Luna Olivia, seorang mahasiswi semester akhir yang memiliki sifat bar-bar harus menerima kala dirinya dijodohkan karena balas budi Ayahnya.
Bara Adi Wijaya, seorang Ceo Casanova yang tidak ingin mempunyai komitmen dengan wanita, tetapi malah dijodohkan dengan orang tua nya.
***
Bagaimana jadinya jika seorang Ceo Casanova di jodohkan dengan gadis tengil yang bar bar?
Apakah mereka bisa bersatu dan saling menerima ?
Atau malah sebalik nya, mereka tidak akan bisa bersatu karena perbedaan yang ada ?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ekadewi01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 30. Awal Yang Baik
Adzan subuh sudah berkumandang membangunkan para insan yang masih terlelap dalam tidurnya.
Luna memindahkan tangan suaminya yang melingkar di perutnya, karena Bara tidur memeluk dirinya layaknya sebuah guling.
Gadis cantik itu langsung masuk ke kamar mandi untuk bersih-bersih. Selesai mandi dan berwudhu, Luna keluar berjalan ke karpet bulu yang berada di samping tempat tidur yang di peruntukkan untuknya shalat.
Luna menggelar sajadah dan memakai mukenanya lalu memulai perintah Tuhan sebagai umat muslim.
Assalamualaikum warahmatullahi
Selesai salam, ia tidak langsung bangun melainkan memanjatkan doa kepada sang pencipta dan berkeluh kesah kepadaNya.
"Ya Allah... Jika memang Bara jodoh yang terbaik untukku, maka bimbinglah dia agar bisa menjadi imam yang baik dan bisa berubah menjadi priadi yang lebih baik lagi. Ridhoilah rumah tangga kami, karena sesungguhnya engkaulah yang menentukan segalanya. Kuserahkan dan kupasrahkan hidup dan matiku kepadaMu."
Tanpa Luna sadari, saat ia memanjatkan doa, Bara sudah bangun dan mendengar semua doa yang ia panjatkan.
Bara pura-pura tertidur saat istrinya sedang shalat dan berdoa. Sungguh dia merasa tertampar dengan doa yang di panjatkan Luna.
Pria tampan itu merasa malu kepada istrinya. Selama ini Bara jauh dari TuhanNya dan melupakan kewajibannya sebagai umat muslim.
Dosa yang dia perbuat sudah tidak terhitung lagi, apakah bisa Tuhan mengampuninya yang berlumuran dosa ini.
Selesai shalat Luna turun ke bawah membantu Bundanya memasak.
Karena di mansion Nugroho untuk urusan masak memasak masih Bunda yang menghandle nya. Bunda yang hobi memasak itu selalu ingin memasak dan menyajikan kebutuhan perut anggota keluarganya sendiri.
Mungkin dari sanalah bakat memasak Luna hadir, karena Bunda yang gemar memasak.
"Pagi, Bun," sapa Luna saat memasuki dapur.
"Pagi, Nak. Kamu udah turun aja, memangnya suami kamu belum bangun?" tanya Bunda.
"Belum, Bun. Bara nasih tidur, Luna bantu apa nih?"
"Kamu goreng ayam aja, ya!" titah Bunda.
Pagi ini Bunda Desi memasak capcay sayur, ayam goreng dan perkedel kentang saja untuk sarapan.
Mereka semua terbiasa makan-makanan berat saat sarapan, jadi Luna juga sudah biasa makan-makanan berat saat sarapan.
"Okay, Bun." Jawab Luna lalu menggoreng ayam dengan hati-hati agar tidak meletup.
Setengah jam Luna membantu Bundanya memasak, kemudian ia kembali ke kamarnya mengecek suaminya.
Waktu menunjukan pukul setengah tujuh pagi dan ternyata Bara sudah rapih dengan setelan kantornya yang sudah dia bawa kemarin.
"Morning, Honey," sapa Bara saat Luna masuk kedalam kamar.
"Udah bangun ternyata, aku siap-siap dulu." Luna sudah membiasakan dirinya dengan sebutan aku dan kamu saat bersama dengan suaminya.
"Iya, aku tunggu sini." Jawab Bara lalu duduk di sofa memainkan ponselnya.
Sepuluh menit bersiap, Luna keluar dari walk in closet sudah rapih menggunakan setelan kantornya.
"Om, eh By. Kita ke kantor pake motor gitu?" tanya Luna memastikan karena saat ini dia sedang memakai rok jadi sulit kalau harus naik motor.
"Di jemput Kenan nanti, masa iya naik motor sementara kamu udah pakai rok gitu." Jawab Bara memandang istri cantik nya.
"Oh, ya udah. Ayok turun yang lain pasti udah pada nunggu."
Bara menggandeng tangan istrinya berjalan menuruni tangga. Setelah sampai di meja makan, pemuda tampan itu menarik kursi untuk istrinya duduk.
"Makasih, By."
Sontak pemandangan itu membuat Bunda dan Kenzo tercengang. Pasalnya Bara selama ini terlihat sangat cuek, tetapi hari ini pemuda itu sangat perhatian kepada istrinya.
Sementara Ayah hanya tersenyum melihat pemandangan yang tersaji dihadapan nya. Dapat ia tebak, kalau menantunya sudah mengungkapkan perasannya kepada sang putri.
Mereka semua memulai sarapan dan Luna juga melayani suaminya dengan baik. Bara tersenyum melihat sang istri yang melayani nya dengan sangat baik, ternyata punya istri itu sangat menyenangkan.
Mau apapun ada yang melayani dan tidur pun ada yang menemani. Tetapi, masih ada satu tugas Bara yaitu membuat sang istri juga mencintainya.
"Makasih, Honey." Ujar Bara setelah Luna menyerahkan piring yang sudah terisi dengan nadi beserta lauknya.
Lagi-lagi mereka semua tercengang dengan tingkah laku Bara pagi ini. Apa ada kemajuan dengan hubungan suami istri itu.
"Ayok, di makan!" titah sang kepala keluarga.
Mereka semua makan dengan hening terutama Kenzo yang hanya diam saja, dia belum mempercayai kakak iparnya itu. Hanya satu yang dia takutan, yaitu Bara menyakiti kakaknya.
Selesai sarapan semuanya pamit kepada Bunda untuk berangkat beraktivitas. Kenzo terpaksa menyalami punggung tangan kakak iparnya atas perintah Bundanya setelah itu berangkat ke sekolah.
Bara tidak mempermasalahkan sikap adik iparnya yang begitu dingin kepadanya. Dia memaklumi itu hanya ketakutan seorang adik kepada kakaknya.
Ayah juga sudah berpamitan pergi ke kantor, sedangkan Luna dan Bara baru saja masuk kedalam mobil Kenan.
"Wih, keknya gue ketinggalan berita nih. Ada apa sama kalian berdua?" tanya Kenan melihat Bara dan Luna tampak dekat.
"Kepo lo, Bangke!" celetuk Luna.
"Ya elah, Lun, cerita ngapah bikin gue penasaran aja." sambung Kenan melirik kearah kaca melihat Bara dan juga Luna dari pantulan kaca.
"Nyetir yang bener!" titah Bara kepada asisten sekaligus sepupunya itu.
"Siap, Boss."
Setelah menempuh perjalanan sekitar 20 menit, akhirnya mobil yang di kendarai Kenan tiba di kantor.
Bara keluar terlebih dahulu lalu membukakan pintu untuk istrinya.
"Makasih, By."
"Everything for you, Honey." Bara menjawab ucapan terimakasih istrinya.
"What? Honey, By. Sumpah ya gue sampe speechless. Gue ketinggalan berita menggemparkan ini." Kenan shock tetapi juga senang.
Mereka berdua masuk tanpa memperdulikan keterkejutan Kenan.
Gue harap lo bahagia sama Luna, Bar. ucap Kenan dalam hati.
Kenan menyusul pasangan suami istri itu masuk kedalam kantor.
Di lobby Devan dan Ajeng melihat Luna yang sedang berjalan dengan Bara. Tetapi, yang membuat mereka salah fokus yaitu tangan Bara yang merangkul mesra pinggang Luna.
"Keknya kita ketinggalan berita ini, Nem. Liat itu mereka berdua ngapah bisa sedeket itu? biasanya enggak, kan. Apa gara-gara yang waktu itu di arena, ya?" Devan berpikir kearah sana.
"Nggak tau gue juga, udah entar kita tanya sama dia. Ya udah, ayok masuk!" Ajak Ajeng menarik tangan Devan naik ke lift menuju keruangan divisi pemasaran.
Sementara Bara dan Luna menaiki lift khusus para petinggi perusahaan.
Tiinggg
Lift sampai di lantai 6 tempat dimana divisi keuangan berada.
"By, aku kerja dulu," pamit Luna.
"Iya, nanti pas makan siang keruangan aku, ya," sahut Bara dengan begitu lembut.
Luna masih tidak menyangka Bara yang dia kenal cuek, dingin dan begitu arogan kini berubah sangat manis dan lembut.
Apa benar ini Bara suaminya, Luna sempat berpikir suaminya mempunya kepribadian ganda tetapi setelah melihat semuanya dia menepis itu semua.
"Okay, By. Semangat kerjanya!"
"Boleh cium kening nggak?" Bara bertanya.
Luna mengangguk, dia pikir tidak masalah hanya sekedar ciuman di kening.
Bara mencium kening Luna dan memejamkan matanya, begitupun dengan Luna yang ikut memejamkan matanya.
"Ya udah, sana masuk!"
Luna mengangguk lalu mencium tangan suaminya dengan takzim.
Hati Bara menghangat saat istrinya mencium tangannya berpamitan. Dia benar-benar merasa di hargai sebagai seorang suami.
Semua kegiatan mereka di saksikan langsung para oleh para karyawan divisi keuangan, karena Bara keluar lift mengantarkan Luna.
Luna berjalan menuju meja kerjanya dan Bara kembali masuk lift naik ke lantai 10.
"Cieee, yang di anter, Pak Boss. Uhuy, so sweet sekali," ledek Bayu.
"Bikin iru kaum jomblo aja," sahut Puput ikut menimpali menggoda Luna.
Sementara Sherly yang melihat itu semua merasa iri dengan kehidupan Luna yang menurutnya sangat bahagia.
"Bisa aja kalian, ya udah ayok mulai kerja!"
"Siap, Bu Boss." Guyon mereka membuat Luna tertawa.
***
Di ruangannya Bara sedang duduk bersandar di kursi kebesarannya sembari tersenyum bahagia.
Tok..tok..tok
Lamunannya buyar saat mendengar pintu ruang kerjanya di ketuk dari luar. Setelah di persilahkan masuk, Feli melangkahkan kakinya menuju ke meja kerja Bara.
"Selamat pagi, Pak. Saya mau membacakan jadwal Bapak hari ini," beritahu Feli dengan lembut.
"Ya," jawabnya singkat.
"Jam 10 Bapak ada meeting dengan perusahaan Aditama Corporation, di lanjutkan jam 2 siang meeting dengan kepala divisi," jelas Feli.
"Meeting di kantor ata diluar?" tanyanya.
"Mereka datang ke kantor, Pak," jawab Feli cepat.
" Baiklah, kamu boleh keluar!"
"Bapak mau saya pesankan sarapan?" tanya Feli ingin menggoda Bara.
"Tidak perlu, saya sudah sarapan di rumah mertua saya."
"Baiklah Pak, kalau begitu saya pamit keluar." Psmit Feli lalu keluar dari ruangan Bara.
Setelah Feli sampai di meja kerjanya, dia menggerutu sendiri. "Makin susah aja gue deketin Bara, tadi dia bilang mertua? berarti dia habis dari rumah mertuanya. Gue nggak akan biarin cewek sok kecantikan itu ngerebut Bara dari tangan gue."
Dua jam sudah Bara mengerjakan pekerjaannya, sejenak di merilekskan badannya yang terasa kaku.
Tiba-tiba Kenan datang dan masuk begitu saja, kebiasaan Kenan masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu.
"Ada apa?" tanya Bara cuek.
"Gue masih penasaran sama hubungan lo sama Luna, kok bisa tiba-tiba jadi deket gitu?"
"Huuhh." Bara menghela nafasnya lalu menceritakan semua yang terjadi dengan dirinya dan juga Luna tanpa ada yang di tutup-tutupi.
"Gue seneng denger nya, gue harap lo sama Luna bisa sama-sama terus dan selalu bahagia." Doa Kenan begitu tulus.
"Thanks, Ken. Lo selalu ada di saat apapun kondisi gue," ungkap Bara.
Selama Bara berubah menjadi seorang Casanova, orang-orang di sekitarnya juga merasa Bara sudah berubah tidak seperti Bara yang mereka kenal dulu.
"Itulah guna nya sahabat plus saudara. Semoga dengan besama Luna, lo bisa kembali jadi Bara yang gue kenal dulu."
Bara seakan menjauh saat berubah menjadi seorang Casanova karena suatu alasan.
"Aamiin, bukankah doa baik harus di aamiin kan," Jawaban Bara membuat Kenan tersenyum.
Kenan mengangguk menyetujui ucapan Bara. Setelah berbincang sebentar, Kenan kembali lagi ke ruangannya meninggalkan Bara yang masih terdiam.
mau ngapain?