NovelToon NovelToon
Kemanapun Aku Pergi, Aku Akan Tetap Kembali Kepadamu

Kemanapun Aku Pergi, Aku Akan Tetap Kembali Kepadamu

Status: sedang berlangsung
Genre:Cintapertama / Anak Kembar / Cinta Seiring Waktu / Romansa / Trauma masa lalu / Enemy to Lovers
Popularitas:8.1k
Nilai: 5
Nama Author: Choi Jaeyi

Terjebak dalam kesalahpahaman di masa lalu, menyebabkan Lauren dan Ethan seperti tengah bermain kejar-kejaran di beberapa tahun hidup mereka. Lauren yang mengira dirinya begitu dibenci Ethan, dan Ethan yang sedari dulu hingga kini tak mengerti akan perasaannya terhadap Lauren. Berbagai macam cara Lauren usahakan untuk memperbaiki kesalahannya di masa lalu, namun berbagai macam cara pula Ethan menghindari itu semua. Hingga sampai pada kejadian-kejadian yang membuat kedua orang itu akhirnya saling mengetahui kebenaran akan kesalahpahaman mereka selama ini.

“Lo bakal balik kan?” Ethan Arkananta.

“Ke mana pun gue pergi, gue bakal tetap balik ke lo.” Lauren Winata.

Bagaimana lika-liku kisah kejar-kejaran Lauren dan Ethan? Apakah pada akhirnya mereka akan bersama? Apakah ada kisah lain yang mengiringi kisah kejar-kejaran mereka?

Mari ikuti cerita ini untuk menjawab rasa penasaran kalian. Selamat membaca dan menikmati. Jangan lupa subscribe untuk tahu setiap kelanjutan ceritanya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Choi Jaeyi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Proyek Bersama Dosen

"Terkait dengan tugas selanjutnya, apakah ada yang ingin ditanyakan lagi?"

Tak ada sahutan beberapa saat, pak Dani memperhatikan seisi kelas yang penghuninya tengah sibuk dengan dunianya masing-masing. Ada yang termenung menatap lembar tugasnya yang bertuliskan 'revisi lagi', ada yang tengah senyum-senyum tak jelas karena tugasnya selamat dari kata revisi, dan ada pula yang sama sekali tak menghiraukan lembar tugasnya, sebab dia harus kembali berpikir keras untuk tugas berikutnya.

Pak Dani sangat memaklumi kelakuan para mahasiswanya itu, dia sama sekali tak protes dengan mereka yang tidak memperhatikan dirinya. Pak Dani memang dosen yang bersikap santai di kelas, apa pun itu kelakuan mahasiswanya dia hanya santai bahkan terkesan tak peduli. Lalu di mana letak killernya pak Dani?

Mungkin sebagian mahasiswa yang pernah menemui dosen model seperti ini akan hapal. Di mana dosen yang bersikap santai di kelas, di bagian pemberian nilainya dosen tersebut sangat tidak santai. Iya, pak Dani ini adalah salah satu dosen yang seperti itu. Buktinya saja dia tak segan-segan memberikan nilai rendah atau revisian yang rumit jika terkait dengan tugas. Padahal jika dilihat-lihat dan diamati, tugas yang selalu pak Dani berikan tidaklah rumit. Tetapi revisiannya nanti yang akan sangat rumit dan para mahasiswanya sering mengeluh akan hal itu. Sebab itulah pak Dani dicap oleh para mahasiswanya sebagai dosen killer.

"Baiklah, kalau tidak ada yang bertanya. Pertemuan hari ini cukup sampai di sini saja," pak Dani kemudian menatap ke arah Chakra. "Ketua kelas. Selain dari saya, apa ada tugas dari dosen lain di kelas ini?"

Chakra berpikir sejenak, kemudian menggelengkan kepalanya. "Tidak ada, pak. Untuk dua minggu ini, hanya bapak yang selalu memberi tugas."

Mendengar jawaban temannya itu, Nathan hampir terkikik. Jawaban Chakra seakan-akan menyindir keras bahwa hanya pak Dani yang sangat rajin memberikan tugas kepada mahasiswanya. Dia sekuat tenaga menahan dirinya agar tidak kelepasan, untung saja saat ini posisinya berada di belakang Chakra.

"Oh, hanya saya toh," jawab pak Dani sambil tangannya bergerak mengambil tas dokumen yang selalu dia bawa jika mengajar. "Kalau begitu, saya ingin kelas ini ikut dalam proyek milik saya nanti."

"Hah? Proyek?"

Pak Dani seketika memelototkan kedua matanya yang tertutup kacamata, karena hampir semua penghuni kelas meneriakkan kedua kata tersebut. Hanya ada beberapa saja yang diam, namun dari ekspresi mereka tak dipungkiri kalau mereka juga sama terkejutnya dengan yang lain.

"Kenapa jadi terkejut semuanya? Saya cuma ngajak kalian ikut proyek, bukan ikut saya berbuat kejahatan."

Memang benar mereka hanya diajak pak Dani untuk ikut serta ke dalam proyek. Tetapi masalahnya, mereka baru mahasiswa semester 3 yang masih belum cukup berpengalaman tentang proyek apa pun. Terlebih ini proyek yang digarap langsung bersama dosen, mereka ragu apakah proyeknya nanti akan berhasil. Tak bisakah pak Dani mengajak mahasiswa angkatan di atas mereka saja, setidaknya para kakak tingkat mempunyai pengalaman lebih terkait proyek-proyek di kampus.

"Saya bisa menebak," pak Dani menghembuskan napasnya. "Pasti kalian takut ikut proyek saya, karena masih mahasiswa semester awal dan belum berpengalaman ikut proyek bersama dosen?"

"Wiiiiih, bapak jago banget nebaknya," seru Nathan antusias. Bahkan sekarang laki-laki itu tak sadar, kini dia sudah bangkit dari kursinya.

"Nathan weh, duduk. Ngapain sampai berdiri gitu," mau tak mau Chakra yang berada di dekatnya harus mengingatkan makhluk tersebut yang kemudian dibalasi cengiran tak jelas.

"Jelas saya tau, karena sebelumnya saya juga mengajak mahasiswa di jurusan desain interior buat ikut juga, dan mereka bilang begitu."

"Trus mereka mau ikutan nggak, pak?" lagi Nathan yang bersuara. Makhluk yang satu ini memang terkesan ceplas-ceplos, bertanya kepada dosennya seperti bertanya kepada temannya sendiri.

"Tentu saja mereka mau."

"Kalo dari jurusan DI bersedia ikut proyeknya bapak. Kenapa bapak ngajak kami lagi buat ikut?" kali ini Lauren yang bertanya. Dia sedikit kebingungan dengan pernyataan dosennya itu, jika sudah ada yang bersedia, kenapa beliau harus repot-repot mengajak mahasiswa di jurusan lain untuk ikut serta?

"Justru itu tujuan saya. Selain memberikan kalian pengalaman pertama tentang proyek bersama dosen, saya juga ingin menumbuhkan rasa kerja sama kalian dengan mahasiswa jurusan lain. Sebutan lainnya, kalian akan kolaborasi bersama mereka di proyek saya ini."

"Kalo misalkan kami nggak bersedia ikut, gimana tuh pak?"

"Tetap harus ikut. Karena proyek ini harus berjalan sesuai dengan perencanaan saya."

"Waduh. Itu mah pemaksaan namanya, pak."

"Nathan bangke, lo nyahut mulu dari tadi," tegur Chakra yang sudah lelah dengan mulut Nathan yang bagai tak memiliki rem itu.

"Biarin, wleee," Nathan menjulurkan lidahnya ke arah laki-laki tersebut.

Sedangkan pak Dani hanya terkekeh mendengar ucapan Nathan, dia sendiri memang sudah hapal dengan sifatnya Nathan, jadi dia tidak mempermasalahkannya sama sekali. "Namanya juga hidup. Terkadang kita harus dipaksakan oleh keadaan, biar bisa lebih berkembang lagi ke depannya."

"Jadi intinya, kita harus ikut proyek bapak ini?" Lauren kembali bertanya.

"Benar sekali", sahut pak Dani sambil menganggukkan kepalanya. "Lalu hari ini juga saya akan menunjuk satu orang dari kelas ini, yang akan menjadi asisten saya nanti. Karena saya membutuhkan dua orang asisten, satu orangnya lagi sudah saya tunjuk. Anggap saja satu orang itu akan menjadi ketua dari kelas masing-masing."

"Harus nunjuk orang lagi?" Yara menyahut karena merasa bingung. "Kenapa nggak sekalian ketua kelas aja yang langsung ditunjuk, pak?"

Pak Dani menggelengkan kepalanya. "Ketua kelas, cukup jadi ketua kelas saja. Saya ingin menunjuk orang lain selain ketua kelas."

"Ribet amat dah," bisik Niken pelan ke Lauren yang sedari tadi memperhatikan pak Dani.

"Kek lo nggak hapal pak Dani aja," balas Lauren dengan ikut berbisik pelan. "Ikutin aja maunya beliau."

"Iyain deh."

"Saya akan menunjuk Lauren Winata sebagai asisten saya nanti."

"Loh loh, pak. Kok langsung nunjuk saya gitu, tanpa nanya dulu saya bersedia atau nggaknya," Lauren langsung protes setelah mendengar pernyataan dosennya itu.

Lagi asik-asiknya membicarakan dosen yang berada di hadapannya itu, Lauren dikejutkan dengan namanya yang tiba-tiba disebut. Menjadi asisten pak Dani? Jangan bercanda, yang benar saja. Selama ini dia sangat malas jika mata kuliah pak Dani tiba, dan sekarang dia harus dihadapkan dengan kenyataan bahwa dirinya ditunjuk langsung oleh dosen tersebut untuk menjadi asisten proyeknya. Musibah macam apa ini.

"Kan sudah saya bilang sebelumnya. Ini sudah saya rencanakan, jadi mau nggak mau kamu harus bersedia jadi asisten saya."

"Bapak ih, kenapa nggak yang lain aja sih," Lauren kembali protes.

"Salahkan hasil tugasmu, yang bikin kamu terpilih jadi asisten saya," ucap pak Dani sambil menunjuk ke lembar kertas yang ada di atas mejanya Lauren

Gadis itu menganga tak percaya, ada apa ini, kenapa tiba-tiba berbicara seperti itu. "Jadi salah saya gitu, karena hasilnya jelek. Kalo emang jelek, kenapa nggak suruh revisi aja pak?"

"Hei, bukan begitu maksud saya," pak Dani kembali terkekeh, lucu baginya melihat respon Lauren. "Saya nggak bilang kalo hasil tugasmu jelek."

"Trus kalo bukan itu maksud bapak, jadinya kenapa?"

"Karena hasil tugasmu yang sangat sesuai dengan konsep proyek saya nanti."

Akhirnya Lauren mengerti, dan teman-teman sekelasnya pun ikut mengerti. Ternyata tugas kali ini sengaja pak Dani berikan, agar beliau dapat melihat hasil tugas siapa yang sesuai dengan proyek yang direncanakan, yang kemudian akan dipilih menjadi asisten beliau.

"Gimana Lauren, bersedia kan?"

"Kata bapak tadi mau nggak mau, saya harus bersedia. Kenapa harus nanya lagi, pak?"

"Bapak cuma mau memastikan saja."

Ingin rasanya Lauren memutar bola matanya malas sebagai respon, tetapi sekarang bukan situasi yang tepat, sebab lawan bicaranya adalah dosennya.

"Trus, satu orangnya lagi siapa pak?" tanya Nathan penasaran.

"Itu, yang mukanya copy an kamu."

"Mampus, jangan bilang kalo-"

"Oh, kembaran saya ya pak?"

"Iya, kembaran kamu. Ethan Arkananta."

Seketika tubuh Lauren lemas di tempat, jika saat ini dia sedang tidak ditahan oleh kursi, mungkin dia sudah terkapar lemah di lantai. Ethan Arkananta? Dari sebanyak mahasiswa jurusan Desain Interior, kenapa harus manusia satu itu yang terpilih. Jika sudah begini, bagaimana Lauren akan menghadapi makhluk tersebut. Berpapasan biasa saja, Lauren hampir tak mampu menghadapinya. Apalagi ini, membayangkannya saja dia tak mampu. Bolehkah Lauren menyerah saja untuk kali ini?

1
Aurora79
Sepertinya si pembuat masalah antara Lauren dan Ethan di masa lalu nih cewek...🙄
Aurora79
HAHAHAHAHAHAHA...Nasib2.., punya kembaran somplak ya, Than? 😂😂😂✌
yeopo yeojaaaa
dih, sape nih. main peluk² aja😏
yeopo yeojaaaa
kok ngena bgt yaa🥺
yeopo yeojaaaa
pukul aja sekalian ren, entar suruh ethan aja nutup matanya pangeran🤣
yeopo yeojaaaa
iiiiii comelnya😭😭
yeopo yeojaaaa
klo gue sih tak tinggal duluan si nathan😭
Anonymous
karakter baru lagi nih thor?
Choi Jaeyi: iyaaap, betul sekali
total 1 replies
Anonymous
malang sekali nasibmu ethan
Aurora79
Jadikan pelajaran, Than... Apa yang dilihat dari luar, belum tentu sama dengan apa yang dialami di dalam. Semua dibutuhkan komunikasi, biar gak salah paham...😁😁😁
Aurora79
Ya, iyalah.... Masa Aib keluarga harus diumbar-umbar? hehehehe
Aurora79: Seharusnya...😁😁
Choi Jaeyi: nah, betul. klo bisa tu disimpan rapet²
total 2 replies
Aurora79
Gimana kamu bisa tahu, Than? Kamunya aja cuek gitu sifatnya...😂😂😂. Aku jadi keinget sama RIO, sahabat masa kecil aku, kak...😁😁😁
Aurora79: Kalau aku udah lost contact sejak menikah. Jadinya gak tau dia dimana sekarang...
Choi Jaeyi: waaaah, kita sama dong punya sahabat masa kecil cowok. klo ak sampe sekarang masih sahabatan kok😂
total 2 replies
Anonymous
mereka berdua tu emang perlu satu org buat menengahi
Anonymous
baru gw mau komen beginii
yeopo yeojaaaa
lu suka sama lauren, atau begimana dah than🤣
yeopo yeojaaaa
baikan brrti yaa. semoga bisa seperti dulu lgi deh🥺
yeopo yeojaaaa
mana bisa begitu, ren. minimal berantem kek dulu, keluarin unek² lo kek dulu sama ni cowok. masa semudah itu😭
yeopo yeojaaaa
klo gue sih pikir² dulu mau maafin lo atau nggk😏
yeopo yeojaaaa
gatal ih, pengen nempeleng Ethan. boleh kan thor, bego bgt sih😭😭
yeopo yeojaaaa
ren, sumpah. lo baik bgt siii jdi manusia😭😭
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!