Tiga Tahun Setelah Kau Pergi

"Aku juga diberikan mas kawin yang sama denganmu, Mbak Salsa," ucap Amanda.

Salsa tampak terkejut mendengar jawaban Amanda. Dia menatap tanpa kedip seolah ingin menerkamnya.

"Apa maksud ucapanmu, Mbak?" tanya Salsa.

Amanda tersenyum getir. Semua untuk menutupi luka di hati. Bagaimana pun, dia kalah. Pernikahannya hanya berlangsung satu tahun sedangkan Salsa dan Aditya telah berjalan dua tahun dan mereka masih sangat mesra. Berarti memang dia tak dicintai suaminya.

"Aku istri sah Aditya Pratama. Elsa ini putrinya. Mungkin Mas Adit tak pernah mengakui kehadiran kami, tapi aku saat ini masih berstatus istri sahnya pria itu. Aku belum di talak atau di ceraikan secara negara. Hubunganku masih digantung," ucap Amanda.

Salsa tampak terkejut. Tapi dia bisa cepat menguasai diri. Buktinya dengan percaya diri dia membantah ucapanku.

"Jangan becanda, Mbak. Jika memang kamu istri sahnya, kenapa saat pernikahan ibu dan kakaknya Bang Tama tak mengatakan apa-apa? Lagi pula aku menikah secara resmi. Jika dia masih terikat pernikahan bagaimana bisa dia menikah denganku?" tanya Salsa dengan suara sedikit tinggi.

"Jadi Ibu Mas Adit dan Kak Dian menghadiri pernikahan kamu dan Mas Adit?" tanya Amanda dengan suara bergetar. Tak percaya jika mama mertuanya tega membohonginya dirinya.

Padahal Mama Sari tahu bagaimana dia dengan susah payah mencari keberadaan Adit. Dia yang setiap hari berdoa keselamatan untuk sang suami karena takut kepergian pria itu karena di bunuh.

"Mereka juga datang melamar sebelum hari pernikahan, jadi bagaimana bisa Mbak mengatakan jika Bang Tama adalah suamimu!" seru Salsa.

Salsa sepertinya tak percaya dengan apa yang Amanda katakan. Dia sangat percaya diri jika Tama atau Adit hanya miliknya.

Amanda sebenarnya tak masalah jika memang Salsa tak mau melepaskan pria itu. Dia juga tak mau menerima Adit kembali setelah apa yang dia lakukan. Apa lagi setelah mengetahui jika keluarga suaminya telah membohongi dirinya. Padahal selama Mas Adit pergi dia tetap memperlakukan mertuanya dengan baik. Rasa kecewa makin dia rasakan.

Amanda lalu mengeluarkan surat nikahnya. Beruntung setiap pergi ke luar kota dia selalu membawa surat nikahnya. Dia meletakkan di atas meja agar Salsa bisa melihatnya.

Salsa meraih surat nikah itu dan membukanya. Dia membaca dengan raut wajah yang masih terkejut.

"Tiga tahun lalu Mas Adit pamit mau main bilyard. Sejak hari itu dia tak pernah kembali. Kamu jangan kuatir, Mbak. Jika memang dia telah menikah denganmu, aku ikhlas. Aku hanya ingin kepastian hubungan kami. Aku datang juga untuk meminta cerai," ucap Amanda dengan penuh keyakinan.

"Pasti ada alasan kenapa Bang Tama meninggalkan kamu tanpa pesan. Jika memang Elsa darah dagingnya, tak mungkin dia tega meninggalkan tanpa kabar dan tanggung jawab. Selama mengenal Bang Tama, aku tak pernah menemukan salahnya. Dia begitu baik dan tanggung jawab. Walau kami belum dikaruniai anak, tapi dia tetap mencintaiku!" ucap Salsa penuh percaya diri.

"Sepertinya aku tak bisa lama-lama bicara denganmu. Aku akan menghadiri pembukaan kafe baruku. Kita bisa bertemu besok lagi. Aku ingin kamu tanyakan pada Mas Adit tentang aku dan putrinya. Bagaimana pengakuannya. Besok aku temui kamu lagi. Apa kamu keberatan?" tanya Amanda.

"Baiklah, itu memang lebih baik. Aku juga harus tanyakan semua pada suamiku. Apa alasan dia berbohong dan juga meninggalkan kamu. Cuma perlu Mbak ingat, aku tidak merebut suami siapapun. Aku taunya Bang Tama lajang!" seru wanita itu.

"Tenang saja. Aku tak akan menyalahkan kamu. Semua keinginan Mas Adit. Dia yang harus bertanggung jawab dengan semua masalah ini. Jika dia memang ingin memulai dengan yang lain seharusnya selesaikan dulu denganku," balas Amanda.

Setelah mengucapkan itu, Amanda lalu pergi meninggalkan kafe. Sebelumnya dia melakukan pembayaran di kasir.

Amanda sengaja cepat pergi dari hadapan Salsa karena tak ingin tangisnya pecah. Bukan hanya kepergian Mas Adit tanpa pesan yang membuatnya sakit hati, dan yang lebih menyakitkan adalah mengetahui kenyataan jika keluarga suaminya telah membohongi dirinya.

Setiap bulan dia memberikan uang buat mama mertuanya, apakah tak terbersit sedikit pun rasa kasihannya. Atau apa dia tak merasa iba dengan cucunya. Dari bayi sudah ditinggal pergi sang ayah tanpa pernah merasakan kasih sayang dari pria itu.

"Di antara rasa sakit yang aku rasakan, mengetahui keluarga Mas Adit ikut andil dengan kepergiannya adalah sakit yang paling parah. Aku tak habis pikir, kenapa mama begitu tega membohongi aku. Apa kebaikan aku selama ini tak berarti bagi mereka?" tanya Amanda dalam hatinya .

Tekadnya telah bulat untuk berpisah. Tuhan masih sayang dengannya. Penampakan dari suaminya membuat dia yakin untuk melepaskan dan melupakan pria itu.

Dari hotel, Amanda langsung menuju ke kafe miliknya yang akan di buka. Dia tak mau lagi menangis suaminya lagi. Bodoh jika dia menangisi pria itu sementara dia bahagia dengan wanita lain.

**

Saat pulang kerja Salsa melihat suaminya Tama sedang memasak. Pria itu memang selalu melakukannya setiap pulang kerja.

"Sayang, kamu sudah pulang," ucap Aditya. Dia mendekati Salsa dan memeluk wanita itu. Lalu mengecupnya dengan lembut.

"Pasti capek, kamu duduk saja. Aku akan masak makanan kesukaan kamu, Sayang," ucap Aditya lagi.

"Bang Tama memangnya masak apa?" tanya Salsa. Dia lalu duduk di meja makan. Pria itu melanjutkan memasak.

"Masak opor ayam, sambal terasi dan bakwan jagung kesukaan kamu," ucap Aditya dengan riang.

Salsa menarik napas. Dia harus memastikan ucapan Amanda. Siapa yang berbohong di antara keduanya.

"Aku ingin tau alasan apa yang membuat Bang Tama berbohong. Begitu juga dengan keluarganya. Jika memang dia mencintai wanita itu, dia tak akan meninggalkannya. Pasti ada kesalahan pada wanita itu yang membuat dia memutuskan pergi," ucap Salsa dalam hatinya.

"Bang, aku ingin bertanya sesuatu," ucap Salsa. Dia kembali tampak menarik napas. Sepertinya berat untuk mengucapkan sesuatu.

"Ada apa? Tanyakan saja, jangankan satu, banyak pun akan aku jawab jika pertanyaan itu keluar dari bibir seksi istriku ini," ucap Aditya.

Aditya atau Tama mendekati Salsa dan mengecup bibirnya dengan lembut. Setelah itu dilanjutkan dengan mengecup kedua pipinya.

"Kenapa diam, Sayang? Apa kamu ingin kita bercinta dulu baru kamu mengajukan pertanyaan?" tanya Aditya masih dengan suara lembutnya.

"Mas, apakah benar jika kamu telah menikah sebelum menikah denganku?" tanya Salsa.

Salsa menarik napas lega setelah mengucapkan pertanyaan itu. Sementara itu Aditya tampak sangat terkejut. Dia langsung melepaskan pelukan di tubuh istrinya.