Cakar Garuda

Dindra membuka kotak berisi satu set perhiasan yang indah, semua sesuai dengan seleranya kemudian berlanjut pada amplop coklat pemberian Bang Arbath, disana berisi uang sepuluh juta rupiah.

Papa Ricky memang diam, tapi ekor matanya melirik penasaran dengan banyaknya benda pemberian dari Letnan Arbath.

Tak lupa Dindra melihat bungkus nasi kuning dengan gambar goresan tangan pria yang membuat kepalanya pening.

"Gambar apa itu?" Tanya Papa Ricky akhirnya tidak bisa menahan rasa penasaran nya.

"Dr*Gon ba*ls Pa." Jawab Dindra setengah bingung dengan banyaknya gambar pada bungkus nasi kuning tersebut.

"Haaaa.. apa maksudnya?" Papa Ricky mengambil nasi kuning tersebut, di sana bertuliskan kata.

Selamat makan, semoga kali ini kenyang nasi setelah kenyang melihat wajah Papamu.

Papa Ricky langsung mendengus kesal membacanya. Beliau kemudian melanjutkan melihat gambar yang lebih mirip seperti cerita komik.

"Bisa-bisanya Arbath menggambar cerita sebelum nasimu di bungkus rapi. Jam berapa dia membuat repot ibu pedagang nasi kuning." Gerutu Papa Ricky kemudian membaca tulisan di sana.

'Kita bagai Goku dan Chi-chi yang akan berjuang mendapatkan bola naga. Sudah ada satu di dalam perutmu dan saya akan mencarikan enam sisanya. Kamu jangan risau, saya akan segera membebaskan mu dari kakek kura-kura.'

"Astaghfirullah hal adzim.. sableng..!!!!!!" Pekik gemas Papa Ricky.

"Papa tidak suka Om Ar?"

"Kalau kau suka, Papa bisa bilang apa?" Jawab Papa Ricky karena nampaknya putrinya memiliki hati pada perwira muda yang sebentar lagi akan berpangkat kapten.

//

"Ijin arahan, Danton..!!" Prada Afdhal menghadap Letnan Arbath saat jam kerja usai.

"Sejak kejadian terakhir saya memberimu 'hadiah', kenapa kamu masih memata-matai saya?" Tanya Bang Arbath.

"Ijin.. tidak pernah lagi, Dan..!!" Jawab Prada Afdhal.

"Kau mau mengaku, atau saya bongkar kebusukanmu yang di lindungi Danton kompi C?" Ucap Bang Arbath setengah mengancam sembari menghisap rokoknya.

Prada Afdhal terlihat gugup dan menerka perkara yang di sembunyikan Bang Arbath.

"Saya akan segera menikahinya." Jawab Prada Afdhal yang tidak pernah di sangka.

Bang Arbath terdiam dengan wajah tenang. Skill nya yang sudah terasah tidak mungkin begitu saja di patahkan.

"Sudah berapa bulan?" Tanya Bang Arbath masih dengan sikap tenang padahal dirinya sama sekali tidak menyangka keadaannya.

"Ham_pir melahirkan." Prada Afdhal sungguh tak karuan saat berhadapan dengan Bang Arbath.

"Kau membuat saya celaka dengan seluruh kebodohanmu. Setelah kejadian itu, kau bukannya menyesali kesalahanmu.. sekarang malah kau ulangi lagi..!! Lalu bagaimana saya harus bersikap??" Bang Arbath menguarkan asap rokoknya ke segala arah.

"Saya minta maaf, Danton."

"Maafmu tidak bisa mengubah keadaan. Kalau saja kau paham arti kata maaf, sudah sejak saat kejadian itu kau berpikir bahayanya merusak hubungan rumah tangga orang. LDM adalah hal yang sangat sensitif bagi pasangan suami istri, kau bukannya menyurutkan bara api tapi kau malah meniupnya hingga habis terbakar tanpa sisa." Ucap kesal Bang Arbath meskipun tetap terbersit rasa syukur dari setiap permasalahan.

Prada Afdhal sampai menitikan air mata tapi sayangnya saat ini hati Bang Arbath tidak lagi tersentuh bahkan dengan air mata sekalipun.

"Saya mengacungkan jempol untuk kesetiaan mu. Tapi hukum tetap berjalan, Afdhal..!!" Kata Bang Arbath tak mau tau.

"Tolong ampuni saya, Danton..!! Jujur Pak Rial sudah tidak memberi tugas apapun lagi pada saya setelah hukuman dari bapak saya terima. Saat ini saya hanya menjalankan perintah dari Ibu Rial..!!" Jawab Prada Afdhal.

Kening Bang Arbath berkerut menerka situasi. 'Jadi Saras yang memberi perintah pada Afdhal untuk memata-matai aku?? Apa maksudnya??'

"Amarah saya cukup sampai di sini. Kau sudah sangat dewasa untuk saya nasihati. Kau ingin jadi banci atau pria sejati, itu adalah pilihan mu. Kau sudah bisa buat anak, seharusnya kematangan mentalmu sebagai seorang pria sudah teruji, lain hal jika kau hanya ingin nikmatnya saja tanpa ada penyesalan. Ingat Afdhal, saat ini kau bisa tertawa bahagia.. di dalam rahim wanita yang kau titipi anak sudah ada darah dagingmu. Saat dia terlahir, kau hanya akan melihatnya sebagai makhluk kecil merepotkan tanpa daya. Tapi apakah kau bisa menyangka, sekitar dua puluh lima tahun lagi dia akan menjadi sosok yang bagaimana.. semua tergantung dirimu yang memulai." Kata Bang Arbath menutup pertemuannya dengan Prada Afdhal.

Prada Afdhal menangis sejadi jadinya dan berlutut di hadapan Bang Arbath. "Saya minta maaf, saya salah..!! Saya berjanji, saya akan setia mendampingi anda, Pak..!! Sekarang saya paham mengapa anda begitu di segani di kalangan militer."

"Saya tidak butuh pengakuan. Saya hanya butuh hidup dengan pemikiran yang sehat, tanpa persaingan bodoh tak berarah..!!"

"Apapun itu.. saya salut, Pak..!!"

\=\=\=

"Selamat datang di Kompi serbu puncak Timur, Letnan Zetha Arbath..!!" Ucap para anggota kompi menyambut Danki baru mereka yang masih sangat muda. Beliau naik jabatan menjadi Danki kompi penyerang atas rekomendasi 'mutasi' dari wakil panglima.

Pria yang menjabat sebagai Danki kali ini adalah Danki termuda dalam pangkat Letnan Satu dan hanya beberapa hari lagi pria tersebut akan naik pangkat menjadi Kapten untuk menjabat sebagai Komandan Kompi.

"Terima kasih banyak atas sambutannya, Danton saya, juga rekan semua. Saya akan memperkenalkan diri secara singkat saja, Saya.. Lettu Zetha Arbath jabatan lama sebagi anggota Batalyon serbu dan saat ini saya menggantikan senior saya disini sebagai Komandan Kompi penyerang di bawah naungan Batalyon serbu. Tak lupa saya ucapkan terima kasih pada ibu-ibu yang bersedia hadir pagi hari ini. Mohon maaf, saya belum bisa membawa gandengan di samping saya. Mungkin di antara rekan semua dan ibu-ibu sudah mendengar, istri saya.. Nadindra Ajeng Chandrakila atau bisa disapa Dindra Arbath saat ini sedang mengandung anak pertama kami, mohon bantu do'a agar persalinannya lancar tanpa ada halangan apapun untuk istri dan anak pertama saya."

Para anggota salut dengan Danki mereka. Begitu besar kesabaran dan hati Letnan Arbath, juga menyedihkan nya seorang Dindra membuat mereka langsung bisa menyukai pimpinan baru mereka itu.

"Siap, Dankii..!!"

//

"Kau menghabiskan uang tiga puluh juta dalam dua hari???? Untuk apa Saras?????" Suara Bang Farial sampai meninggi karena sudah ada dua orang mencari istrinya sampai Batalyon.

"Maaf.. Abaaang..!! Tolong jangan marah..!!" Pinta Saras penuh permohonan.

"Abang tidak akan marah, tapi kau bilang.. untuk apa kau pakai uang sebanyak itu dalam waktu dua hari????"

Saras diam tidak menjawab dan hal itu membuat Bang Farial begitu murka.

.

.

.

.