Sinopsis:
Kemalangan dan nasib buruk selalu datang di kehidupan Genya, seorang gadis 18 tahun yang tidak memiliki apapun. Selain telah kehilangan kedua orang tuanya, dia juga diwariskan sebuah hutang yang sangat besar oleh ayah nya dan diusir oleh bibinya di hari kelulusan nya.
Tapi kehidupannya berubah 180 derajat setelah ia bertemu dengan seorang laki-laki misterius yang bernama Raphael Gin. Seorang lelaki yang datang ke hidupnya Genya, guna menagih hutang yang di miliki ayahnya Genya kepadanya.
Genre: Romantis, Drama, Psychological, Dewasa, Kekerasan
Jangan lupa like jika suka, beri juga kritik dan saran jika ada kekurangan dalam karya pemula ini! Terimakasih...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dayu Mang, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22 Tidak ada tempat tuk kembali
Si nenek tetangga mencoba untuk menenangkan Genya yang histeris tantrum menyalahkan dirinya sendiri.
Genya menyesali tindakannya yang sok berlagak menerima tantangan Sugi yang menyuruhnya untuk minum, padahal dia tidak kuat dengan alkohol.
Jika dia tidak meminum alkohol kedua yang diberikan Sugi, maka kejadian seperti ini tidak akan terjadi.
Andai saja dia pulang seperti biasanya, maka dia akan bisa melihat kakek dan nenek nya itu bangun di pagi hari guna menyiapkan sarapan untuknya.
Atau andai saja Genya pulang dulu sebelum pergi ke kafe pagi tadi, maka mungkin saja dia akan melihat kakek dan nenek yang menolongnya itu baik-baik saja sekarang.
Banyak penyesalan yang Genya keluarkan dari mulutnya itu. Tak lama kemudian Polisi datang bersama dengan si bapak tetangga, anaknya si nenek.
Polisi membawa Genya keluar dan menenangkannya, jasad Sofu dan Baba kemudian di bawa ke rumah sakit untuk di otopsi. Tidak ada tanda-tanda kekerasan di tubuh mereka.
Polisi menduga bahwa itu adalah tindakan bunuh diri dengan cara meminum racun, tapi tidak ada bukti di tempat kejadian tersebut, karena mereka terkapar di lantai begitu saja, tanpa ada benda aneh di dekat mereka.
"Nak, kau bisa ikut kami ke kantor polisi untuk memberikan kesaksian." Kata si polisi yang membawa Genya, nenek tetangga, dan anaknya ke kantor polisi.
......................
Di sisi lain, Raphael kini sudah mendapatkan informasi dari anak buahnya bahwa Sofu Baba telah meninggal dunia.
"Apakah itu benar?" Tanya Raphael tidak percaya.
"Iya Tuan" Sahut anak buahnya sembari memperlihatkan foto jasad Sofu Baba yang mengerikan.
"Waduhh, mereka sangat baik hingga saat mati pun tetap melakukan kebaikan. Bagaimana tidak? Dengan tiadanya mereka, maka Genya akan menjadi milikku seutuhnya. Aku tidak sabar menantikan nya khekhekhe" Raphael terkekeh tertawa begitu mendengar berita meninggalnya Sofu Baba.
"Apa anda akan melakukan sesuatu?" Tanya anak buahnya.
Raphael menggelengkan kepalanya, "Tidak, kita tunggu saja apa yang akan terjadi selanjutnya..."
Anak buahnya itu kemudian pamit meninggalkan Raphael sendirian di balkon rumahnya.
"Apa beliau sudah memiliki suatu rencana?" Gumam anak buahnya Raphael sembari berjalan meninggalkan tempat itu.
......................
Sementara itu di kantor polisi, satu persatu diintrogasi oleh polisi, dimulai dari Genya yang merupakan cucu angkat dari pasangan Sofu Baba.
Genya menceritakan semua hal yang dia ingat, mulai dari dia pergi pekerja di malam harinya, kemudian oleng, menginap di rumahnya Eden, paginya pergi ke kafe, lalu terakhir pulang ke rumah Sofu Baba.
Tidak ada hal yang sampai bolong, Genya menceritakan nya secara detail. Si nenek tetangga dan anaknya juga menceritakan apa yang mereka ketahui, mereka mengatakan jika dari malam Sofu Baba tidak dapat keluar sama sekali.
Polisi mencatat semua cerita mereka, mereka mengumpulkan informasi yang mungkin saja bisa menjadi petunjuk untuk melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Tak lama kemudian, datang dua orang yang mengaku sebagai kerabat jauh nya Sofu Baba, yang meminta hak kepemilikan tanah dan rumah Sofu Baba.
Memang benar, mereka adalah kerabat jauh Sofu Baba yang sudah lama tidak pernah berhubungan, namun sejak tau kematian Sofu Baba baru saja, mereka langsung tancap gas menuju kantor polisi.
Kasus diselesaikan begitu saja, dengan kesimpulan bahwa Sofu Baba bunuh diri dengan cara meminum racun.
Tapi tidak ada yang tau kenapa mereka melakukan itu, karena penyelidikan sudah dihentikan oleh orang yang mengaku sebagai kerabat jauhnya Sofu Baba.
......................
Di sore harinya, jasad Sofu Baba dimakamkan dengan layak. Tidak banyak yang menghadiri acara pemakaman itu, tidak ada yang menangis selain Genya yang tak henti-hentinya menyesali dirinya sendiri.
Sudah sore, para pelayat semuanya sudah pada pulang. Kini Genya masih memeluk makam si nenek sambil bergumam kalau itu adalah kesalahannya.
Kerabat nya Sofu Baba kini mendekati Genya, mereka tau kalau Genya adalah cucu angkat yang tinggal bersama Sofu Baba sejak beberapa minggu yang lalu.
"Apa kamu yang bernama nak Genya?" Tanya seorang laki-laki yang umurnya sekitar 50-an tahun mendekati Genya.
Genya menoleh sambil menghapus air matanya, kemudian dia berdiri membungkuk di hadapan si pria tua itu bersama istrinya.
"Benar, saya adalah Genya" sahut Genya yang masih sesenggukan habis menangis.
"Kau masih tinggal di rumah Sofu Baba?" Tanya pria tua itu lagi. Genya terdiam, dia merasa kalau mereka akan segera mengusirnya dari rumah itu.
"Kenapa anda menanyakan nya?" Tanya Genya.
"Haha bukan apa-apa, hanya saja kami ingin memberitahu agar kau segera pindah dari rumah itu. Karena kami akan menjualnya besok." Kata istri pria itu yang membuat Genya terkejut.
Dia sangat geram begitu mendengar kata-kata mereka yang tak tau malu itu. Pemilik tanah baru saja meninggal, tapi mereka langsung ingin menjualnya besok?
Genya terlihat marah, tapi dia tidak bisa berkata-kata ataupun menolak pasangan suami istri itu.
Karena rumah itu bukanlah hak miliknya, dan dia hanya menumpang untuk sementara saja disana. Jadi sekarang adalah saatnya dia pergi.
"Baik, saya akan pergi malam ini juga." Kata Genya membungkuk.
Pasangan suami istri itu tersenyum puas mendengar jawaban Genya yang sangat mereka harapkan.
Genya berjalan sempoyongan menuju rumah Sofu Baba, dia mengemasi barang-barang dan pakaiannya kembali.
Dengan berat hati dia meninggalkan rumah itu, sambil terus mengucapkan terimakasih dan selamat tinggal.
Dengan menyewa ojek yang ditemuinya di pangkalan, Genya berniat pergi ke bar tempatnya bekerja untuk mengambil ponsel dan tas nya.
Genya berfikir kalau dia bisa sekalian beristirahat disana, walau waktu masih belum menunjukkan pukul 9 malam.
......................
Sesampainya di tujuan, bar masih belum buka karena sekarang masih belum begitu malam.
Genya duduk di depan bar untuk menunggu kedatangan seseorang yang akan membuka pintu masuk tempat itu.
Sudah lama Genya berada di tempat itu, hari sudah larut, namun tidak ada seorang pun yang datang ke tempat itu.
Angin malam berhembus lembut yang membuat bulu kuduk Genya berdiri.
Tempat itu sangat gelap, hanya diterangi oleh lampu kecil sekitar 5 watt.
Genya kembali seperti di saat dia diusir oleh paman dan bibinya, tidak ada tempat yang mau menerimanya, tidak ada tempat yang di tuju, kesepian, dan kedinginan.
Di tengah kesendirian nya disana, Genya sempat berfikir untuk menerima tawaran dari Raphael.
Tapi dia masih ragu, Genya pernah menolak Raphael dengan berkata kalau dia tidak akan menjual dirinya apapun yang terjadi.
Namun sekarang dia terlihat sangat putus asa, dan tidak ada pilihan lain selain mencobanya.
Dari kejauhan, terlihat mobil hitam melaju menuju tempat itu. Genya berdiri, dia berharap kalau orang itu adalah orang yang akan membuka bar itu.
Dan yang benar saja, mobil itu berhenti tepat di depannya Genya. Sorotan lampu mobil membuat Genya merasa silau, dia menghalau cahaya itu dengan tangannya.
Terlihat seorang pria berjas hitam yang terlihat seperti anak buahnya Raphael turun dari dalam mobil. Pria itu berjalan mendekati Genya.
"Hei nak, apa yang kau lakukan disini? Bar sedang tutup sekarang, dan apa-apaan koper besar itu? Apa kau kabur dari rumah?" Tanya pria itu kepada Genya.
"Kenapa barnya tutup?" Tanya Genya.
"Hah, apa kau tidak tau? Sekarang adalah jadwal pertemuan organisasi NTO. Tentu saja Nona Yuka Yuri juga menghadiri acara tersebut, para anak buahnya Tuan juga sedang berpesta sekarang." Kata pria itu dengan bangga mengatakannya kepada Genya.
Mendengar hal itu, membuat Genya semakin yakin untuk menerima tawaran Raphael.
Tidak ada ide lain yang terpikirkan olehnya, sekarang dia sedang berusaha merayu paman itu agar mau mengantarnya ke kediaman Raphael.
/Facepalm//Facepalm//Facepalm/