Naya wanita cantik yang berumur 27 tahun mendapati dirinya terbangun didunia novel sebagai pemeran tambah yang berakhir tragis. Naya merasuk kedalam tubuh Reka remaja cantik yang berusia 18 tahun. Reka memiliki keluarga yang sangat amat menyayanginya, mereka rela melakukan apapun demi kebahagiaan Reka. Meskipun memiki keluarga yang sangat amat mencintainya sayangnya kisah percintaan Reka tidak berjalan dengan baik. Tunangannya Gazef lebih memilih pemeran utama wanita dan meninggalkan Reka. Reka yang merupakan pemeran tambahan akhirnya menjadi batu pijak untuk kebehagian Gazef dan Rosa, Reka harus mati demi kebahagiaan pemeran utama dalam novel.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon @hartati_tati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 22
Reka sedang mencuci tangannya di wastafel toilet. Cahaya redup dari lampu membuat ruangan terasa tenang. Dari cermin wastafel, dia melihat Rosa memasuki salah satu bilik toilet dengan langkah cemas.
Senyum miring melintas di wajah Reka saat dia mengamati Rosa. Pikirannya mulai melayang-layang pada rencana licik yang sudah direncanakan.
Dengan hati-hati, Reka menyeka tangannya dan melihat Rosa melalui cermin sekali lagi.
Reka mengambil ember yang berisi alat pel lantai dengan gerakan mantap. Dengan wajah yang tak terbaca, dia mengisi ember dengan air dari keran wastafel, kemudian mengaduk alat pel di dalamnya dengan tangan yang kuat hingga air berubah keruh dan kotor.
Setelah yakin dengan hasilnya, Reka menyingkirkan alat pel dan melangkah menuju bilik toilet yang sedang digunakan oleh Rosa. Ketika Rosa keluar dari bilik toilet, Reka tanpa ragu langsung menyiramkan air kotor dari ember ke arahnya, dengan senyum yang licik terukir di wajahnya.
"Oops, maaf ya, tiba-tiba emberku tumpah," goda Reka sambil tertawa rendah, lalu meninggalkan toilet dengan langkah ringan, meninggalkan Rosa yang basah kuyup dan tercengang di tempat.
Reka berdiri di luar toilet, matanya menatap tajam ke sekelilingnya memastikan apakah waktu dan semua yang berada disekitarnya akan berhenti bergerak, namun tidak ada tanda-tanda perubahan.
Setelah beberapa menit terdiam, Reka menghela napas dalam-dalam, menyesuaikan dirinya dengan kenyataan bahwa keadaan tidak ada yang berubah.
Rosa keluar dari toilet dengan tatapan yang penuh kemarahan, matanya menyiratkan kebencian yang tak tersembunyi saat menatap Reka. Namun, Reka hanya membalasnya dengan tatapan santai dan acuh.
"Kenapa kamu melakukan ini, Reka? Apa yang kamu pikirkan?" Rosa melontarkan pertanyaan dengan nada yang penuh kemarahan.
"Santai saja, Rosa. Aku hanya ingin memberikanmu sedikit kejutan. Tidak perlu terlalu
mempermasalahkannya," sahut reka dengan santainya.
Rosa mengepalkan tangannya, ekspresinya penuh dengan kemarahan yang tak terbendung. "Kamu benar-benar keterlaluan, Reka! Bagaimana bisa kamu melakukan sesuatu yang sebusuk ini?"
Reka hanya menggeleng lembut, "Ah, tidak usah terlalu dramatis, Rosa. Hanya sedikit lelucon. Tidak ada yang perlu dipermasalahkan," ucapnya dengan santai.
"Ini tidak lucu, Reka. Kamu telah melampaui batas," sahut Rosa dengan nada yang meninggi karena marah.
Reka hanya tersenyum, seolah tak peduli dengan kemarahan Rosa.
"Mungkin kamu terlalu serius. Aku hanya bercanda," kata Reka dengan santai.
"Aku akan mengadukan perbuatanmu kepada Gazef!" ancam Rosa dengan tatapan marah.
Reka hanya tersenyum sinis. "Ayo, adukan saja. Bagiku, itu hanya akan menjadi hiburan tambahan," ujarnya.
Dengan langkah mantap, Reka mendekati Rosa yang basah kuyup dengan tatapan dingin.
Tanpa ampun, Reka menarik kuat rambut Rosa dan menatapnya dengan tajam.
"Jika kamu ingin mengadu pada Gazef, lakukan saja. Bagiku, itu tidak berarti apa-apa. Seharusnya kamu tahu diri, Rosa. Kamu hanya seorang wanita murahan yang menjalin hubungan dengan pria yang sudah berstatus tunangan orang lain."
Dengan tangan yang gemetar, Rosa mencoba menyingkirkan genggaman Reka dari rambutnya, tetapi Reka memegangnya dengan kuat. Tatapan dingin Reka membuat Rosa merasa seperti terjepit dalam belenggu ketakutan.
"Dengar baik-baik, Rosa," ujar Reka dengan nada tegas. "Kamu berada di posisi yang sangat lemah saat ini. Jangan sekali-kali mencoba mengancamku. Aku bisa membuat hidupmu menjadi neraka."
Reka melepaskan jambakannya dengan kasar, meninggalkan Rosa yang terdiam mematung di tempat. Dengan langkah mantap, Reka berbalik dan berjalan pergi, meninggalkan Rosa yang berdiri terpaku di tempat.
Dalam perjalanannya menuju kelas, Reka merenungkan situasi dengan cermat. Meskipun telah membully pemeran utama, penulis tetap tidak mengubah alur cerita dan tidak memutar cerita kembali ke awal.
Dalam benak Reka, dia meyakini bahwa selama tindakannya tidak membahayakan secara serius atau tidak menyebabkan kematian atau luka parah pada pemeran utama dalam cerita, penulis mungkin akan membiarkannya saja. Namun, Reka juga merenungkan apakah ada cara lain untuk memanipulasi alur cerita tanpa harus menyakiti karakter utama atau merubahnya secara ekstrem.
Reka kembali ke dalam kelas dengan langkah mantap, duduk di kursinya, dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Dia berusaha menenangkan dirinya dan tetap fokus pada pelajaran, meskipun pikirannya masih dipenuhi dengan pertimbangan tentang bagaimana cara memengaruhi alur cerita tanpa menghadapi konsekuensi yang tidak diinginkan.
Lima belas menit berlalu, ketua kelas masuk ke dalam ruang kelas dengan langkah cepat, wajahnya tampak sedikit terburu-buru. "Hai, teman-teman," sambutnya. "Aku punya kabar baik. Jam terakhir kita hari ini kosong karena guru memiliki rapat dadakan. Jadi, kalian semua bebas pulang lebih awal hari ini!"
Sebagian murid bersorak kegembiraan mendengar kabar tersebut. Beberapa mulai mengumpulkan barang-barang mereka, siap untuk pulang lebih awal.
Di tengah kehebohan kelas, Gazef memasuki ruang kelas dengan langkah cepat. Tatapannya langsung tertuju pada Reka, yang duduk dengan santainya sambil membaca buku di bangku.
Gazef dengan gerakan tiba-tiba menggebrak meja Reka, membuat Felly yang sedang asyik membereskan bukunya terkejut dan marah.
"Darn it, Gazef! Apa yang kamu lakukan?!" teriak Felly dengan nada marah, matanya memancarkan kemarahan yang sulit ditahan.
"Apa masalahmu? Mengapa kamu selalu bersikap kasar seperti ini?" desis Felly dengan suara yang keras.
Gazef menatap tajam Reka, wajahnya penuh dengan kemarahan yang sulit ditutupi. "Seharusnya kamu tanyakan pada temanmu, apa yang sudah dia lakukan kepada Rosa," ucap Gazef.
Reka mendongak, menatap Gazef dengan ekspresi yang memancarkan ketidakpedulian. "Memangnya apa yang aku lakukan?" tanya Reka dengan nada acuh.
"Kamu tahu persis apa yang sudah kamu lakukan," ucapnya dengan nada tegas.
Reka membalas tatapan Gazef dengan ekspresi acuh. "Aku tidak melakukan apapun yang kamu maksud," sahutnya dengan nada santai.
Gazef menyilangkan tangannya dengan ekspresi marah. "Jangan berpura-pura tidak tahu, kamu menyiram rosa dengan air pel!" ucapnya dengan suara meninggi.
Reka menggelengkan kepala. "Omo... Benarkah itu, aku lupa," jawab Reka dengan nada santai.
"Kamu beraninya bertingkah tidak tahu apa-apa!" geram Gazef, wajahnya semakin memerah.
"Ya memangnya kenapa, aku hanya melakukan apa yang aku inginkan," kata Reka menjawab dengan acuh.
"Kamu sudah berani melawan perkataan ku!" ucap Gazef semakin geram.
"Apakah aku memiliki alasan untuk takut melawan perkataanmu?" balas Reka dengan nada dingin.
Gazef menatap Reka dengan penuh amarah, bibirnya terkatup rapat.
"Kamu tidak bisa begitu saja mengabaikan perintahku, Reka! Aku tidak akan membiarkan perilaku sembrono seperti itu," ujar Gazef dengan nada kesal.
Reka hanya menggeleng lembut. "Aku tidak peduli dengan kata-katamu, Gazef," sahut Reka.
"Jangan pernah kau ganggu Rosa lagi. Kalau tidak, kau akan merasakan akibatnya," ancam Gazef dengan raut wajah marah.
"Terserah," sahut Reka acuh. "Aku tidak akan terpengaruh oleh ancamanmu."
smngt Thor
semungil itu😭😭😭😭