NovelToon NovelToon
Dunia Itu Sempit

Dunia Itu Sempit

Status: sedang berlangsung
Genre:Dokter Genius
Popularitas:43.9k
Nilai: 5
Nama Author: Windersone

Lima tahun lalu mereka menikah, lima tahun lalu mereka juga bercerai. Divi Taslim, pria itu tidak tahu ibunya telah menekan istrinya–Shanum Azizah meninggalkannya. Kepergian wanita itu meninggalkan luka di hati Divi.

Ternyata, dunia begitu sempit, mereka kembali bertemu setelah lima tahun lamanya. Bukan hanya sekedar bertemu, mereka partner kerja di salah satu rumah sakit.

Bagaimana ceritanya? Mari ke DIS!

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Windersone, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Kamu Harus Merawatku

💐💐💐

Perlahan Medina berjalan masuk dengan tingkah santai setelah melunturkan perasaan dan ekspresi kagetnya. Wanita itu berdiri tepat di hadapan Shanum, di mana wanita itu memainkan jari karena perasaan takut bercampur tegang menghadapi Medina. 

“Kenapa dia di sini?” tanya Medina kepada Divi. 

Perlahan Divi duduk menyandarkan punggung ke kepala tempat tidur. 

“Kamu lupa? Dia sudah meninggalkanmu demi uang dua ratus juta. Uang lebih berharga dibandingkan dirimu,” kata Medina, berusaha menanamkan kebencian di hati Divi untuk Shanum. “Sekarang kamu keluar dan jangan pernah muncul di rumah ini, di hadapan kami,” usir Medina. 

Divi membenamkan perasaan benci yang hampir muncul dengan memejamkan mata dan spontan membuka mata, menatap sang ibu dengan wajah tidak suka karena sikap wanita itu. 

“Dia ke sini hanya untuk mengantar obat, tidak lebih dari itu,” ucap Divi dengan nada penuh penekanan kepada sang ibu. 

“Kamu harus menjaga perasaan Milka, jika dia melihatnya bagaimana? Sekarang dia ada di bawah,” balas Medina, belum puas karena melihat Divi terasa sedikit membela Shanum. 

“Milka tidak tau kalau dia adalah mantan istriku, kan? Jadi, apa yang ditakutkan? Semua yang ada di masa lalu tidak perlu dipikirkan, itu terdengar buruk diikut campurkan dengan masa depan. Mama ajak Milka keluar dulu, dia pasti senang diajak belanja,” suruh Divi dengan tujuan agar tidak ada perdebatan antara Medina dan mantan istrinya itu. 

Dengan kesal Medina meninggalkan kamar itu dengan harapan anaknya itu tidak akan pernah menjalin hubungan dengan Shanum lagi. 

Perkataan yang baru dikeluarkan Divi seketika membuat Shanum sadar kalau pria sudah melupakan perasaan mereka di masa lalu. Shanum tersenyum tipis dengan kepala beberapa kali menganggukkan pelan. 

“Kenapa?” tanya Divi, bingung sambil memperhatikan tingkah Shanum. 

“Obat sudah aku antar. Sekarang saatnya aku kembali ke rumah sakit.” Shanum menoleh ke kiri, ke arah Divi dengan wajah menahan rasa kesal.

“Tunggu!” Divi menggenggam pergelangan tangan kiri Shanum, menghentikan wanita itu yang hendak melangkah meninggalkan kamarnya. 

“Lanjutkan! Bik Mayam, masuk!” suruh Divi kepada Mayam yang sejak beberapa menit lalu menunggu di luar karena tidak enak masuk saat tahu ada perdebatan kecil di antara mereka di kamar itu. 

Mayam masuk bersama baskom dan handuk kecil di tangannya. Wanita itu menaruhnya di atas meja dan keluar dari kamar tersebut dengan menutup pintu kamar. 

“Bukankah di bawah ada calon istrimu? Mengapa bukan dia saja yang Merawatmu? Ini bukan tanggung jawabku karena kita sudah usai sejak lima tahun lalu. Jadi, aku tidak perlu merawatmu,” ucap Shanum dengan kesal sambil melepaskan tangan Divi dari tangannya. 

Shanum memasukkan kedua tangannya ke dalam saku seragam kerjanya dan berjalan keluar dari kamar. 

“Jika kamu masih ingin bekerja di rumah sakit, kamu harus merawatku!” seru Divi, menghentikan langkah kaki Shanum di depan pintu kamar.

“Kamu mengancamku?” tanya Shanum setelah menoleh ke belakang. 

“Gajimu bulan ini aku naikkan dua kali lipat, bagaimana?” tanya Divi, berpikir Shanum  wanita pecinta uang. 

“He.” Shanum mendengkus, tersenyum bodoh. “Benar, di matamu aku hanya menginginkan uangmu. Baiklah, akan aku lakukan.” Shanum kembali memasuki kamar itu dan melakukan apa yang diperintahkan Divi.

***

“Sekarang waktunya aku kembali ke rumah sakit,” ucap Shanum sambil membetulkan posisi jam tangan di pergelangan kirinya dan berdiri dari tepi kasur Divi. 

“Tunggu!” Divi kembali menghentikan langkah Shanum yang hendak meninggalkan kamar itu. 

“Apa lagi?” tanya Shanum dengan nada kesal sambil menoleh ke belakang. 

“Terima kasih,” ucap Divi, mampu merendahkan perasaan kesal Shanum 

Wanita itu mengarah pandangan ke depan dan menghela napas dalam, lalu tersenyum ringan terlihat secara paksa yang diperlihatkan kepada Divi. Kemudian, Shanum melanjutkan perjalanannya meninggalkan kamar itu. 

Di ruang tamu Shanum berpapasan bersama Marta, sang ayah dari mantan suaminya itu. Sejenak ia berhenti untuk menunjukkan senyuman ringan. 

“Kamu di sini?” tanya Marta. 

“Iya … Pa,” balas Shanum, sedikit takut menyebut panggilan itu terhadap Marta. 

Marta manggut-manggut dengan ekspresi datar, tidak terlihat celah wajah tidak suka kepada Shanum dari ekspresi pria paruh baya itu. 

“Bagaimana kabarmu dan anakmu? Papa sudah tau kalau kamu punya anak.” 

“Baik, Pa.” Shanum berbicara lebih santai dari sebelumnya. 

Shanum ingat pernah melihat hasil pemeriksaan kesehatan Marta yang tidak sengaja dilihatnya di ruangan Bian, pria paruh baya itu mengidap gangguan jantung. 

“Papa jaga kesehatan. Ingat kadar gula yang dikonsumsi. Kalau begitu, aku pergi,” pamit Shanum dengan perasaan lega bisa berkomunikasi lebih santai bersama Marta, tidak seperti sebelumnya saat mereka bertemu pertama kalinya di rumah sakit. 

Wanita itu berlalu pergi, meninggalkan Marta masih berdiri diam dengan perasaan sedikit bingung dengan perhatian Shanum, mengapa wanita itu menyuruhnya menjaga kesehatannya? 

“Mungkinkah dia tau kalau aku dalam kondisi kurang baik akhir-akhir ini? Sepertinya dia tidak seburuk yang diceritakan Medina. Entahlah ….” Marta melanjutkan langkah ke kamarnya.

***

Talita ke ruangan istirahat di mana Shanum hendak mengganti seragam kerjanya dengan pakaian biasa. Wanita itu menghentikan tangan yang sudah separuh diangkat ke atas setelah melihat Talita membuka pintu ruangan itu. 

“Segera ke ruangan operasi. Pasien di kamar sepuluh harus segera dioperasi. Ayo,” ajak Talita sambil masuk ke ruangan itu, mengenakan baju operasi, masker, penutup kepala, dan sarung tangan medis. 

Shanum menggunakan hal yang sama, mereka berdua berjalan beriringan dengan langkah cepat menuju ruang operasi di mana dokter baru memasuki ruangan itu.

Kaki Shanum melambat memasuki ruang operasi setelah menyadari dokter yang akan menangani operasi kali ini adalah Divi. Wanita itu khawatir dan cemas mengingat mantan suaminya itu kurang sehat hari ini. 

“Bukannya kamu tidak enak badan?” tanya Shanum. 

“Jangan banyak tanya. Kita mulai,” ucap Divi. 

Lampu merah di atas pintu ruang operasi menyala, menandakan operasi tengah berlangsung. Ketika dokter dan kedua perawat itu berjuang menangani pasien pria itu di meja operasi, beberapa keluarga pasien berdiri tidak tenang di luar ruangan tersebut dengan harapan pria itu bisa diselamatkan. 

Shanum memperhatikan Divi dengan rasa khawatir, takutnya mantan suaminya itu kenapa-napa di tengah operasi berlangsung. Sesekali Hanum melap keringat Divi dan menatap jelas kedua bola mata pria itu yang terlihat dalam kondisi yang tidak sehat. 

“Kamu yakin bisa melanjutkannya? Ini bukan percobaan, kita benar-benar harus berkonsentrasi menangani pasien ini,” kata Shanum dengan suara kecil. 

“Tidak ada dokter lagi, mereka sudah pulang. Fokus saja, jangan meragukan pekerjaanku,” balas Divi sambil memainkan alat medis yang tajam ke bagian dada pria berusia 30-an yang berbaring di meja operasi. 

Shanum diam dan menganggukkan kepala, menaruh rasa percaya dengan kondisi Divi yang mampu melaksanakan operasi sampai menemukan hasil seperti yang mereka harapkan. 

Operasi berlangsung selama dua jam. Tubuh Divi tumbang setelah menjahit bekas sayatan yang dibuatnya di dada pria itu yang menjadi akhir dari operasi. 

“Dokter Divi!” seru Talita, kaget, melihat Divi tidak sadarkan diri. 

Shanum menoleh ke sisi kanan setelah mendengar suara tubuh jatuh bersamaan dengan seruan kaget Talita. Saat itu Shanum tengah fokus merapikan alat-alat medis di atas meja di sisi kiri meja operasi. 

1
Ani Basiati
lanjut jgn lama2 thor
Yuli Purwati
lanjut....
Mariyam Iyam
lanjut
Mas Tista
Luar biasa
Bungatiem
sahnum seneng banget tabrakan dah
aca
namanya Denis apa. riza seh
Ig: Mywindersone: Denis, Kak ... salah tulis.
total 1 replies
S. M yanie
semangat kak
LISA
Siapa y dia
LISA
Apakah Divi mau kembali pd Shanum
LISA
Ceritanya menarik nih
LISA
Aq mampir Kak
Anita Jenius
5 like buatmu ya kak. semangat terus.
Ig: Mywindersone: Terima kasih.🥰
total 1 replies
Anonymous
👍🏼
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!