NovelToon NovelToon
Semesta Kaviandra

Semesta Kaviandra

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / cintapertama / cintamanis / Diam-Diam Cinta / Cinta pada Pandangan Pertama / Cinta Murni
Popularitas:4k
Nilai: 5
Nama Author: Riunakim

Banyak yang bilang jodoh itu adalah cerminan dari diri kita sendiri. Dan sekarang Savinna sedang terjebak dalam perkataan itu. Ya, gadis yang baru saja menduduki bangku SMK itu tiba-tiba jatuh hati pada seorang anggota futsal yang ternyata memiliki banyak sekali kesamaan dengannya. Mulai dari hobi hingga makanan favorit. Akankah dengan kesamaan yang mereka punya akan menyatukan keduanya? Apakah dengan banyaknya kesamaan diantara mereka turut menimbulkan perasaan yang sama?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Riunakim, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Keharmonisan

Kavi pulang ke rumahnya dengan menggunakan taksi online yang telah Savinna pesankan sebelumnya. Kavi dengan sengaja meninggalkan motor kesayangannya di rumah Rama karena sangat tidak memungkinkan baginya untuk pulang menggunakan motornya dalam kondisi tidak sehat seperti sekarang. Sebenarnya Kavi bisa saja nekat pulang bersama motornya dalam kondisi setengah sehat seperti sekarang, namun mengingat ia juga mengajak Savinna, maka tidak mungkin bagi Kavi untuk pulang menggunakan motornya sambil memboncengi Savinna. Karena menurut Kavi, keselamatan Savinna adalah prioritasnya.

"Savinna gak takut mau ketemu sama Papanya Kak Fazriel?" tanya Kavi di tengah perjalanan.

"Aslinya sih takut, tapi ... aku beraniin aja deh demi Kak Fazriel," jawab Savinna.

Kavi pun tersenyum lebar mendengar jawaban dari Savinna, "Makasih ya."

Savinna mengangguk lalu kembali meraih tangan Kavi untuk mengusap punggung tangannya, "Apapun yang terjadi, semoga hubungan Kak Fazriel sama Om Anton bisa segera membaik ya."

"Aamiin."

***

Anton dan Rami memutuskan untuk pulang ke rumah mereka karena Rami sudah cukup tenang setelah mendengar kabar dari putranya itu. Walaupun belum ada tanda-tanda kepulangannya, tapi Rami yakin jika putranya sedang ada bersama Savinna, ia pasti sedang baik-baik saja.

"Sebenarnya, Savinna itu siapa? Kenapa Mama percaya sekali dengan dia?" tanya Anton setelah mereka berdua tiba di ruang keluarga.

"Savinna itu pacarnya Kavi. Mereka baru aja jadian beberapa hari lalu. Dan Kavi benar-benar senang bisa memiliki gadis itu," jelas Rami.

Anton pun terdiam selama beberapa saat, membayangkan kira-kira gadis seperti apa yang berhasil meluluhkan hati anaknya itu, "Kalo dia berhasil bawa pulang Kavi, Papa pasti akan sayang sekali dengan gadis itu,"

Rami tersenyum simpul setelah mengingat betapa polos dan manisnya Savinna saat gadis itu tengah tersenyum, tutur katanya yang lembut membuat Rami betah untuk berbincang dengannya dalam waktu yang lama, "Siapa pun akan suka dengan anak itu setelah mereka mulai berinteraksi dengan dia," ungkap Rami.

"Papa jadi semakin penasaran dengan anak itu.." lirih Anton.

***

Sekitar 15 menit setelah Anton dan Rami tiba di rumah mereka, taksi yang Kavi dan Savinna tumpangi pun tiba di halaman rumah Kavi. Dengan meminjam payung milik sopir taksi itu, Savinna menuntun Kavi untuk memasuki teras rumahnya.

"Kak Fazriel tunggu disini ya, aku mau balikin payungnya dulu."

"Tapi nanti kamu kehujanan dong?" cemas Kavi.

"Gapapa, Kak. Tunggu disini ya, jangan ikut lagi, nanti Kak Fazriel tambah sakit."

Dengan berat hati, Kavi pun mengiyakan perkataan Savinna dan menunggu gadis itu untuk mengembalikan payungnya terlebih dahulu pada sang sopir. Setelah itu, Kavi bisa melihat Savinna kembali ke teras dengan berlari kecil di bawah rintik hujan yang cukup deras. Kavi benar-benar merasa kagum sekaligus tidak enak pada Savinna karena gadis itu seolah mengorbankan segalanya hanya untuk dirinya.

"Ayo kita masuk!" ajak Savinna setibanya ia di hadapan Kavi.

Kavi pun dengan sigap mengelap kepala Savinna yang terasa sedikit basah akibat terkena rintik air hujan yang cukup banyak, "Makasih ya, Cantik."

Savinna pun hanya tersenyum sambil mengangguk sebelum ia mengetuk lalu membuka pintu utama yang ada di rumah Kavi.

Ceklek

Jantung keduanya langsung berdebar cepat kala pintu itu terbuka. Namun, keduanya berusaha untuk tetap tenang.

"Kayaknya mereka lagi ada di ruang keluarga," bisik Kavi setelah ia mendengar suara televisi dari ruang keluarga.

"ASSALAMUALAIKUM?" teriak Savinna membuat Kavi membulatkan matanya.

Bisa-bisanya Savinna mengucapkan salam sambil berteriak seperti itu, padahal Kavi baru saja ingin mengajaknya untuk mengendap-endap menuju ruang keluarga.

"Savinna?!"

Terdengarlah teriakan antusias Rami dari arah ruang tamu yang beberapa detik setelahnya muncul Rami dari balik tembok pemisah antara ruang tamu dan ruang keluarga.

Jika biasanya Rami hanya antusias menyambut kedatangan Savinna, kini Rami juga antusias menyambut kedatangan Kavi, putranya.

Rami langsung berlari ke arah mereka lalu memeluk keduanya secara bersamaan, "Akhirnya, kalian pulang juga."

"Iya, Ma. Kavi pulang setelah dibujuk sama Savinna," ucap Kavi sedikit dilebih-lebihkan agar Rami semakin sayang dengan Savinna.

Rami pun melepas pelukannya, "Mama sudah tau, kamu memang selalu begitu."

Kavi pun tertawa kecil lalu celingukan mencari keberadaan seseorang, "Papa mana?" pertanyaan itu sudah lama sekali tidak keluar dari mulut Kavi dan kini Rami kembali mendengarnya.

"Papa lagi man—"

"Papa disini," potong Anton yang ternyata sudah berdiri tak jauh dari posisi mereka bertiga.

Kavi pun segera mendekati Papanya lalu mencium tangan Papanya itu, tapi belum sempat Kavi mencium tangan Anton, pria paruh baya itu sudah langsung menarik putranya itu  ke dalam pelukannya. Kavi benar-benar tidak menyangka bisa merasakan pelukan ini lagi. Pelukannya yang selama bertahun-tahun telah hilang hingga Kavi lupa bagaimana rasanya, kini bisa Kavi rasakan kembali. Pelukan hangat dari Anton ternyata membuat airmata Kavi kembali menetes.

"Maafin Papa ya, Kav..." ucap Anton penuh penyesalan.

"Maafin Kavi juga ya, Pa.."

Anton pun mengangguk lalu semakin mengeratkan pelukannya pada Kavi, begitu pula sebaliknya. Mereka berdua yang selama ini selalu diselimuti oleh rasa gengsi hari ini seolah sedang melepaskan rasa gengsi mereka masing-masing. Keduanya bahkan saling mengeratkan pelukan hanya untuk melepaskan kerinduan yang selama ini sama-sama mereka pendam.

"Itu pacarmu?" bisik Anton persis di telinga Kavi.

Tampaknya saat itu Anton memang sedang memeluk Kavi tapi tatapannya terfokus pada Savinna yang sedang dalam rangkulan Rami.

Kavi pun melepas pelukannya dan berbalik menghadap Savinna sambil melemparkan senyum ke arahnya.

Savinna yang paham akan maksud Kavi pun langsung melangkah mendekati Anton dan mencium tangannya, "Assalamualaikum, Om."

"Waalaikumsalam, jadi ini yang namanya Savinna?" tanya Anton disertai dengan senyuman.

Savinna pun mengangguk sambil membalas senyuman Anton.

Tiba-tiba Anton menghilangkan senyumannya dan kembali menatap Kavi, "Kamu tuh ya, kalo cari pacar yang benar dong, Kav."

Detik itu juga, senyuman Savinna ikut memudar dan gadis itu mulai kehilangan rasa percaya dirinya.

"M-maksud Papa apa?" tanya Kavi gugup. Ia takut sekali jika hubungannya dengan Savinna tidak direstui oleh Papanya sendiri.

"Masa iya kamu pacaran sama bidadari kayak gini?" kekeh Anton di akhir kalimatnya.

Savinna yang semula tegang tentu saja langsung merona dibuatnya. Kavi pun ikut bernapas lega setelah mengetahui jika ucapan Anton barusan adalah sebuah lelucon belaka.

"Papa nih, bikin panik aja!" protes Rami yang ternyata ikut tegang karena perkataan suaminya barusan.

Papa sama anak sama aja, sama-sama tukang gombal, batin Savinna.

"Jangan serius-serius dong, Ma. Bawa santai aja," ucap Anton sok santai.

Jika dilihat-lihat lagi, kelakuan Kavi dan Anton memang tidak ada bedanya. Mulai dari kebiasan menggombal hingga tingkah tengil mereka hampir sama takarannya. Tak hanya sifat, ketampanan Kavi juga sangat menurun dari sang Papa.

"Kavi gak bisa berdiri lama-lama nih, kita ngobrol sambil duduk aja yuk?" ajak Kavi ditengah obrolan mereka.

"Kamu kenapa, Kav? Sakit?" tanya Anton cemas. Ia baru menyadari wajah anaknya terlihat sedikit pucat.

Rami pun langsung memeriksa suhu tubuh anaknya dengan menempelkan punggung tangannya ke kening Kavi, "Demam lagi ya kamu?"

Karena Kavi tak kunjung menjawab, alhasil Savinna lah yang menjawab pertanyaan Anton dan Rami, "Iya, Om, Tante, Kak Fazriel sakit karena gak sengaja hujan-hujanan tadi."

"Bukannya kamu bawa mantel?" tanya Rami.

"Gak sempat pakai, Ma," ucap Kavi sambil tertunduk.

"Bukannya gak sempat, kamu pasti malas kan?" tebak Rami tepat sasaran.

Savinna yang tidak tega melihat Kavi terintimidasi pun langsung membelanya, "Jangan dimarahin Kak Fazrielnya, Tante ... kasihan lho, Kak Fazriel lagi sakit."

Rami pun menghela napas panjang, "Okey, kita lanjut ngobrol di ruang keluarga aja ya."

***

Hari sudah sangat sore bahkan sudah hampir malam namun Savinna tak kunjung pulang. Karena penasraan, Reza pun mulai menanyakan keberadaan Savinna pada Cintya.

"Dek, Savinna kemana sih? Kok dari tadi Mas gak lihat dia sama sekali?" tanya Reza setibanya ia di kamar adik bungsunya itu.

"Tadi sih Kak Vinna izin pergi sama Kak Cherry dan Kak Kylie ... mungkin mereka belum pulang karena terjebak hujan, Mas," jelas Cintya.

Reza pun mengernyit, kayaknya tadi gue ketemu sama mereka berdua, tapi gak ada Savinna tuh, batinnya.

"Kira-kira mereka pergi sekitaran jam berapa, Dek?" tanya Reza memastikan.

Cintya terdiam selama beberapa detik untuk mengingat kembali pukul berapa Savinna pergi meninggalkan rumah, "Kayaknya sekitar jam tiga sore, Mas. Satu jam sebelum Mas Reza pulang dari kantor."

"Kemana perginya dia?" lirih Reza.

Setelah merasa cukup dengan informasi dari si bungsu, Reza pun bergegas meninggalkan kamar Cintya untuk mencari keberadaan Papanya. Dan tak butuh waktu lama, Reza pun menemukan keberadaan Papanya di ruang kerjanya.

"Pa.." sapa Reza saat ia tiba di ruangan itu, "Lagi sibuk gak?" tanyanya.

Bima sang Papa melepas kacamatanya lalu beralih menatap putra sulungnya itu, "Enggak kok, cuma lagi periksa file-file penting aja, ada apa?" Bima balik bertanya.

Reza pun memasuki ruangan itu lalu menutup pintunya sebelum memulai obrolan yang lebih privasi, "Papa ngerasa ada yang gak beres sama Savinna?"

Bima pun langsung mengangguk setuju. Pria berusia 47 tahun itu tampaknya menyadari ada beberapa perubahan yang muncul dari diri putrinya. Savinna yang biasanya lebih sering berada di rumah, kini terlihat lebih sering bepergian entah kemana.

"Hari ini dia pergi kemana, Papa tau gak?" tanya Reza.

"Papa aja baru pulang, Za. Tadi sih kata Mama Savinna pergi sama Kylie dan Cherry."

"Cintya juga bilang begitu, Pa. Tapi Reza gak percaya ... soalnya tadi pas pulang dari kantor, Reza sempat papasan sama mereka berdua, tapi gak ada Savinna."

"Oh ya?" tanya Bima agak tidak percaya apabila Reza menuduh Savinna berbohong.

"Iya, Pa ... Reza lihat mereka berdua di kedai es coklat di depan komplek."

"Terus, Savinna pergi sama siapa dong?"

"Itu dia masalahnya, Pa ... Reza rasa Savinna udah ingkar sama janjinya selama ini."

"Maksud kamu?" tanya Bima yang bingung akan maksud Reza.

"Feeling Reza sih, Savinna udah punya pacar."

Bima pun kembali terdiam. Hatinya seolah terhasut oleh perkataan Reza barusan dan ikut mencurigai Savinna, "Haruskah kita selidiki?" tanya Bima.

"Harus dong, Pa. Pokoknya Reza bakal nyusun rencana untuk cari tau semuanya. Seandainya itu semua benar-benar terjadi, Reza pastiin hubungan mereka berdua gak akan lama." ancam Reza.

***

Di tempat yang berbeda, Savinna masih asyik bercengkrama dengan Kavi beserta kedua orang tuanya. Entah mengapa, Savinna yang biasanya sangat sulit berbaur dengan orang baru, hari itu merasa sangat mudah untuk akrab dengan kedua orang tua Kavi, terutama Anton yang benar-benar baru ia temui sore itu. Bukan tanpa alasan Savinna bisa begitu mudah untuk akrab dengan keluarga kecil itu, tentu saja alasannya adalah karena mereka sangat welcome pada Savinna. Sifat ramah mereka membuat Savinna tidak segan-segan untuk bersikap lebih ramah lagi dari mereka.

"PS ini beneran buat Kavi, Pa?" tanya Kavi memastikan.

Ekspresi wajah senang begitu jelas tercetak di wajah Kavi setelah Anton memberikan sebuah playstation baru untuknya. Ditambah lagi, Anton juga memberikan sebuah gitar baru untuk putranya itu karena ia tahu gitar yang Kavi punya sudah rusak beberapa bulan yang lalu. Dan Anton tahu betul jika Kavi sangat suka memainkan alat musik tersebut.

"Iya, itu untuk kamu ... kamu suka?"

Kavi mengangguk namun ekspresinya berubah sedih, "Emang Kavi boleh main PS lagi, Pa?" tanya Kavi dengan ekspresi melasnya.

Untung masih ada Mama Papanya, kalo enggak udah gue gigit dia, gemas Savinna dalam hati.

"Boleh dong," jawab Anton cepat.

"Asal ingat waktu belajar sama ibadah aja ... iya kan, Pa?" ucap Rami mengingatkan.

"Betul itu!"

Kavi kembali tersenyum lebar namun matanya terlihat sudah siap untuk menumpahkan air mata lagi, "Kavi boleh peluk Papa lagi gak sih?" tanya Kavi membuat Savinna semakin gemas padanya.

Ternyata, tak hanya Savinna saja yang gemas akan tingkah Kavi, Rami dan Anton pun gemas melihatnya, "Mau peluk Papanya aja pakai acara izin segala," ucap Anton yang langsung menarik putranya itu ke dalam pelukannya.

"Kavi sayang banget sama Papa," bisik Kavi di telinga Anton.

"Ma! Masa Kavi sayang sama Papa," adu Anton pada Rami.

Kavi pun langsung tersipu malu. Padahal Kavi sengaja berbisik persis di telinga Anton agar tidak ada yang mendengar ungkapan itu selain Anton. Tapi, Anton malah terang-terangan menyebarkannya hingga membuat Rami dan Savinna ikut mendengarnya.

"Boleh aja sayang sama Papa, asal tau batasannya aja. Soalnya, Papa itu punya Mama," ucap Rami seolah mengingatkan Kavi.

Kavi pun melepas pelukannya, kesedihannya seolah hilang begitu saja setelah mendengar perkataan Rami, "Oke, ralat! Sayangnya Kavi cuma buat Savinna aja," ucap Kavi membuat kedua pipi Savinna kembali merona.

"Lhooo, kok gitu?" protes Anton.

"Ya, kalo Kavi sayang sama Papa dan Mama juga sayang sama Papa, terus yang sayang sama Savinna siapa?" tanya Kavi.

"Kan, ada Papa?" jawab Anton dengan begitu percaya dirinya.

"PAPA?!" pekik Kavi dan Rami secara bersama-sama membuat Savinna terkejut dan menoleh ke arah mereka berdua. Ekspresi keduanya pun nyaris sama. Sama-sama mengerutkan dahi mereka seolah sedang marah sambil menatap ke arah Anton.

Anton yang takut mendapat amukan dari keduanya pun langsung meluruskan semuanya, "Papa cuma bercanda lho, jangan dibawa serius. Sayangnya Papa ya cuma buat Mama sama Kavi aja. Kalo untuk Savinna ... tunggu jadi menantu Om dulu ya?"

"Siap, Om!" jawab Savinna disertai dengan kekehan.

Randomnya keluarga Kavi membuat Savinna betah untuk berlama-lama disana. Hingga tanpa sadar, Savinna sudah melewatkan waktu yang cukup lama saking ia terlarut dalam obrolan yang terjadi disana.

Astagfirullah, udah jam berapa ini?! Gue harus pulang!

1
cikuaa
suka banget lanjut trs
call me una
🤩🤩
Rodiyah Tamar Diyah
😘😘😘
Rodiyah Tamar Diyah
😚😚😚
Rodiyah Tamar Diyah
/Wilt//Wilt//Wilt/
cinta cahaya putri
/Rose//Rose/
meltedcheese
likeee
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!