Ima seorang gadis desa yang datang dari kampung ingin mengubah kehidupan keluarganya. Ia bekerja di sebuah mini market sebagi seorang kasir. Disanalah berkenalan dengan seorang pria yang membuatnya jatuh cinta.
Gayung bersambut cinta Ima berbalas. Laki - laki itu ternyata juga menyukai Ima. Hubungan mereka makin hari makin dekat,hingga laki - laki itu melamar Ami menjadi pendamping hidupnya.
Awal menikah hidup Ima berubah,rasanya begitu bahagia karna mendapatkan suami yang begitu perhatian. Tapi bencana itu datang saat ia sudah mempunyai seorang anak,sikap suaminya mulai dingin. Ada apa gerangan yang terjadi? apalagi Ima pernah memergoki suaminya menelpon seorang perempuan dengan kata - kata yang tidak sepantasnya . Apakah suaminya sudah bermain api di belakangnya? Bagaimana kelanjutan rumah tangga Ima dengan suaminya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ima susanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Tak terasa waktu cepat berlalu. Pernikahan Ima dan Bimo sudah hampir berjalan delapan bulan. Bimo yang awalnya sangat memanjakan Ima entah kenapa belakangan ini agak berbeda. Itu terjadi saat Ima tengah mengandung anak pertama mereka.
Ima sempat mendengar kabar jika dikantor mereka kedatangan anak baru. Tapi Ima mencoba berpikir positif,mungkin suaminya banyak pekerjaan akhir - akhir ini.
Mertua Ima sangat perhatian dan menyayangi Ima layaknya anak sendiri. Ima merasa mempunyai orang tau double. Umi dan Abinya tidak mau diajak tinggal di ibu kota mereka memilih menetap di kampung.
Hasil kerja Ima yang dulu,berkat Abi yang pintar mengelola keuangan. Semua uang yang Ima kirim di belikan kebun dan sawah. Dari hasil itulah kedua orang tuanya bisa membangun rumah dan membuka usaha kelontong.
Ima tidak pernah mengatakan kepada Umi dan Abi perihal rumah tangganya. Ia selalu m3ngabarkan jika ia dan suaminya baik - baik saja.
"Assalamualaikum, Umi." ujar Ima saat menghubungi kedua orang tuanya.
"Waalaikumsalam, nak. Kamu apa kabar?"tanya Umi di sebrang sana.
"Alhamdulillah baik Umi, Umi dan Abi apa kabar?"
"Alhamdulillah, baik nak. Gimana kandungan kamu? Kapan perkiraan lahiran?" tanya Umi.
" Alhamdulillah sehat ,Umi. Perkiraan bulan depan Ima lahiran, Umi. Umi jadikan kesini?" harap Ima.
" Insya Allah kalau ga ada halangan Umi dan Abi kesana ya."
"Abi kemana, Mi?" Tanya Ima yang kangen mendengar suara cinta pertamanya.
"Abi sedang melayani pembeli,nak. Kata Abi salam aja. " kekeh Umi.
"Ya sudah,Umi dan Abi sehat - sehat ya disana. Jangan terlalu sibuk kerja,jangan lupa makan."
"Iya,kamu juga sehat - sehat disana. Jaga cucu Umi,salam buat Bimo."
"Baik Umi. Sampai ketemu bulan depan. Assalamualaikum." Ima memutus sambungan telpon dengan berderai air mata. Ia begitu merindukan kedua orang tuanya.
Rasanya ingin ia berbagi keluh kesah dnegan mereka perihal rumah tangganya. Tapi ia tidak mau membebani kedua orang tuanya.
"Non,ada tamu di depan." lamunan Ima terhenti saat si bibik mengatakan bahwa ada tamu di depan.
"Siapa,bik?" tanya Ima.
"Bibik juga ga tau,non. Bibik baru liat perempauan itu." ujar Bibik.
"Ooh ya sudah,biar saya temui dulu. Bibik bikin minum buat tamunya." Ima berjalan pelan kedepan karna perutnya yang sudah semakin membuncit membuatnya agak sedikit kesusahan berjalan.
"Selamat siang,bu Ima." sapa seorang perempuan yang berpakain pas badan memeperlihatkan lekuk tubuhnya dan gunung kembarnya sekan mau keluar karna tidak tertampung.
"Maaf Anda siapa? dan ada perlu apa kemari?" Ima berusaha bersikap sopan.
"Apa saya tidak di persilahkan duduk dulu,bu." ujar perempuan itu tersenyum.
"Ooh iya,silahkan duduk." dengan terpaksa Ima menyuruh perempuan itu duduk.
"Perkenalkan nama saya putri. Maksud kedatangan saya kemari adalah memberi tahu ibu bahwa saya juga tengah mengandung anak dari mas Bimo." ujar perempuan itu santai.
"Maksud kamu apa ya? Apa saya ga salah dengar barusan? " tubuh Ima mulai bergetar karna shock mendengar kabar yang perempuan itu bawa. Apa ini jawaban perubahan sikap suaminya belakangan ini.
"Seperti yang saya katakan tadi bahwa saya tengah mengandung anak dari suami ibu yaitu Bimo. Saya kesini mau meminta pertanggung jawaban dari suami ibu. Awalnya saya tidak mau datang kesini,tapi Bimo menolak. Saya hanya butuh pertanggung jawaban Bimo. " tiba - tiba perempuan itu menangis membuat Ima tidak enak hati. Ia juga perempuan dan tengah hamil juga dan ia paham apa yang perempuan itu rasakan.
Tapi Ima ga boleh gegabah langsung percaya apa yang ia katakan. Bisa perempuan itu ingin menghancurkan rumah tangganya.