu ini benar-benar nggak punya perasaan, ya! Dosa, Pri.. dosa...dia ini juga makhluk bernyawa. Gimana rasanya kalau kamu di tendang seperti dia?" ucap nenek saat melihat paman keluar dari rumah.
"Dosa? Dimana letaknya dosa?" tanya paman acuh yang bikin aku menghela napas panjang.
"Kamu ini kalau di bilangin ngeyel. Tobat, Pri, tobat. Sholat, biar nggak masuk neraka," ujar nenek menasehati.
Nenekku ini benar-benar lucu. Dia tahu ada Tuhan, ada yang namanya dosa dan neraka, dia rajin sholat, rajin zikir, rajin puasa tapi... juga rajin pergi ke dukun..
Hahh.. Nenekku benar-benar aneh bin ajaib, bukan? Tapi inilah nenekku. Makhluk langka di atas dunia.
"Sholat? Merepotkan saja. Buat apa sholat? Orang sholat mati busuk, nggak sholat pun mati busuk. Apa bedanya sholat sama nggak sholat? Terus, Tuhan kata ibu? Dimana yang namanya Tuhan? Sempai sekarang aku belum pernah lihat Tuhan. Apa ibu sudah pernah lihat Tuhan? Nggak pernah, 'kan? Jadi nggak usah bicara omong kosong," ujar pamanku enteng.
Astaghfirullah haladzim...
Aku hanya bisa nyebut mendengar semua perkataan paman. Aku tidak menyangka paman separah ini.
Aku tahu paman tidak pernah sholat ataupun menjalankan ibadah apapun. Tapi aku nggak nyangka kalau paman sama sekali nggak percaya sama Tuhan.
"Ya, Allah, ya, Gusti.. kok bisa aku punya anak kayak kamu. Kamu ini benar-benar sudah persis bapak kamu. Orang hidup, kok, nggak percaya sama Tuhan. Makanya kamu itu mudah di jampi-jampi sama istri kamu itu. Semenjak nikah sama si samplok itu, kamu sama sekali nggak mau bantu ibu. Tega bener kamu sama ibu kamu sendiri. Dari kecil kamu ibu rawat dan ibu besarkan dengan bekerja keras, tapi setelah dewasa malah kayak gini,"
"Kalau ibu nggak banting tulang kerja keras, kamu nggak bakal bisa hidup sampai sekarang. Bapak kamu yang blangsak itu hanya bisa bikin anak, tapi nggak mau ngurus anak. Kamu ini sudah berkeluarga bukanya mengerti sama ibu, tapi malah jadi anak durhaka. Bantuin ibunya sendiri saja nggak mau. Kamu malah nurut sama istri kamu yang menjadikan kamu anak durhaka," oceh nenek mengeluarkan unek-uneknya.
"Siapa juga yang minta dilahirkan?" sahut paman enteng.
"Kamu ini, ya.." geram nenek.
"Sudah, Nek, sudah! Nanti darah tinggi nenek kambuh. Ayo, masuk," ucapku tidak ingin perdebatan ini tambah merembet dan melantur kemana-mana. Apalagi nenek terlihat semakin emosi.
"Paman kamu ini sepertinya tiap hari di cekoki jampi-jampi sama istrinya. Setiap hari dia semakin nggak peduli sama nenek," oceh nenek yang terlihat masih kesal pada paman.
Aku hanya bisa menghela napas panjang mendengar ocehan nenek. Jika Allah telah mengunci pintu hati seseorang, maka orang itu tidak akan dapat melihat jalan hidayah, tidak dapat mendengarnya, tidak dapat memahaminya, dan tidak dapat memikirkannya.
Ketika cahaya hidayah tertutup, maka akhirnya telinga dan penglihatan mereka sudah enggan menginderai kebenaran dan kebaikan. Mungkin itulah yang terjadi pada paman.
Astaghfirullah..
Huff.. gara-gara kucing urusannya jadi panjang gini.
Aku benar-benar berada di tengah-tengah orang-orang amazing di luar Nurul, eh, di luar nalar yang bisa dikatakan makhluk langka, hingga tingkah lakunya di luar logika.
*
Hari ini aku mulai ekskul. Belajar menabuh gong ternyata cukup menyenangkan. Aku dan teman-temanku yang beda-beda kelas ini saling berkenalan satu dengan yang lain. Saat masuk ke ruangan karawitan, kami langsung melihat not angka di papan tulis yang menjadi pedoman kami memainkan musik gamelan.
Tak lama kemudian Pak Sujiwo masuk ke dalam ruangan karawitan ini. Kamipun langsung menempati posisi kami masing-masing.
"Selamat siang semuanya!" sapa Pak Sujiwo dengan gesture-nya yang tegas.
"Siang, Pak," sahut kami kompak.
"Baik, mulai hari ini kita akan latihan bersama. Ini sudah bapak tulis lirik lagu dan not angkanya. Ini simbol untuk kenong, ini untuk gong. Kalian harus tahu berapa ketukannya agar tidak salah menabuh gamelan dan suara gamelannya bisa selaras. Ada yang tidak di mengerti? Kalau ada yang ingin di tanyakan, tanyakan saja," ujar Pak Sujiwo setelah menerangkan dan menunjukkan beberapa simbol untuk pedoman beberapa gamelan yang berbeda, terutama untuk kenong dan gong.
"Mengerti, Pak," sahut kami kompak karena penjelasan Pak Sujiwo sudah mendetail, tapi tidak bertele-tele, jadi kami langsung mengerti.
"Kalau begitu, mari kita mulai latihan," ajak Pak Sujiwo.
Meski terlihat keras, serius dan tidak suka bercanda, tapi aku merasa Pak Sujiwo bukan orang yang pemarah. Beliau sabar mengajari kami. Not angka ini seperti kunci gitar, ya. Jadi kita bisa memainkan musik gamelan dengan melihat not angka.
Ternyata seru sekali ikut ekskul karawitan. Saat menabuh gamelan dan suara yang dihasilkan selaras dan enak di dengar, rasanya menyenangkan sekali. Apalagi suara teman kami yang menjadi sinden juga merdu.
Tahu, 'kan, apa itu sinden?
Sinden adalah seseorang yang mempunyai keahlian menyanyi gending Jawa atau tembang lainnya yang bertugas bernyanyi mengiringi orkestra gamelan pengiring dalam pertunjukan. Kebanyakan sinden berjenis kelamin perempuan.
Usai latihan karawitan aku pun pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Sarapan dari pukul enam pagi dan nggak makan apa-apa sampai pukul setengah empat sore membuat tenagaku cukup terkuras. Aku melangkah menuju parkiran yang tidak jauh dari ruang karawitan.
"Den.. kamu mau balik?" suara itu membuat aku menoleh ke belakang.
Aku melihat Denny sang vokalis band yang aku kagumi berdiri beberapa meter di belakangku dan dia menoleh ke belakang. Aku juga melihat seorang siswa yang sepertinya adalah siswa yang memanggil Denny tadi.
"Kenapa?" tanya Denny.
"Aku nebeng, ya?" sahut siswa itu.
"Ayo!" sahut Denny, lalu kembali melihat ke arah depan seraya kembali melangkahkan kakinya.
Melihat Denny kembali melanjutkan langkah kakinya dan melihat ke depan, aku pun buru-buru melanjutkan langkah kakiku karena tidak ingin kepergok menatap dia. Namun...
"Syuuttt.."
"Akkh.."
"Brukk.."
...🌸❤️🌸...
.
To be continued
trus kabarbindah yg dijodohkan dan udah nikah bagaimana ??
apa akan di lanjutkan di cerita indah yg sudah dewasa nanti ??
terimakasih author.ditunggu karya berikutnya