Suamiku, Tolong Balas Cintaku!

Di dalam kamar Luna, mendengarkan musik sambil menggambar ... Agar fikirannya jernih, tak lupa juga di temani camilan yang dia beli saat di pinggir jalan saat pulang dari bekerja. Sedangkan di luar kamarnya, ada seseorang yang menunggu untuk di bukakan pintu, ketukan dan panggilannya sulit di dengar oleh Luna.

Ketika music di ponsel Luna Ter jeda untuk mengganti ke lagi selanjutnya, Luna sadar jika ada yang mengetuk pintu kamarnya.

Luna memutar bola matanya malas, lalu mau tidak mau berjalan untuk membuka pintu kamar, Apa sebenarnya yang dia inginkan saat ini!!!! Batin Luna.

*Pintu di buka.

Tampak Dio yang berdiri dengan piyama tidurnya.

"Kenapa?"

"Tadi Kinan datang tanpa di undang."

"Hah?"

"Sudah, aku hanya ingin mengatakan itu saja, tutup kembali pintunya." Ucap Dio yang terlihat kikuk, lalu masuk kembali ke dalam kamarnya.

Luna mengerenyitkan dahinya, sedikit heran, apa maksud Dio berkata seperti itu.

"Ngigo mungkin dia." Ucap Luna dan menutup pintu kamarnya kembali.

Di dalam kamar Dio.

Mauryn, aku mencintai wanita lain. Ketika dia tidak ada di dekatku aku merasa gelisah, aku ingin mengatakan padanya, tapi ... Bayangmu selalu ada saat keinginan itu muncul. Apa kamu marah? Bolehkah aku menjalani hidup dengan normal tanpa bayanganmu? Datanglah ke mimpiku. Dio berbicara di dalam hati sambil memandang wallpaper ponselnya yang menampilkan foto dirinya dan Mauryn.

***

Pagi hari.

Luna sudah bersiap sebelum Dio keluar dari kamarnya.

Ketika akan keluar dari apartemen Luna di kagetkan oleh Ervina yang akan menekan bel pintu.

"Eh ... Mama," Luna mencium punggung tangan Ervina.

"Dio mana?" Tanya Ervina ketus.

"Di dalam ma, silahkan masuk. Luna pamit berangkat lebih dulu."

Tanpa tanggapan apapun Ervina masuk lalu menutup pintu dengan wajah masamnya.

Masih pagi padahal, problematik sekali wajah ibu mertuaku. Batin Luna.

Ervina melihat ke sekeliling ruangan, Dio belum menampakkan dirinya, Wanita paruh baya itu memilih untuk duduk menunggu di sofa.

Setelah 15 menit Ervina menunggu, Dio akhirnya keluar kamar ... pria itu tidak mengetahui jika ibunya menunggu sedari tadi, "Mama?" Ucapnya saat melihat Ervina tengah duduk di sofa nya.

Ervina berdiri lalu berjalan menghampiri Dio, "Maksud kamu apa kemarin usir Kinan dari kantor? Dia sudah berbaik hati ingin mengajak kamu makan siang bersama."

"Mama kesini hanya untuk membahas wanita itu?"

"Mau kamu apa sebenarnya Dio, dari awal mama tahu kamu tidak menerima pernikahan ini, sebisa mungkin mama mencari ganti yang sepadan dengan keluarga kita dan posisi kamu sebagai CEO perusahaan, bukan tukang jahit seperti Luna."

"Dia designer, bukan tukang jahit." Ucap Dio sambil menuangkan segelas air di gelas, untuk meredam sedikit panas di dalam tubuhnya pagi ini.

"Apalah itu terserah! Lalu bagaimana tentang perkataan kamu yang akan membuat Luna meminta cerai lebih dulu? Apa kamu lupa tujuan kamu?" Tanya Ervina sambil melipat kedua tangan di atas perutnya.

"Tapi aku tidak pernah bicara akan menjalani hubungan dengan Kinan, tidak ada draft seperti itu di kamus hidupku."

"Intinya Kinan sudah paling pas buat keluarga kita dan kamu, papa pasti setuju jika kamu jujur menyukai Kinan, dan menyudahi pernikahan kamu dengan Luna yang kamu jalani selama ini dengan terpaksa, mama papa hanya ingin kamu bahagia."

"Maksudnya mama yang bahagia? Jangan terbuai dengan bujuk rayu wanita itu, aku sangat tahu dia seperti apa."

"Lalu kenapa selama ini kamu seolah setuju, jika Kinan berdekatan dengan kamu? Bahkan di hadapan Luna sekalipun."

Untuk pertanyaan kali ini Dio tidak menjawab, pria itu hanya diam menatap jendela apartemen yang menampilkan gedung-gedung tinggi di hadapannya.

"Ada lagi hal penting yang ingin di bicarakan? Aku mau pergi bekerja." Ucap Dio yang berjalan akan meninggalkan apartemen, mau tidak mau Ervina pun mengikuti langkah kaki Dio.

"Bersikap baiklah pada Kinan, dia masih gadis, dan rela menunggu kamu untuk bercerai dengan Luna, Papanya orang nomor satu pada perusahaan tambang terbesar di negara kita, kamu fikirkan itu Dio."

Dio mengabaikan semua ocehan Ervina, sifat Dio dan papa nya sama ... Tidak pernah gila akan harta dan jabatan.

Saat Mauryn meninggal, Dio yang berubah menjadi ambisius dan arogan saat bekerja, pada akhirnya sedikit berubah karena bertemu dengan Luna, walau belum signifikan ... Tapi perubahannya jelas terlihat dan di rasakan oleh para karyawannya.

Ervina memandang mobil Dio yang melewati dirinya begitu saja,

Kenapa Dio jadi kacau seperti ini. Kesal Ervina.

***

Dio berhenti tepat di depan butik Luna, memandang mobil Luna yang terparkir disana membuatnya sedikit tenang.

Tepat dibelakang mobil Dio, tampak sebuah mobil membunyikan klakson berkali kali. "Kak Vian? ngapain dia." Ucap Dio yang melihat Vian keluar dari mobil dan menghampirinya.

"Dio masuklah ke butik jika ingin berkunjung, Tidak boleh berhenti di bahu jalan, itu akan menganggu pengendara lain." Ucap Vian yang menghampiri Dio pada jendela mobilnya.

"Ada apa pagi-pagi begini sudah disini? Seperti ada kepentingan saja." Ucap Dio meremehkan Vian, karena yang Dio tahu setelah lulus pendidikan s2, kakaknya itu belum mempunyai pekerjaan.

Karena dia selalu menolak pekerjaan yang Latif tawarkan.

"Aku hanya mengantar Aldo, teman Luna ..." Ucap Vian sambil tersenyum.

"Aldo?"

"Iya, Aldo ... Model profesional untuk design pakaian luna."

Hm model tengik. Ucap Dio dalam hati.

Entah ada dorongan apa, Dio memarkirkan mobilnya tepat di samping mobil Luna, kejadian ini sangat mendadak ... tujuan awal adalah memastikan luna bekerja atau tidak, karena sedari pagi Dio tidak melihat istrinya itu.

Aldo keluar terlebih dulu, Pria itu menggunakan setelan celana dan sweater yang pernah Dio lihat di butiknya Luna tempo hari kemarin.

Bajunya terlihat murahan bila dipakai si model tengik itu. Dio mengumpat di dalam hatinya.

"Ayo Aldo, Dio ... Tidak usah saling pandang seperti itu, sudah seperti orang jatuh cinta saja kalian." Ledek Vian lalu masuk lebih dulu ke dalam butik.

"Gila kamu vian!" Ucap Aldo yang terlihat kesal.

"Sebaiknya jika tujuanmu mengacau disini, urungkan saat ini juga. Aku tidak akan memberimu ampun seperti malam kemarin." Bisik Aldo pada Dio.

Dio seketika menghentikan langkahnya, "Memberiku ampun? tidak salah?" Ucap Dio yang makin menantang dan mendekatkan tubuhnya pada Aldo.

Aldo memejamkan matanya dan menghela nafas, Pria itu berjalan meninggalkan Dio yang sedang menggebu gebu.

Kalau aku lawan b4j!ng4N ini sekarang juga, Luna pasti akan malu karena keributan yang terjadi di depan butiknya.

Di dalam butik.

"Lunaaaaaa... " Sapa Vian, saat melihat Luna sedang mengecek setiap baju yang terpasang di mannequinnya.

"Hai calon asistenku, Datang di saat yang tepat, aku ingin mengajarimu hal basic tentang dunia design."

"Ng ... Tapi tidak hari ini, lihat aku membawa siapa." Ucap Vian yang menunjuk pintu masuk butik Luna, menampilkan dua pria yang sedang berjalan menuju dalam butik.

"Dio, Aldo? Ada masalah apalagi mereka?" Gumam Luna