" Bocil nakal itu istriku" pernyataan Zain kepada semua temannya yang ikut duduk bersama di sofa club'.
" what? ,,,, Istri Zain dia masih kecil Lo " tak percaya teman Zain menatap gadis kecil bar-bar yang tengah berjoget di atas punggung di Bawah kelap-kelip lampu sorot .
flash off.
Zain akhirnya menerima permintaan Papa nya untuk menikah lantaran itu adalah permintaan pertama dari orang tuanya yang selama ini selalu memberikan apapun yang Zain mau bahkan tak pernah mematahkan satupun hal yang Zain inginkan sebagai seorang anak .
" Tapi Maa apakah tidak ada calon istri untuk Zain yang Mama sukai selain Bocil nakal itu?" lesu Zain menatap Mama nya yang iseng sekali memilihkan calon istri senakal itu untuk dia yang sudah matang serta dewasa .
" tidak ada Zain , Walaupun dia nakal tapi Mama menyukai nya" pernyataan Mama Zain dengan senyum penuh damba bahkan sebuah harapan pada Zain .
yuk baca 🤭
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mul_yaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 14 Club
Iba melihat Aya akhirnya Zain berbalik namun Aya yang sudah ketakutan itu langsung masuk ke pelukan nya dan memeluk dengan sangat erat .
" Aya takut Daddy " ucap Aya yang sudah menyusup ke pelukan Zain memejamkan mata agar tak melihat kegelapan di setiap sudut ruangan .
" tenang lah kan sama Daddy " ucap Zain menarik selimut menyelimuti Tubuh Aya lalu memeluk Aya sambil mengelus punggung nya agar lebih cepat tenang .
" Hikss,,, lampunya mati lama Yaa Daddy?" Tanya Aya beneran takut dengan kegelapan.
" mungkin saja soalnya di kompleks apartemen ini sangat jarang sekali listrik mati jadi sekali nya mati akan lama karena konsleting listrik " jawaban logis Zain padahal dia sendiri yang mematikan lampu tadi menggunakan remote control.
"Hiks terus Aya tidurnya gimana,,, Aya takut Daddy " ucapan sendu Aya menatap kasur tempat tidurnya di samping ranjang .
" tunggu sebentar" ucap Zain menyalakan lampu kecil di atas nakas agar Aya tidak takut tidur di bawah .
" Mmhh,,, lampunya redup Aya masih takut " rengek Aya tetap memeluk Zain walaupun berbalik menatap lampu kecil itu .
" Aya tidur sama Daddy aja malam ini ,,, boleh ya " pinta Aya setengah memohon pada Zain yang menatapnya dalam redupnya cahaya .
" Baiklah " setuju Zain membalas pelukan Aya bahkan memberikan sebelah lengannya untuk bantal bagi Aya .
" tidurnya tenang ya jangan nakal " ucap Zain memeluk Aya dengan tulus dan erat, membuat Aya benar-benar berada begitu dekat bahkan tanpa jarak dari tubuh Zain .
" Iya " patuh Aya dalam pelukan Zain karena merasa benar-benar takut .
Sejenak Aya menyandarkan kepalanya ke dada Zain yang perlahan membuat dia tenang belum lagi aroma tubuh khas Zain yang sangat mendominasi oksigen disekitar Aya .
" sebentar ya" Zain dengan sengaja melepas 2 kancing atas piyama nya karena merasa gerah .
" Daddy " rintih Aya yang serasa mabuk dengan aroma tubuh Zain yang makin keras tercium hingga Aya tanpa sadar menyusup ke dada Zain.
" semoga Bocil ini candu nantinya" kata Zain malah memeluk semakin erat sampai kepala Aya terbenam di dadanya.
Beberapa saat kemudian setelah memastikan Aya tidur Zain mengecup kening Aya dengan penuh perasaan, entah kenapa perasaan nya berbeda saja memeluk Aya seperti ini.
" Sayang jangan manja-manja tidurnya, Nanti Daddy tidak tahan " bisik serak Zain mengelus pipi Aya yang ternyata kalau tidur memang manja sekali rupanya dan itu membuat Zain gemas .
Pagi harinya.
" kenapa cemberut begitu?" Tanya Zain yang tengah duduk di meja makan menikmati kopinya menatap Bocil yang sudah siap dengan seragam sekolah nya bahkan Zain juga sudah membantu menguncir rambut nya.
" masa gara-gara mati lampu jadi di gigit nyamuk " rengek Aya dengan kesal .
Byurrr.
Uhukk
Zain langsung tersedak mendengar keluhan Aya soal di gigit nyamuk .
" Mana coba lihat Daddy?" Kata Zain dengan cemas takut Bocil itu sadar kalau itu perbuatan nya .
" Ini" kata Aya menunjukkan lengan nya sedikit mengangkat lengan seragamnya bagian atas .
" ooooh iya , untung nggak leher kamu yang di gigit " kata Zain dengan serius mengelus lengan yang memerah bekas gigitan nyamuk itu.
" di gigit juga Daddy, memang nyamuk nggak punya otak " umpat Aya menyumpahi nyamuk itu sambil menunjukkan leher bagian belakang nya yang juga memerah untung tertutup rambut .
" nama nya juga nyamuk " kata Zain dengan senyum terpaksa nya mendengar sumpah serapah Aya .
" Iya memang binatang tidak punya otak nyamuk itu " sambung Aya lagi menuang susu ke dalam gelas .
" udah jangan di sumpahin nyamuknya, kasihan " larang Zain mulai mengoles roti dengan selai.
" kok Daddy jadi lebih belain nyamuk dari pada Aya" kesal Aya meronta-ronta.
" bukan gitu , tapi mau kamu marah-marah pun nyamuknya juga nggak ada disini kan " jawab Zain menjelaskan dengan logis agar Aya paham .
" iya sih , tapi Aya kesel kulit Aya jadi merah-merah" cemberut Aya .
" kulit kamu manis makanya nyamuk suka " jawab Zain dengan senyum smkir nya .
" manis?" penasaran Aya langsung xmencoba .p
" ehhh,,, jangan nanti tambah merah lagi kena gigit " kata Zain meraih tangan Aya dengan cepat agar tidak di gigit Aya nanti kalau memerah Bocil itu bisa menyimpulkan bekas merahnya karena Zain bukan di gigit nyamuk .
" ehhh iya " kata Aya menepuk jidatnya, saking penasarannya saat Zain bilang manis Aya langsung mencoba.
" Ayo lah sarapan nanti telat sekolah" ucap Zain memberikan roti yang baru selesai dioles selai pada Aya .
" iya " kata Aya langsung memakan roti itu tanpa banyak tanya lagi.
Selesai sarapan Zain dan Aya berjalan beriringan menuju loby.
" Nanti malam Daddy akan pergi ngumpul bersama teman-teman Daddy dan dari kantor langsung saja kesana nanti di apartemen akan ada pelayan yang menemani kamu jelang Daddy pulang " ucap Zain saat mereka berada di lift .
" pulang jam berapa?" tanya Aya menatap Zain yang tengah merapikan dasi itu .
" Mmm, biasanya hampir pagi tapi karena ada kamu Daddy akan pulang jam 11 nanti " ucap Zain untuk menunjukkan effort nya pada Aya .
" Iya " jawab Aya dengan patuh yang membuat Zain sedikit heran karena Bocil itu tidak banyak tanya bahkan sama sekali tak melarang seperti istri pada umumnya.
" Daddy ke Club " tambah Zain melihat respon biasa Aya .
" okey selamat menikmati Daddy weekend nya" kata Aya lagi tersenyum sangat lebar bersalam pada Zain begitu bodyguard memberikan kunci mobilnya.
" astaga? Apa yang akan dilakukan Bocil nakal itu" curiga Zain namun karena dia buru-buru akan meeting pagi sehingga dia tidak sempat memikirkan segalanya.
..............
Zain pulang dari kantor sudah hampir jam 7 malam lantaran sangat sibuk namun karena sudah terlanjur janji dengan teman-teman serta sudah bilang juga pada istrinya hingga akhirnya Zain memutuskan untuk pergi .
"akhirnya yang di tunggu datang juga " sorak teman-teman Zain begitu dia duduk di sofa lingkar bersama teman-temannya di tengah keramaian club' .
" maafkan Aku , pekerjaan ku baru selesai " ucap Zain dengan wajah lelahnya meminum sedikit wine di dalam gelas di atas meja hingga membuat pusing kepalanya sedikit mereda .
" santai mari kita menikmati kesendirian bersama-sama" tawa Rico karena mereka semua sedang jomblo barengan termasuk Zain yang baru putus dengan Hellen.
" Aku t,," ucapan Zain langsung terhenti saat dia masih harus merahasiakan keberadaan istri kecilnya dari siapapun termasuk para sahabatnya.
Hampir jam 10 malam club' semakin ramai dengan anak-anak remaja yang ikut weekend bersama teman-temannya bahkan dengan pacarnya.
Saat DJ mulai diputar semua orang berkumpul di bawah panggung untuk ikut berjoget bareng di bawah lampu sorot.
" Ramai sekali club' hari ini kan " heran Ricardo melihat ratusan anak muda ikut berjoget di bawah lampu sorot.
" wajahlah sekarang kan weekend" jawab Daniel yang diangguki teman-teman nya yang masih duduk di sofa .
" Astaga siapa yang melepaskan Bocil nakal itu " tawa Rico tertawa sendiri melihat Bocil cantik yang gemoy naik ke atas panggung ikut bergoyang dengan bar-bar sampai menyita perhatian banyak orang lantaran dia cantik dan ceria sekali.
" Bocil nakal itu istriku" geram Zain menatap gadis kecil yang berjoget diatas panggung itu lalu akan pergi menjemput nya .
hebat otornya
kalo bacanya mendalami/Tongue/