NovelToon NovelToon
My Teacher My Husband

My Teacher My Husband

Status: sedang berlangsung
Genre:cintapertama / Beda Usia
Popularitas:9.4k
Nilai: 5
Nama Author: Kaikia

Azzalea menyukai gurunya, Pak Dimas. Namun, pria itu menolaknya, bagaimana bisa?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kaikia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Part 22

Udara yang dingin terkadang membuat beberapa orang akan mudah terlelap, terutama dalam keadaan lelah. Gadis itu kini tidak bersuara lagi. Matanya tertutup rapat. Duduk bersandar dengan nyaman di bahu tegap sang guru yang masih terjaga.

Malam terasa panjang jika dirasakan dalam keadaan hening. Dimas hanya diam, menikmati suasana tenang ini dengan iringan suara serangga-serangga di hutan lebat itu.

Sesekali ia memastikan bahwa sang gadis tidak terusik dari tidur dengan beberapa pergerakan kecilnya. Ia telah menyalakan api unggun yang dapat menghangatkan tubuh keduanya.

Gadis itu terlelap dengan nyenyak dan nyaman, seakan tidur di atas kasur. Ia mengakui sifat berani dan kuat sang murid dari dulu. Tapi, dibalik aktif dan periangnya sang murid, ada luka yang dialami begitu mendalam hingga membuat sang murid tidak ingin orang-orang tahu perihal rapuhnya dia.

Dimas melirik jam yang melingkar gagah di lengan kirinya. Jam menunjukkan pukul dua dini hari. Udara yang semakin dingin membuat perutnya ikut beraksi. Mereka juga belum menyerap makanan apa pun.

Dimas mengubah posisi. Ia meletakkan sang gadis dengan lembut agar bisa berbaring di atas kursi kayu panjang itu agar nyaman. Ia meletakkan handuk kecil yang ia bawa sebagai bantalan kepala sang gadis agar tidak terasa sakit.

Api unggun juga mulai meredup, ia mulai memperbaiki api tersebut. Ia memeriksa persediannya. Untungnya, ada sebungkus mie cup instan dan roti yang ia bawa begitu juga dengan peralatan masak darurat yang sederhana. Ia mulai memasak air untuk membuat mie instan tersebut.

***

Azzalea mendengus. Mencium aroma harum dalam keadaan mata tertutup. Perutnya bereaksi akibat aroma itu. Ia membuka mata, mendapati dirinya sudah terbaring penuh di atas bangku kayu. Ia menoleh, mencari keberadaaan sang guru. Ia tersenyum saat mendapati sang guru sedang duduk didekat api unggun dan membelakanginya.

Ia bangun dan mendudukkan diri, hal itu membuat sang guru menoleh.

“Apa saya mengganggu tidur kamu?” tanya Pak Dimas lembut.

“Tidak, Pak”

“Mau mie?” tawar Pak Dimas.

Azzalea menggangguk cepat, ia telah melewatkan waktu makan malam di dalam hutan tersebut.

Pak Dimas menggangkat teko air dari atas api lalu menuangkannya ke mie cup itu. Lalu membawakannya pada Azzalea. Ia menerima dengan bahagia. Ia dapat menghangatkan kedua telapak tangannya lagi dengan hawa panas yang menyebar di cup tersebut.

Aroma mie itu benar-benar menggoda, tanpa ragu ia menyantapnya. Pak Dimas duduk didekatnya, mengunyah roti cokelat dan sesekali meyeruput teh hangat.

“Pak Dimas mau mie?”

“Tidak. Kamu makan aja”

Azzalea menggeleng. “Kita bisa berbagi, Pak”

Ia menyodorkan sesendok mie itu kepada sang guru. Awalnya pria itu menolak, namun Azzalea tetap menyodorkannya. Akhirnya sang guru mau menerima suapannya. Mereka saling berbagi.

“Apa pekerjaan Pak Dimas selalu seperti ini? Mencari sample suara hingga ke hutan?”

“Tidak juga. Ini kedua kalinya saya melakukan kerja lapangan. Biasanya ada tim khusus yang langsung ke lapangan. Tapi, karena bertepatan dengan hari libur, saya mengajukan diri untuk ikut”

Azzalea mengangguk. “Apa nama studio rekaman Pak Dimas? Saya ingin mendengarkannya”

Pak Dimas terlihat malu. “Tidak begitu terkenal”

“Tidak apa-apa. Saya hanya ingin mendengar suara Pak Dimas. Mana tahu saya juga bisa ikut mempromosikannya”

“Nanti saya kirim linknya”

“Oke”

Mie instan itu telah habis disantap.

“Mau teh?”

“Boleh”

Pak Dimas hendak bangkit. Lalu ditahan oleh tangan Azzalea.

“Yang dicangkir Pak Dimas aja. Saya minum dikit”

“Ini bekas saya”

Tanpa butuh persetujuan, ia mengambil alih cangkir dari tutup termos itu. “Gak papa, Pak. Saya udah biasa berbagi dengan Pak Dimas”

Ia menyeruput teh yang terasa menghangatkan tubuhnya. Pak Dimas memperbaiki api unggun kembali.

“Tidurlah. Malam masih panjang” perintah sang guru yang terdengar seperti mantra tidur bagi Azzalea.

***

Mentari pagi akhirnya muncul. Tetesan embun pagi mulai berjatuhan diantara dedaunan hijau. Ia dan Pak Dimas sudah bergerak sejak tadi dari tempat mereka berteduh semalaman. Mereka akhirnya keluar dari jalan setapak yang Azzalea arahkan, memudahkan mereka cepat sampai.

“Pak Dimas, sebentar” ucapnya membuat sang guru berhenti melangkah.

Azzalea memeriksa semak-semak sekitar. Ia menyembunyikan sepeda tua itu kemarin diantara semak-semak. Ia mendapatkannya.

“Kamu naik sepeda kesini?”

“Iya, Pak. Kemarin saya jalan-jalan sore”

Tanpa banyak omong. Pak Dimas mengambil alih sepeda itu yang dapat membawa dua orang.

“Ayo naik”

Azzalea tersenyum menaiki sepedanya. Ia duduk miring dibelakang.

“Pegangan”

Ia langsung memegang area pinggang sang guru sebagai pegangannya. Sepeda itu mulai di ayun. Azzalea menikmati memon menyenangkan tersebut.

Udara pagi yang begitu segar, kicauan burung menyambut pagi yang indah. Beberapa pejalan kaki terlihat di pinggiran jalan, mereka hendak pergi ke kebun. Pekerjaan penduduk sekitar ialah petani, baik sawah mau pun tanaman lainnya.

Tidak butuh waktu lama, mereka akhirnya sampai di halaman depan rumah nenek Azzalea. Gadis itu turun dari sepeda, begitu juga dengan sang guru.

“Bawa aja sepedanya, Pak Dimas” ucap Azzalea.

“Lagian, Pak Dimas juga udah lelah berjalan. Naik sepeda setidaknya meringankan jalan Pak Dimas”

“Baiklah. Saya ikut kata kamu” ujar Pak Dimas mengambil alih kembali sepeda tersebut.

“Pak Dimas, mau singgah sebentar?”

Pak Dimas menggeleng. “Tidak perlu. Kamu istirahat saja setelah ini. Orang rumah pasti mengkhawatirkan kamu”

Azzalea mendengarkan intruksi sang guru. Sebelum ia pergi masuk, ia kembali menoleh. “Pak Dimas.. Boleh saya nanti ke vila?”

Pak Dimas diam menatap lembut Azzalea. “Biar saya jemput kamu nanti sore”

Azzalea tersenyum senang. “Sampai jumpa nanti, Pak Dimas” ucapnya melambaikan tangan lalu beranjak pergi, begitu juga dengan Pak Dimas.

***

1
Kia Kai
/Coffee//Cake/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!