NovelToon NovelToon
Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Bismillah, Aku Ingin Kau Menjadi Adik Maduku

Status: tamat
Genre:Tamat / cintapertama / Poligami / Ibu Pengganti / Pengganti
Popularitas:10.2k
Nilai: 5
Nama Author: Hany Honey

“Apa yang ingin kau katakan, Fe?” tanya Arina.
“Bismillah, aku ingin kau menjadi adik maduku, Rin. Aku mohon menikahlah dengan Mas Rafif,” pinta Felisa..
"Tidak, Fe. Aku tidak bisa!" tolak Arina.
"Aku tidak akan menikah lagi, Fe! Dengan siapa pun itu!" tolak Rafif.
Felisa ingin suaminya menikahi sahabatnya, yang tak lain adalah mantan kekasih suaminya. Namun, Rafif menolaknya. Apa pun keadaan Felisa sekarang, dia tidak mau menikah lagi, meskipun dengan mantan kekasih yang dulu sangat ia cintai.
Namun pada akhirnya, Rafif menyerah, dan dia bersedia menikahi Arina, mantan kekasihnya dulu yang tak lain sahabat Istrinya sekaligus Dokter yang menangani istrinya.
Rafii sudah memberikan semua cinta dan kasih sayangnya hanya untuk Felisa. Cinta itu tetap abadi untuk Felisa, meski pada akhirnya Felisa pergi untuk selamanya. Akankah Rafif bisa mencintai Arina, yang sudah rela mengabdikan dirinya untuk menjadi istrinya sekaligus ibu sambung dari anaknya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hany Honey, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Chapter 18 : Kelahiran Putra Pertama

Arina mengambil jas Putihnya di dalam mobil, dan memakainya, lalu dia menemui dokter yang dulu menangani Felisa, dirinya juga memperkenalkan diri, sebagai dokter yang menangani Felisa sekarang di Jakarta. Keadaan Felisa benar-benar sekarat, dan harus dilakukan tindakan yang serius.

“Dokter Arina, kita harus segera melakukan tindakan, kalau tidak akan membahayakan nyawa pasien,” ucap Dokter Ramlan.

“Iya, Dok. Saya rasa memang harus ambil tindakan sekarang. Bayi di dalam kandungan Bu Felisa sangat kuat, tidak lemah, keadaan Bu Felisa yang drop. Namun, kondisi usia janin akan lahir prematur, kalau harus dilahirkan sekarang,” jelas Arina.

“Mau bagaimana lagi, Dok? Ini adalah tindakan yang tepat, harus segera mengangkat janinnya, dan melakukan operasi pengangkatan rahim juga,” jelas Dokter Ramlan.

“Saya diskusikan dengan suami Bu Felisa dulu, Dok,” ucap Arina.

Arina menemui Rafif yang sedang berada di ruangan Felisa. Felisa masih belum sadarkan diri, Arina mengajak Rafif keluar, untuk membicarakan soal keadaan Arina. Rafif sudah siap dengan segala apa yang akan dilakukan Dokter, asal itu yang terbaik untuk Felisa, dan juga bayinya.

“Bagaimana, Rin?” tanya Rafif.

“Kami terpaksa harus melakukan tindakan, Mas. Janin Felisa harus segera diangkat, kalau tidak akan membahayakan nyawa Felisa, dan nyawa janin juga tentunya. Bayi Felisa sangat kuat, besar kemungkinan akan bertahan meskipun lahir sebelum waktunya. Dan setelah itu, kita akan mengambil tindakan lagi, melakukan operasi pengangkatan rahim Felisa,” jelas Arina.

“Lalukan yang terbaik untuk istriku, Rin. Untuk Felisa,” pinta Rafif dengan menggenggam tangan Arina, lalu menciumnya.

Arina tahu perasaan Rafif saat ini. Dia pun sama khawatir dan takutnya. Ia tidak ingin kehilangan sahabat yang sangat ia sayangi. Sebisa mungkin Arina akan melakukan yang terbaik untuk Felisa.

“Kami semua akan mengusahakan yang terbaik untuk Felisa, Mas. Mas harus kuat, dan bantu Doa yang terbaik untuk Felisa, karena doa yang kuat, doa yang terbaik dari orang yang menyayangi Felisa akan menjadi kekuatan untuk Felisa, terutama kamu, suaminya, Mas,” tutur Arina.

“Iya, Rin, terima kasih. Terima kasih mau berjuang untuk Felisa. Aku percaya kamu,” ucap Rafif.

“Tetap Allah yang menjadi penentu semuanya, Mas. Memohon padanya supaya diberikan kelancaran, diberikan yang terbaik untuk Felisa, aku dan tim dokter lainnya adalah perantara untuk menyembuhkan Felisa. Yang kuat, Mas,” ucap Arina.

“Iya Rin, terima kasih.” Rafif memeluk Arina, menangis di pelukan Arina hingga isakkan tangisnya terdengar di telinga Arina.

Serapuh ini Rafif sekarang. Jika Arina bisa mengobati Arina dan tahu obatnya, mungkin sudah Arina lakukan dari kemarin.

“Yang kuat, Mas. Jangan seperti ini,” ucap Arina dengan mengusap kepala Rafif.

“Aku takut, Rin ... Aku takut sekali, aku belum siap kehilangan Felisa jika terjadi apa-apa nantinya,” ucap Rafif dengan mengeratkan pelukannya pada Felisa.

“Mas, jangan berpikiran macam-macam. Mas harus kuat, mas juga harus menjadi penguat Felisa. Supaya dia juga semangat. Felisa merasakannya, meski dia sedang tidak sadarkan diri, dia merasakan doa yang mas panjatkan. Jadi mas jangan seperti ini, kuat demi Felisa ya, Mas?” Arina merenggakan pelukannya. Ia mengusap air mata Rafif yang sudah membasahi pipinya. “Mas jangan begini, demi Felisa, mas harus kuat. Doakan Felisa supaya operasinya berjalan dengan lancar,” tutur Arina.

“Iya, Rin. Terima kasih. Sudah menjadi kekuatan untuk Felisa dan aku. Lakukan yang terbaik untuk Felisa ya, Rin? Aku mohon,” ucap Rafif.

“Iya, Mas. Itu pasti.” Arina kembali memeluk suaminya. Dia tahu suaminya sangat mencintai Felisa. Dirinya pun sangat menyayangi Felisa. Arina juga harus berusaha keras untuk Felisa. Arina yakin Felisa akan kuat melawan semua rasa sakit yang disebabkan oleh penyakitnya.

“Aku harus bisa menyelamatkan dua nyawa yang sangat berarti bagi Rafif. Ya, Felisa begitu berarti untuk Rafif, juga anak yang ada di dalam kandungan Felisa. Anak yang sudah dinantikan sejak lama, oleh kedua orang tua Rafif, yang katanya akan menjadi penerus trah pesantrennya. Aku harus bisa! Ya Allah, berilah kemudahan untukku, untuk menyelamatkan dua nyawa yang berarti untuk suamiku dan keluarga suamiku,” batin Arina dengan memeluk Rafif.

Arina kembali menemui Dokter Ramlan, dan tim dokter lainnya yang akan bertindak menangani Felisa. Mereka bersiap-siap untuk menjalankan proses operasi pengangkatan janin di kandungan Felisa dan setelah itu pengangkatan rahim Felisa.

^^^

Arina terus memanjatkan doa yang terbaik untuk sahabatnya. Operasi pengangkatan bayi Felisa berjalan lancar. Bayinya masih sangat lemah, karena lahir masih belum waktunya. Namun, ada kemungkinan bayinya kuat, kata dokter yang menanganinya. Hanya saja Felisa yang lemah, tapi Arina dan tim dokter lainnya tetap berusaha melakukan yang terbaik untuk Felisa.

Kondisi Felisa kritis usai melakukan operasi pengangkatan rahim. Felisa masih berada di ruang ICU, dia belum sadarkan diri, keadaannya masih kritis. Sedangkan bayinya lahir dengan keadaan baik, dan sehat, meski lahir dalam keadaan belum cukup usianya. Kondisinya prematur, jadi harus menjalani perawatan intesif dengan pantauan dokter.

Felisa mendampingi Rafif melihat bayinya. Rafif mengadzani bayinya, lalu setelah itu dia keluar dari ruang bayi, dan sekarang hanya bisa melihat dari luar ruang bayi. Bayi laki-laki yang kecil sekali, masih berada di dalam inkubator itu menjadi kekuatan untuk Felisa melawan penyakitnya.

“Kuat ya, Nak? Ummikmu adalah perempuan yang kuat, kamu juga harus menjadi laki-laki yang hebat dan kuat. Doakan ummik, semoga ummik bisa melewati masa kritisnya ya, Nak?” ucap Rafif.

“Dia anak yang kuat, sama seperti ummiknya. Lahir belum cukup usianya, di dalam kandungan selalu berperang dengan obat-obatan yang dikonsumsi Felisa, tapi dia sehat kata dokter, hanya saja memang lemah keadaannya, karena belum saatnya lahir,” terang Arina.

“Terima kasih kamu sudah berjuang untuk orang yang begitu berarti dalam hidupku, Rin,” ucap Rafif.

“Sama-sama, Mas. Ayo kita lihat keadaan Felisa,” ajak Arina.

Arina yakin Felisa akan sembuh, dia akan melalui masa kritisnya. Meskipun itu hal yang mustahil, karena sel kankernya sudah menyebar.

“Pulihkan kembali keadaan sahabatku, Ya Allah. Dia adalah orang yang begitu berarti untuk Rafif,” batin Arina.

Rafif tidak melepasakan genggaman tangannya pada tangan Felisa. Felisa masih memejamkan matanya. Sedangkan Rafif masih terus mengajak bicara Felisa, padahal mata Felis masih terpejam. Rafif yakin Felisa mendengarkan apa yang Rafif katakan.

“Sayang ... anak kita sangat kuat, kamu juga harus kuat, ya?” bisik Rafif.

Arina dari tadi hanya menyeka air matanya, melihat keadaan Felisa yang masih belum ada tanda-tanda lepas dari masa kritisnya.

“Sayang, Mas ke Masjid dulu, ya? Mas belum Salat Isya, kamu harus kuat, kamu harus melihat anak kita, dia lucu, tampan sekali,” ucap Rafif.

“Rin, titip Felisa, ya?”

“Iya, Mas,” jawab Arina.

1
Irmha febyollah
KA novel nya di lanjut apa gak kak. kok udh lama gk update
Nety Dina Andriyani
bagus
Nety Dina Andriyani
lanjut kakakkkkk
afaj
woii jgn lama lama woi anak kalian nangis nungguin woh
Uswatul Khasana
lanjut
afaj
🥵🥵
afaj
iya marahin mak
afaj
🥹🥹🥹🥹
Diyah Pamungkas Sari
pisah aja dulu nikah sm yg mencintai tulus. jengkel aq klo prmpuan cm d jdikan pengasuh. apaan
اختی وحی
knp up lma bnget
uchee
💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼💪🏼 buat up nyaa
afaj
iya takut kan lu wkkwkwkwkw
Irmha febyollah
kk kalo update jgn lama2.
Reny Dwiseptianingsih
kak up nya jangan lama lama donk..kan jadi penasaran jalan critanya😊
Uswatul Khasana
lanjut
Irmha febyollah
tinggal kan sajalah laki2 kek gtu. untuk apa nungguin nya. laki2 kurang bersyukur.
afaj
mla bgt ngelihatnya
uchee
next
afaj
knp ceitra yg atu g ada lg ya
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
afaj: ok mb tp nnt d lanjutkan kan mb ? hehe
total 3 replies
Uswatul Khasana
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!