NovelToon NovelToon
Sebuah Pilihan

Sebuah Pilihan

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia / Dijodohkan Orang Tua / Enemy to Lovers
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: keisar

Hidup Kian berubah drastis setelah kecelakaan tragis yang merenggut nyawa ibu Keira, putri dari sahabat dekat kakeknya. Di tengah keputusasaan, Kian harus menghadapi permintaan terakhir dari ayah Keira yang sedang kritis—sebuah permintaan yang mengguncang hatinya: menikahi Keira dan melindunginya dari segala ancaman yang mengintai. Terjebak di antara janji yang berat dan perasaannya yang masih tak percaya pada cinta karena Stella, mantannya yang mengkhianati.

Kian dihadapkan pada pilihan sulit yang
akan menentukan masa depan mereka berdua. Haruskah ia memenuhi janji terakhir itu atau mengikuti kata hatinya yang masih dibayangi cinta masa lalu? Di tengah kebimbangan dan tekanan dari berbagai pihak, keputusan Kian akan mengubah hidup mereka selamanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon keisar, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jepang

Dua hari telah berlalu sejak Kian memutuskan untuk menerima keputusan Devin. Kini, ia dan Keira berada di bandara, bersiap untuk terbang ke Jepang. Honeymoon. Sebuah kata yang masih terasa asing di telinga Kian, terutama karena perjalanan ini diputuskan bukan atas dasar cinta, melainkan kewajiban.

Di sekitar mereka, keluarga Kian berkumpul, mengantar keberangkatan pasangan muda itu. Devin, kakek yang selalu tegas dan dominan dalam setiap keputusan keluarga, berdiri dengan sikapnya yang khas. Di sebelahnya, Grace, nenek yang penuh kasih sayang, menatap Keira dengan senyum lembut. Ada juga Deren, serta George yang kali ini tidak lagi menjaga Kian

“Jagain istri lu baik-baik, Ian. Jangan bikin kecewa,” ucap Devin, suaranya tegas namun masih tersirat sedikit perhatian.

“Iya, Kek. Tenang aja. Kian pasti jagain Keira sebaik mungkin,” jawab Kian, mencoba menunjukkan keyakinannya meskipun di dalam hati ia masih dihantui oleh banyak keraguan.

Keira, yang berdiri di sampingnya, hanya tersenyum tipis.

Kian menatap Keira sekilas, lalu menghela napas pelan. Perasaan campur aduk mulai merasukinya. Honeymoon yang seharusnya menjadi momen romantis, kini terasa seperti menjalankan sebuah misi, yaitu membahagiakan Keira.

"Bismillah," bisik Kian dalam hati, berharap liburan ini bisa mengubah sesuatu dalam dirinya, atau setidaknya memberi jawaban atas kebingungan yang ia rasakan selama ini.

Berikut adalah penyempurnaan bagian dari bab 16 ini:

Pengumuman dari pengeras suara menggema di seluruh bandara, memberi tahu bahwa penerbangan menuju Jepang dari Indonesia akan segera dimulai.

“Nah, udah sana pergi,” titah Devin, suaranya tegas namun penuh perhatian.

“Hati-hati ya kalian. Kalau ada apa-apa, langsung kabarin kita,” ucap Grace lembut, matanya menatap Keira penuh kasih sayang.

Keira menoleh, berusaha menampilkan senyum tipis meskipun perasaan was-was masih mengganjal di hatinya. “Nenek sama yang lain juga jaga diri ya, Keira nggak mau kehilangan orang lagi,” ucapnya pelan, nada suaranya penuh makna.

Honeymoon ini sebenarnya lebih berat dari yang terlihat. Bukan hanya karena tekanan pernikahan yang belum sepenuhnya ia terima, tapi juga karena bayangan masa lalu terus menghantuinya. Keputusan terakhirnya untuk bepergian ke luar negeri berakhir dengan tragedi; kedua orang tuanya meninggal dalam kecelakaan pesawat, meninggalkan luka yang masih teramat dalam hingga kini.

Setelah memeluk Devin dengan hangat, Keira beralih memeluk Grace. Pelukannya lebih erat, seperti berusaha menahan ketakutannya agar tak terlepas. Keira merasa ada kekosongan yang begitu besar di dalam dirinya, dan ketakutan itu kembali menyeruak.

“Its okay, semuanya akan baik-baik saja, sayang,” bisik Grace lembut di telinga Keira, seolah mengetahui dengan pasti apa yang sedang menghantui pikiran cucunya.

Setelah berpamitan dengan keluarga, Kian dan Keira akhirnya berjalan menuju gerbang keberangkatan, tangan Keira menggenggam koper kecilnya dengan erat, sementara suara pengumuman take-off menggema lagi di latar belakang. Keduanya menaiki pesawat dalam diam, masing-masing tenggelam dalam pikirannya sendiri.

......................

Berikut adalah penyempurnaan bagian dari bab 16 ini:

Setelah beberapa jam perjalanan, Kian dan Keira akhirnya tiba di negeri sakura. Ketika pramugari mengumumkan bahwa penumpang dapat turun dari pesawat, mereka beranjak dengan langkah cepat, rasa semangat dan kecemasan bercampur aduk di dalam diri mereka.

“Selamat datang, tuan dan nyonya,” sapa Shintaro, anak buah Devin yang diutus untuk menjemput mereka, dengan senyuman lebar menghiasi wajahnya.

“Makasih, Shin,” balas Kian, merasa sedikit lega melihat wajah yang familiar di tengah lingkungan baru. Shintaro segera mengambil alih, membimbing mereka keluar dari bandara dengan percaya diri.

Mereka menyusuri lorong yang menghubungkan Narita Internasional Airport dengan stasiun kereta. Udara dingin langsung menyambut mereka, menggigit kulit dengan suhu sekitar tujuh derajat Celsius.

Keira mendekatkan dirinya kepada Kian, mencoba mencari kehangatan meskipun sudah mengenakan sweater tebal. “Dingin banget, ya,” ucapnya, sedikit menggigil.

“Beli tiket dulu,” ucap Shintaro, berhenti di depan sebuah mesin tiket otomatis.

“Oh gitu,” jawab Kian, mengeluarkan beberapa ribu Yen serta kartu khusus kereta. Ia melihat Keira yang masih berusaha menyesuaikan diri dengan suhu yang dingin. “Sabar ya, sayang. Nanti kita cari tempat hangat,” katanya, memberikan senyum untuk menghibur.

Setelah membeli tiket, mereka bertiga melangkah menuju peron kereta, Kian berusaha untuk memberi Keira rasa nyaman di tengah udara yang menusuk.

“Shin, berapa lama lagi kita nunggu kereta?” tanya Kian, melihat sekeliling stasiun yang masih ramai oleh penumpang.

“Setengah jam lagi,” jawab Shintaro singkat, sambil mengecek jam di pergelangan tangannya.

Keira menghela napas panjang, merasa udara dingin semakin menusuk. “Oh God,” keluhnya, tubuhnya mulai menggigil. Meski dulu ia pernah tinggal di Inggris, kali ini cuaca terasa lebih menusuk tulang. Ternyata di Jepang, suhunya lebih ekstrem dari yang ia duga.

Tanpa berpikir panjang, Kian segera memeluk Keira, merapatkan tubuhnya ke dalam pelukan hangatnya. Tangan Keira masuk ke dalam mantel tebal ala orang Eskimo, mencari perlindungan dari dingin yang semakin intens. Beberapa orang di stasiun memperhatikan mereka, terutama Kian, yang dengan pakaiannya tampak agak berbeda dari kebanyakan orang Jepang di sana. Tapi, siapa yang peduli? Pikirnya. Yang terpenting sekarang adalah kenyamanan Keira.

Waktu berlalu perlahan hingga akhirnya kereta yang mereka tunggu tiba. Dengan cepat mereka melangkah masuk, menghindari dingin yang semakin menggigit. Kian dan Keira duduk bersebelahan di kursi yang nyaman, sementara Shintaro duduk di seberang mereka.

Keira tampak mulai kelelahan. Begitu tubuhnya merasakan kehangatan dari sistem pemanas di kereta, ia langsung melemas, matanya setengah tertutup. Kian, yang memperhatikannya, dengan lembut menggenggam tangan istrinya. Keira sedikit terkejut, lalu menoleh ke arah Kian.

“Kenapa, sayang?” tanya Kian, suaranya penuh perhatian.

“Nggak apa-apa kok, cuma ngantuk aja,” jawab Keira sambil tersenyum lemah. Tanpa diminta, Kian menariknya lebih dekat, dan dengan lembut menaruh kepala Keira di pundaknya.

“Tidur aja dulu, biar nanti sampai lu seger lagi,” ucap Kian lembut, membelai rambutnya dengan lembut. Keira mengangguk pelan, lalu menutup matanya, membiarkan dirinya terlelap dalam kehangatan dan keamanan di sisi suaminya.

Setelah memastikan Keira tertidur, Shintaro mulai berbicara pelan pada Kian, tak ingin mengganggu penumpang lain. “Kayaknya kalau Stella lihat ini, dia bakal cemburu berat,” gumamnya sambil tersenyum jahil.

Kian mendengus ringan. “Gimana mau cemburu, orang dia udah milih cowok lain,” jawab Kian datar, namun tetap terdengar ada sedikit kepedihan yang tersembunyi di balik kata-katanya.

Shintaro terdiam sejenak, merasa sedikit bersalah. “Oh, shit,” gumamnya pelan, berusaha untuk mengganti topik. “Jadi, kita mau ke mana dulu nih?”

Shintaro sebenarnya bingung. Devin, yang biasanya memberikan instruksi detail, kali ini hanya berkata singkat, “Jagain Kian. Semua event liburannya, biar dia yang tentuin.”

Kian tersenyum tipis mendengar pertanyaan Shintaro. “Kita mau ke rumah sahabat gua sejak jaman sperma, Tara,” jawabnya sambil tertawa kecil.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!