Cakar Garuda
Keringat berlelehan dari kening pria muda yang sedang berlari mengitari lapangan olahraga. Entah sudah berapa kali dirinya memutari lapangan dan akhirnya memuntahkan cairan kuning yang tidak bisa ia tahan.
Terngiang ucap sang Papa yang tiba-tiba menjodohkan dirinya dengan putri bungsu Pak Ricky yang terkecil. Hatinya resah gelisah karena saat ini dirinya masih belum bisa melupakan kisah cintanya dengan Cahya Saraswati, kekasihnya yang sudah berjalan empat tahun ini namun kandas karena Saras telah 'pergi sangat jauh darinya.'
Mengetahui sahabatnya tengah berada dalam pergulatan batin yang tidak ringan, Bang Gana pun memijat tengkuk Bang Farial.
"Kau baik-baik saja? Apa mau kembali ke mess sekarang?" Tanya Bang Gana.
Bang Farial menggeleng, ia masih ingin bertahan meskipun sampai air matanya berlelehan tak karuan. Nafasnya pun memburu putus sambung.
"Minum dulu Be..!!"
"Baru kali ini aku ribut dengan Papa dan Mama sampai sempat masuk rumah sakit. Apa kehebatan Dindra di banding dengan Saras?? Dindra terlalu kecil, terlalu anak-anak untuk kujadikan istri. Bahkan Dindra masih seumuran dengan Gina adik ku." Jawab Bang Ghi. "Dindra itu manjanya nggak ketulungan." Ucap kecewa Bang Farial pasalnya melihat foto Dindra dari sang Papa saja sudah membuatnya kesal. Foto Dindra yang sedang memakai kostum pohon sudah membuatnya ilfeel seketika.
"Kurasa tidak mungkin orang tuamu sengaja menjodohkan mu dengan wanita lain kecuali beliau tau latar belakang Saras. Mungkin benar Saras adalah wanita yang baik tapi belum tentu Saras akan baik untuk masa depanmu." Kata Bang Gana.
"Kau tak tau Gan, menjalin hubungan selama empat tahun lamanya bukanlah hal yang singkat. Sedikit banyak, aku sudah memahami karakternya." Bang Farial kembali muntah karena emosinya sudah terasa mengkoyak lambungnya.
"Ingat Be. Saras sudah tidak ada lagi, dia sudah pergi..!!"
Dering suara telepon semakin menggoyahkan perasaan Bang Farial, pasalnya ia sudah tau siapa yang menghubungi nya. Mau tidak mau ia segera mengangkatnya.
"Kamu dimana??" Tanya Papa Maliq di seberang sana.
"Lari pagi, Pa." Jawab Bang Farial.
"Kau tau atau tidak, hari ini kita ada acara pertunangan mu dengan Nadindra, anaknya Pak Ricky." Kata Papa Maliq.
"Aku tau. Sudahlah, sebentar lagi aku pulang." Bang Farial mematikan panggilan telepon dari Papanya secara sepihak.
Terlintas dalam ingatannya beberapa bulan yang lalu, saat dirinya masih berada di tanah konflik. Rasa rindu begitu terasa pada wanita yang ingin ia jadikan istri namun di saat dirinya sudah bisa mendapatkan signal komunikasi, Saras sama sekali tidak bisa di hubungi.
Terang saja saat itu Bang Farial meminta rekannya untuk mencari tau keberadaan Saras namun semua nihil tak berbekas.
"Ayo Be.. keluargamu sudah menunggu di rumah..!!" Ajak Bang Gana.
...
Malam itu Bang Farial yang masih setengah hati akhirnya harus mengikuti kata sang Papa. Apalagi dirinya tidak punya pilihan sebab keadaan Mama belakangan ini semakin memburuk.
Papa Maliq menendang kaki putranya karena sejak kedatangannya tadi, putranya itu tidak bergeming.
Bang Farial segera sadar dari lamunannya menatap namanya pada papan poster perhelatan yang hanya bertuliskan namanya saja tanpa foto dirinya maupun calon istrinya.
Lettu Ghiffarial Al Badar dan Nadindra Ajeng Chandrakila.
"Bagaimana, Letnan Farial.. belum di jawab tadi pertanyaannya. Apakah Abang Farial bersedia 'menjalin hubungan' dengan Mbak Dindra?" Tanya MC yang saat itu di wakili oleh Bang Gana.
"Saya bersedia. Tapi keputusan tetap ada pada Dindra, hubungan antara laki-laki dan perempuan yang akan masuk pada jenjang pernikahan tentunya harus di pikirkan secara matang. Pernikahan bukanlah sebuah permainan yang bisa di hentikan begitu saja saat terjadi 'silang pendapat' di dalamnya."
"Silakan untuk Mbak Dindra menjawabnya..!!" Kata Bang Gana yang sebenarnya juga tidak tau bagaimana rupa calon istri sahabatnya.
"Saya juga bersedia." Jawab Dindra singkat saja tanpa ada kata-kata tambahan lain padahal sebenarnya para hadirin menunggu jawaban lebih dari seorang Dindra terutama Bang Farial yang sangat penasaran dengan rupa sang pemilik suara lembut tersebut.
Bang Gana sampai terhenyak bingung sendiri karena jawaban Bang Farial maupun Dindra terdengar begitu terpaksa.
"Ba_iklah, kalau begitu anggap saja pertunangan ini bisa di bilang sukses ya." Kata Bang Gana mencoba mencairkan suasana.
Para tamu undangan bertepuk tangan sebagai apresiasi dari acara 'gagal' tersebut.
Kemudian saat itu Pak Maliq menghampiri Bang Gana kemudian berbisik di telinga sahabat seangkatan putranya itu.
"Hmm.. okee.. ini ada satu permintaan dari Pak Maliq selaku orang tua dari Letnan Ghiffarial. Beliau penasaran apakah di antara mereka ada chemistry tersendiri dan beliau meminta Bang Farial menyematkan cincin pada cari calonnya. Apakah Bang Farial akan menemukan nya??? Silakan para ladies di dalam sana untuk menjulurkan jemarinya. Kita lihat, apakah Bang Farial mampu menemukan jemari lentik Mbak Dindra??"
Para tetua begitu bersemangat, terutama Papa Maliq. Beliau segera menyerahkan cincin pertunangan tersebut pada Bang Farial.
Bang Farial hanya bisa menarik nafas panjang lalu membuangnya perlahan. Ia pun menerima cincin yang sudah di siapkan sang Mama lalu menuju ke arah tirai.
Bang Ghi melihat satu persatu jemari tersebut. Ada yang besar gemuk, ada yang jemarinya pendek. Ada yang kulitnya sedikit gelap tapi jemari dan kukunya indah. Namun dirinya tertuju pada satu jemari lentik, berkulit putih indah terawat serta ada bau parfum yang begitu feminim dan terus terang sedikit menggoyahkan jiwa prianya.
'Lebih baik aku pilih yang lentik putih bersih ini saja. Pak Ricky saja kulitnya gelap. Pasti anaknya pun begitu. Bagaimana wajah bapaknya saja sangar, ya begitu pula wajah anaknya. Kalau aku salah tebak.. bisa jadi mereka bilang aku tak ada chemistry. Batal.. batal dah pertunangan ini.'
Dengan hati-hati, Bang Farial memasangkan cincin pada jari lentik tersebut.
"Yeeeaayy.. inilah yang namanya cinta sejati. Pekik Papa Maliq kemudian berjingkrakan membuka tirai.
Di saat itu, mata Bang Farial dan Dindra saling bertemu. Sungguh kaget hati mereka melihat siapa sebenarnya calon tunangan mereka.
"Kau????????" Hati Bang Farial mendadak kesal melihat gadis di hadapannya.
"Om-om mata keranjang. Dindra nggak mau nikah sama Om ini..!!!!!" Pekik Dindra kemudian melompat dan menginjak kaki Bang Farial sekuatnya.
"Aawwwhh.. Allahu Akbar.. perempuan macam apa kau ini..!!!!"
"Baang Arrow.. Bang Arfan ini laki-laki yang pernah Dindra ceritakan. Yang bocorin perut Dindra." Teriak Dindra menghebohkan seisi ruangan.
"Apa maksudmu????" Tanya Bang Arrow yang sudah menghampiri adiknya.
"Nggak Ar, sumpah. Bukan begitu ceritanyaaaaa..!!!" Jawab Bang Farial panik melirik Arrow littingnya. "Busyeeett.. Perempuan kurang ajar..!! kau berani tuduh saya buat bocor perut kau, kan?? Oke.. Tunggu kau sah jadi istri saya, saya tambal perut kau yang tipis itu..!!"
"Kenapa harus sekarang??? Kalau Om memang berani, sekarang saja..!!" tantang Dindra karena merasa kedua Abangnya pasti akan membelanya mati-matian.
"Eeeehh.. Kau dengar sendiri ya Ar, adikmu sendiri yang menantangku. Jangan salahkan aku kalau perutnya bengkak." ujar Bang Farial menahan gemas.
Bang Arrow segera menarik mundur tangan adiknya. "Mulutmu jangan lancang Din, stop buat Abang sakit kepala..!!!"
Papa Ricky dan Papa Maliq sampai bengong tak paham dengan apa yang terjadi.
.
.
.
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Essy Kehi🦋
semangat kak Nara....aku suka semua karya kk...🥰🥰🥰🥰🥰
2024-07-16
0
Irmha febyollah
ko payah kali kak ngomong namanya nadindra tu
2024-07-11
0
Jihan Aisyah
senengnya ada karya baru kak nara, sukses selalu kak🤗🤗🤗💪👍🏻
2024-07-06
0