Rela berkorban demi pujaan hati, Andara meninggalkan keluarganya dan menikah dengan pria pilihannya.
Delapan tahun berlalu, Andara merasa sikap suaminya mulai berubah.
Cinta yang biasa selalu terpancar dari binar mata Andri mulai redup.
Perhatian lelaki itu memang tak berkurang, kasih sayangnya pun demikian, tapi Andara tahu hati suaminya tak lagi sama.
Lantas apa yang akan di perbuat oleh Andara untuk mengembalikan hati sang suami.
Sebenarnya apa yang terjadi pada rumah tangga mereka di 8 tahun pernikahan itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Muhammad Yunus, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Tak sesuai harapan.
"Mama ngapain kesini?" tidak hanya kedatangan Gia yang membuat Andri frustasi, kini ada lagi orang tuanya yang nyelonong di rumah orang tanpa permisi.
Kedatangan mereka justru menambah masalah, semua yang disimpan rapat kini meledak bagai bom waktu yang bersiap untuk menghancurkan Andri.
"Oh, ada besan disini." Ezaz berujar tenang mendekati orang tua Andri. "Sepertinya saya tidak perlu meminta maaf atas apa yang telah saya lakukan kepada Putra sulung anda. Kerusakan yang sekarang dia terima tidak sebanding dengan luka yang didapatkan putri saya."
"Anda sudah keterlaluan!" geram wanita yang telah melahirkan Andri.
"Pa, tolong!!" Andri memelas, berharap papanya mau mengurus mamanya.
Gavin tak dianggap keberadaannya, melihat bagaimana cara Gia bersikap sekarang ini, rasanya wajahnya seperti dilempar kotoran dengan cara yang sangat memalukan.
Dewa mendengkus pelan, segala sikap Andri dan keluarganya tidak mengurangi sakit hatinya atas apa yang terjadi kepada Andara, bahkan saat Andri merangkak memohon maaf dan mencium kakinya, itu tidak akan diberikan.
Mama Andri di tarik keluar oleh suaminya, Ezaz tidak akan marah pada sekuriti rumahnya karena tahu tamu nya kali ini bukan tamu sembarangan, mereka seperti sosok tak berpendidikan dan tentu berprilaku layaknya bin*tang.
Setelah kedua orang tuanya berhasil di keluarkan, Andri kembali merangkak kearah Ayah mertuanya.
"Berhenti! Segera Ceraikan Andara! Membiarkan Andara pergi denganmu adalah kesalahan terbesar di dalam hidup saya! Andara saya besarkan penuh kasih sayang, Saya jaga dia baik-baik kamu mendapatkan putri saya dalam versi terbaiknya, ia melindungi mu dari sikap brengsek mu sendiri, dan apa yang kamu lakukan? Kamu justru menikahi wanita lain. Kenapa kamu tidak menceraikan putriku terlebih dahulu dan baru menikahinya, hah? Alasan berbakti, tidak ingin mengecewakan orang tuamu, kamu membuat anak saya menderita! Kamu pikir saya rela anak saya kamu jadikan keset, hah?"
Andri menggeleng keras, menolak menceraikan Andara.
Gavin melihat betapa besar kasih sayang orang tua perempuan itu untuk putri mereka. dilihat dari sudut manapun sebenarnya kesalahan ada di Andri. Tapi, melihat bagaimana kerasnya tuntutan sang Paman, Gavin tidak bisa menyalahkan sepenuhnya pada Andri, keluarganya turut andil, dan adiknya juga terlibat didalamnya.
"Ayah, Abang, tolong..."
Semua kepala menoleh pada seseorang yang baru berbicara, sementara perempuan yang tergesa-gesa keluar dari kamarnya itu terkejut melihat kehadiran dua orang yang berada di ruang tamunya.
"Mba Ara?" Gia terkejut melihat Andara berada di rumah mertua Andri, Gia juga baru menyadari sosok Farazt yang turut berada di sana.
"Yank, tolong bilang sama ayah, kamu hanya perlu waktu untuk nenangin diri, Mas nggak mau pisah." Andri dengan segala lukanya menyeret diri mendekat pada Andara.
Keterkejutan Gia berlipat ganda.
"Mba, kamu..."
"Gia kamu disini?" berbeda dengan Gia yang tegang setengah mati, Andara dengan tenang menghampiri perempuan berbadan dua itu.
Tadi ketika mendapatkan kabar, Andri berada di rumah mertua istri pertamanya dengan percaya diri Gia menganggap kehadirannya akan membuat mereka minder, rasa sedih seketika menguap, obsesinya kepada Andri membuat Gia berekspektasi begitu tinggi, senyuman terus mengembang di wajah Gia sepanjang perjalanan panjang dari kediamannya ke kediaman mertua Andri. Gia membayangkan Bagaimana manisnya wajah terkejut Andri. Sudah pasti Andri akan senang mendapati dirinya datang menyusulnya, dan melepaskan Andri dari penghinaan yang dilakukan oleh mertuanya. Dia berkhayal akan membuat orang yang telah menghina Andri merasa malu.
Sayangnya, harapan tinggal harapan. Semua bayangan indah yang direncanakan oleh Gia tidak satupun terealisasi, benar dia dapat menemui Andri lagi, tapi sayangnya Andri terkesan menolak kedatangannya dan kini seolah dunia sedang menertawakan Gia begitu fakta mengungkap bahwa orang yang paling dipercayanya beberapa bulan ini yang paling mengerti dirinya ternyata adalah wanita yang kehidupannya begitu Gia inginkan, wanita yang begitu sangat dicintai oleh suaminya. Andara.
Gia tidak bodoh, denga melihat cara Andri menatap Andara, ia tahu wanita itulah yang selama ini menjadi sumber masalahnya, dan lucunya wanita itu juga sumber ketenangan jiwanya.
"Kamu nggak boleh berteriak, itu akan membuatmu kelelahan, ingat orang hamil nggak boleh stress, Gi." suara merdu nan tegas terdengar dari bibir wanita yang dibanggakan selama ini.
Gia harus apa?
Setiap mata nyatanya memandang heran wanita itu. Bukan seperti tatapan untuk nya yang terkesan jengkel, orang-orang menatap Andara dengan tatapan lembut serta heran. Tidak bolehkah Gia merasa cemburu?
Selama ini Andri sosok pria yang baik, meskipun hanya dinikahi secara siri Andri tak melupakan tugasnya sebagai seorang suami, sayangnya perhatian dan kenyamanan yang di dapat dari Andri membuat Gia tak bisa menahan rasa irinya.
Gia tidak ingin hanya sebagai istri siri, dan menjadi bayangan istri pertama Andri, Gia ingin memiliki apa yang dimiliki oleh istri Andri yaitu kedudukan dan pengakuan.
Sekelebat bayangan saat Gia mencurahkan isi hatinya pada Andara membayang di benak Gia.
"Aku itu maunya diakui, nggak jadi istri rahasia terus seperti ini, mba. Aku sudah bosan, padahal jelas-jelas aku juga istri Mas Andri."
"Sabar, Gi, mungkin suamimu butuh waktu untuk berani jujur pada istri pertamanya, bagaimanapun kalian bisa menikah sah jika istri pertama mengizinkan."
Gia kembali pada sepintas ingatannya saat mengajak Andara bertemu.
"Mba ketemuan yuk! Mumpung suamiku lagi pulang ke rumah istri pertamanya."
Gia masih ingat betul saat dia galau karena Andri pulang ke rumah istri pertamanya setelah malamnya mereka sudah berhubungan selayaknya pasangan suami istri, Gia dengan gamblang mencurahkan segala isi hatinya, bahagianya dia saat itu setelah akhirnya Andri memperlakukannya dengan penuh kelembutan. Berjam-jam lamanya Gia menceritakan pada Andara waktu itu. Andara juga terlihat tidak terganggu dengan ceritanya. Siapa yang menyangka jika dibalik ketenangan Andara selama ini, ada luka yang mungkin Andara sembunyikan di balik senyumnya.
"Katakan padaku Mba, jika mba bukan wanita yang ku benci selama ini karena menjadi istri pertama suamiku!" bibir Gia bergetar, tangannya meraih tangan Andara yang bebas.
"Apa yang ingin kamu dengar?" tanya Andara.
"Gia cukup!" Gavin yang sejak tadi diam akhirnya membuka suaranya. "Kita pulang!" tegasnya pada sang adik.
"No, Gavin!" sentak Gia ketika Gavin meraih tangannya.
"Gi..."
"Stop! Aku hanya ingin tahu kebenarannya." Gia membentak keras kakaknya.
Sontak saja teriakan Gia membuat Gavin terkejut. Wajah Gavin yang tadinya lembut seketika jadi garang.
"Kamu mau tau kebenarannya? Biar ku ceritakan semua di rumah, sudah cukup kamu mempermalukan diri sendiri." sentak Gavin tak kalah kerasnya.
Berjam-jam ruang tamu Ezaz penuh dengan teriakan, dari seseorang yang berbeda-beda.
"Apa yang ingin kamu ceritakan? Apa kamu sudah tau jika sahabatku sendiri adalah maduku?"
Kejadian berikutnya tidak ada yang memprediksi, Gia ambruk di dalam pelukan Gavin. Gavin panik bukan kepalang beruntungnya Farazt masih berada di sana.
"Pulanglah bersamanya, Mas. Gia membutuhkan kehadiranmu."
Andri menutup matanya rapat, ucapan Andara seperti pengusiran halus untuknya.
"Dan seperti kata Ayah, segera kirimkan saya surat cerai."
Andri tidak bisa sekedar menjawab ucapan Andara, terlalu menyakitkan untuk Andri jika harus melepaskan Andara.
Andri membalik badannya yang terasa remuk guna menatap wajah Andara yang selama 8 tahun sudah menemaninya.
"Tidak adakah kesempatan untuk mas, Ara?" tanyanya putus asa.
Kali ini Andara yang tidak bereaksi.
Diam Andara diartikan tidak oleh Andri, seketika semangat hidup Andri lenyap. Pria itu meninggalkan kediaman keluarga Ezaz dengan langkah tertatih serta kepala yang tertunduk.
Ternyata kesalahan yang terjadi dalam satu malam bisa menghancurkan hubungan yang sudah tercipta begitu lama. Andri menyesal, tapi waktu tak bisa diputar kembali.
andara msih cinta ya ke andri gmn tidak sedariudah lama brsama jg
wah klo gitu gia keguguran jg disuruh kah
atw memang bukan ank andri itu
wah pnderitaan andri mnumpuk ngidam asam lambung
andara msih cinta nih ke andri