Dinikahi Dosen Galak

"Ughh!" desah Raditya yang baru saja menurunkan Aida di atas ranjang. "Berat juga, banyak dosanya ya?" kekehnya seraya merapikan anak rambut yang menutupi wajah Aida.

"Ahhhh!!!" teriakan Aida nyaris memecah gendang telinga Raditya.

"Kenapa sih kamu teriak-teriak gitu?"Raditya mengusap telinganya yang sakit.

"Pak Radit ngapain? Hah? Kok Saya ada di kamar? Tadi kan saya ada di kelas. Pak Radit nyulik saya ya?"teriak Aida sambil memeriksa badannya. "Pak Radit ngapain saya?"

Raditya manggaru alis yang tidak gatal. "Jangan ke geer-an kamu. Emang kamu pikir saya ngapain kamu? Coba periksa badan kamu, ada yang sakit nggak? Kan saya udah pernah bilang, kalau sayang ngapa-ngapain kamu, pilihannya cuma dua, rumah sakit atau pincang,"kekehnya.

Aida mendengus kesal lalu mengubah posisi menjadi duduk. "Aman,"gumamnya setelah melihat seluruh pakaian masih melekat di kulit. "Tapi kenapa saya bisa ada di kamar? Pak Radit yang bawa saya pulang?" Ia menatap suaminya lekat.

Raditya mengangkat sebelah alisnya. "Kamu pikir yang bawa kamu siapa? Setan? Ya saya lah yang bawa kamu, saya yang menggendong kamu dari dalam kelas sampai ke mobil, dari mobil sampai ke kamar..."

"Tunggu!"sela Aida. "Dari kampus ke rumah? Berarti teman-teman saya melihat Pak Radit gendong saya dong? Hah?"Aida terhenyak setelah mendengar penjelasan Raditya.

"Ya, mereka pasti melihat kan mereka punya mata,"jawab Raditya santai lalu mengambil kacamata yang tadi dia letakkan ke atas nakas.

Aida masih memikirkan kejadian tadi. "terus gimana dong Pak? Kok pak Radit nekat banget gendong saya dan bahwa saya pulang?"

"Gimana apanya?"tanya Raditya yang masih berdiri di depan Aida.

"Gimana sama teman-teman di kelas? Mereka mikir apa tentang kita? Gimana kalau mereka curiga di antara kita ada hubungan spesial?"tanya Aida dengan wajah khawatir. Dia belum mau pernikahan mereka terbongkar, apalagi dia masih berharap Raditya menceraikannya setelah 3 bulan.

"Biarin aja mereka berspekulasi sesuka hati, toh nggak ngerugiin kita juga,"jawab Raditya santai.

"Kok jawabnya begitu?"kesal Aida. "Pokoknya saya nggak mau teman-teman saya tahu tentang pernikahan kita ini. Saya nggak mau cowok saya tahu kalau saya udah nikah."

Raditya mengacak-ngacak rambut Aida. "Papa dan Mama minta cucu,"ucapnya mengalihkan pembicaraan.

Aida membulatkan kedua mata lebar. "Pak, kok jadi meluber ke mana-mana sih pembahasannya? Kita lagi bahas hubungan kita. Pokoknya saya nggak mau....."

"Kita sudah menikah,"sela Raditya.

Aida menganga, lalu kembali mengatakan. "Jangan bilang kalau Pak Radit mau ingkar janji!"

"Kalau iya, kenapa?"Raditya tersenyum manis lebih manis dari gula.

"Pak! Saya nggak mau menerima Bapak jadi suami saya sampai kapanpun!"tegas Aida.

"Saya tunggu sampai kamu mau menerima saya."Raditya berjalan mendekati pintu lalu membungkukkan tubuh tingginya untuk mengambil bunga dan perhiasan yang dibeli tadi.

Sang dosen kembali mendekati Aida lalu berlutut di depan sang istri yang tengah duduk menggantung kedua kaki ke bawah ranjang.

"Hari ini tepat satu minggu pernikahan kita. Saya tahu kamu belum bisa menerima pernikahan ini. Tapi saya masih tetap berharap kamu tidak akan mempermainkan ikatan sakral ini. Demi orang tua kita,"ucap Raditya sembari memberikan bunga lalu membuka kotak berisi perhiasan mahal.

Aida memalingkan wajahnya, soal pikirannya tetap ada satu keinginan, yaitu bercerai dari Raditya dan menikah dengan Edo.

"Sudah jangan dipikirkan, kamu itu sedang demam. Jangan sampai kondisi kesehatanmu semakin memburuk,"sambung Raditya lalu berdiri. Dia memakaikan kalung berlian ke leher Aida meskipun tanpa izin.

"Percuma Pak Radit membuang-buang waktu untuk membuat saya menerima pernikahan ini, karena saya tetap akan menentang dan saya tetap ingin berpisah dari Pak Radit!"tegas Aida.

Raditya tersenyum. "Cantik, sangat cocok dipakai olehmu."

"Malam ini Papa mengundang kita makan malam di rumahnya, dia ingin membahas sesuatu. Kita akan ke rumah Papa dan Mama,"ucap Raditya masih tak menanggapi ucapan Aida.

Aida memilih diam, karena percuma mengatakan ini dan itu pada Raditya, hanya membuang-buang tenaga dan membuat moodnya semakin hancur.

'Kenapa Pak Radit berubah pikiran? Bukannya dia memberi waktu 3 bulan? Lalu kenapa sekarang dia jadi begini? Apa yang mau dibahas papa nanti malam? Apa ada hubungannya dengan Pak Radit yang berubah pikiran?'gumam Aida dalam hati.

"Saya duluan yang mandi." Ia masuk ke dalam kamar mandi.

Raditya memesan wajahnya berkali-kali. "Apa yang harus aku lakukan? Mengambilnya darimu untuk mengikatmu?"

Pikiran jelek mulai berdatangan, bisa saja dia mengikat Aida dengan cara tidak biasa. Namun, apakah Aida akan memaafkannya atau justru meminta bercerai darinya.

Di luar kamar, Aida tengah memeriksa ponsel suaminya, mencari tahu tentang pembahasan mertuanya, tetapi dia tidak bisa membuka ponsel tersebut.

Aida terdiam. "Foto gue ada di HP Pak Radit,"gumamnya. "Jadi benar kalau Pak Radit udah mulai suka sama gue? Sebesar apa sih cinta dia buat gue sampai dia rela disakitin terus menerus? Dia mau bertahan walaupun gue tolak berkali-kali."

...****************...

"Assalamualaikum. Assalamualaikum, Bu,"ucap Edo sambil menekan bel yang ada di samping pagar. "Da, ini gue. Keluar dong, Sayang."

Sudah hampir puluhan kali ucapan salam keluar dari mulutnya, tetapi tetap tak ada jawaban.

"Assalamualaikum!"ucap Edo.

Suara Edo mengundang tetangga sebelah Aida keluar dari rumahnya. "Maaf Mas, cari siapa?"

"Saya pacarnya Aida, saya lagi nyari dia,"jawab Edo.

"Kayaknya dia nggak ada di rumah deh. Kalau ibunya lagi di rumah sakit nemenin suaminya di sana,"jelas wanita itu.

"Di rumah sakit?"Edo tertegun sejenak.

Drrrttt! Getaran ponsel di saku celananya.

Edo menggangguk. "Makasih, Bu. Saya permisi."

Edo naik ke motor sport lalu melajukan motor itu meninggalkan rumah Aida.

"Sialan! Kenapa lagi si Dio nyerang markas. Apa jangan-jangan, kembalinya gue ke Geng Pandawa udah diketahui semua ketua Geng motor?"gumam Edo yang baru saja mendapatkan informasi dari Alex kalau markas mereka diserang.

Sulit bagi Edo untuk memutuskan kembali ke dunia jalanan, tetapi dia tidak memiliki pilihan lain karena dia membutuhkan uang untuk bisa melamar Aida dan mencukupi ekonomi keluarganya.

"Lo semua mau Edo yang dulu balik lagi? Oke, gue bakal balik lagi seperti dulu atau bisa lebih parah dari Edo di masa lalu,"gumamnya sambil memutar gas sehingga motor sport mewah milik Alex melaju cepat tak terkendali.

CIIITTT!!

Motor berhenti tepat di depan markas Geng Pandawa.

"Brengsek!"teriak Edo langsung memasuki markas menggunakan motornya.

DRRMMMM DRMMMM

Edo memutari ruangan kosong tersebut dan nyaris saja menabrak Dio.

"Gue suka gaya Lo,Do. Asal Lo tahu, gue dan Aldo bakal ancurin Lo sampai akar!"seru Dio sambil tertawa renyah.